Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 01 Agustus 2025

Pasar Finansial Indonesia Tutup Bulan Juli 2025 dengan Tekanan: IHSG Terjun, Rupiah Terkapar

Redaksi - Kamis, 31 Juli 2025 17:03 WIB
227 view
Pasar Finansial Indonesia Tutup Bulan Juli 2025 dengan Tekanan: IHSG Terjun, Rupiah Terkapar
(harianSIB.com)
Emas
Jakarta(harianSIB.com)

Pasar finansial Indonesia mengakhiri bulan Juli 2025 dengan catatan merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 0,87% ke level 7.484, sementara nilai tukar rupiah terkapar di Rp16.456 per dolar Amerika Serikat (AS), Kamis (31/7/2025). Di tengah gejolak ini, harga emas menunjukkan stabilitas namun berpotensi menguat sebagai lindung nilai.

Rupiah menjadi salah satu instrumen yang paling terpukul hari ini. Mata uang Garuda tersebut dibuka melemah 0,20% dan terus tertekan hingga 0,31% di level Rp16.456 per dolar AS pada penutupan perdagangan. Sepanjang bulan Juli, rupiah telah melemah 1,34%, menjadi pelemahan terparah dalam periode tersebut.

Baca Juga:

Pelemahan rupiah dipicu oleh dua faktor utama, kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) dan eskalasi perang dagang. The Fed mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25-4,5%, dengan Ketua The Fed Jerome Powell menunda sinyal pemotongan suku bunga. Bahkan, dua gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, secara mengejutkan memilih untuk menaikkan suku bunga. Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump baru saja mengenakan tarif 25% untuk produk dari India dan 50% untuk produk dari Brasil, memicu kekhawatiran perang dagang global.

Kondisi ini menyebabkan dolar AS menguat sebagai aset safe haven, memaksa Bank Indonesia (BI) untuk melakukan intervensi di pasar guna menstabilkan nilai tukar rupiah. Mata uang regional juga merasakan dampaknya; Peso Filipina ambles 1,27% dan Ringgit Malaysia melemah 0,56%. Hanya Baht Thailand yang mampu bertahan dengan penguatan 0,29%.

Baca Juga:

IHSG juga tak luput dari tekanan, ditutup melemah 0,87% ke level 7.484. Sebanyak 412 saham mengalami penurunan. Sektor infrastruktur dan material menjadi korban utama, masing-masing ambruk 1,59% dan 1,35%. Analis memproyeksikan potensi death cross pada indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD), yang merupakan sinyal bearish bagi pasar saham.

Namun, di tengah tekanan, beberapa saham mencatatkan kinerja positif. Saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BRRC) melonjak 34,48% ke Rp78, diikuti oleh PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) yang terbang 34,02%. Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga mencetak kenaikan dua digit sebesar 10,46%. Saham perbankan besar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), menjadi incaran investor dengan nilai transaksi masing-masing Rp1,7 triliun dan Rp710 miliar, menunjukkan tingginya volatilitas yang menguji investor ritel.

Data terakhir pada 8 Juli menunjukkan harga emas Antam 1 gram berada di Rp1.906.000, naik Rp5.000. Meskipun data terbaru hari ini belum tersedia, analis memperkirakan kenaikan tipis pada harga emas sebagai dampak dari flight to safety di tengah pelemahan rupiah. Emas kerap menjadi aset favorit untuk lindung nilai saat nilai mata uang lokal melemah. Dengan rupiah yang telah melemah 1,34% dalam sebulan terakhir, emas dapat menjadi "benteng terakhir" bagi investor.

Pemerintah masih optimis mengejar target pertumbuhan ekonomi 5,2% di tahun 2025 melalui akselerasi konsumsi dan investasi. Namun, jalan yang ditempuh tidak akan mudah. Samuel Sekuritas memperingatkan bahwa BI tidak dapat dengan leluasa menurunkan suku bunga untuk menopang rupiah. Untuk IHSG, kunci pemulihan terletak pada kemampuannya bertahan di atas level SMA-10 (Simple Moving Average 10) di 7.515. Pemicu utama pergerakan pasar ke depan adalah keputusan The Fed pada September mendatang dan eskalasi tarif yang dilakukan oleh Presiden Trump.

Skenario optimis memprediksi jika The Fed akhirnya memangkas suku bunga, rupiah bisa bangkit dan IHSG berpotensi menguji resistance 7.805. Namun, skenario pesimis memperkirakan tarif global dapat memicu inflasi, mendorong IHSG terjun lebih dalam hingga 7.440.

Secara keseluruhan, semester II 2025 akan menjadi medan pertaruhan bagi pasar finansial. Investor perlu mewaspadai perkembangan kebijakan The Fed, kebijakan perdagangan AS di bawah Trump, dan stimulus pemerintah. Di balik volatilitas, selalu ada peluang bagi investor yang cermat.(**)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru