Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 03 Agustus 2025

Harga Bawang Merah Naik Tajam, Sumut Punya Masalah dalam Budidaya

Nelly Hutabarat - Minggu, 03 Agustus 2025 19:57 WIB
58 view
Harga Bawang Merah Naik Tajam, Sumut Punya Masalah dalam Budidaya
dok/ist
bawang merah
Medan(harianSIB.com)
Harga bawang merah tercatat sebagai salah satu komoditas penyumbang inflasi yang besar di wilayah Sumut pada bulan Juli 2025. Sumut mencatatkan inflasi sebesar 0.76%, di mana bawang merah menjadi komoditas yang alami kenaikan paling tinggi.

Jika membandingkan bulan Juni, harga bawang merah sempat ditransaksikan di harga 30.000 per Kg. Namun di bulan Juli, sampel yang diambil dari pedagang yang sama mencatat kenaikan harga bawang merah hingga mencapai Rp50.000 per Kg.

Hal itu diungkapkan Pengamat Ekonomi dan Keuangan, Gunawan Benyamin, Minggu sore (3/8/2025). Dikatakannya, secara rata-rata harga bawang merah mengalami kenaikan 17.5%.

Baca Juga:

"Semua panel harga menunjukan kenaikan harga bawang merah, khususnya yang tertera dalam PIHPS (Pusat Informasi Harga Pangan)," jelasnya.

Pemicu kenaikan bawang merah di Sumut, lanjutnya, karena pasokan yang menurun dari wilayah Jawa. Saat ini Sumut mengandalkan sekitar 80% pasokan bawang merah dari wilayah Solok, Sumbar, dan 20% dari wilayah Sumut yang umumnya didominasi kabupaten samosir.

Baca Juga:

Kenapa Jawa tidak mau memasok ke Sumut?, menurut Gunawan, karena harga bawang merah di Jawa lebih kompetitif atau lebih mahal dibandingkan dijual ke Sumut.

"Dan, dari hasil pengamatan saya, Sumut memiliki beberapa masalah fundamental yang membuat produksi bawang merah di wilayah ini sulit ditingkatkan. Salah satu permasalahan yang dialami petani saat ini minimnya bibit berkualitas," katanya.

Ia mengatakan, petani menilai dari satu bibit sebanyak 100 Kg, sebelumnya mampu menghasilkan 3 ton bawang merah. Namun petani mengklaim saat ini dengan pengeluaran bibit, pestisida dan herbisida yang sama, produksi bawang merah hanya sekitar 1,5 ton yang paling bagus.

Menurut petani, kata dia, dalam satu karung bibit ukuran 25 hingga 30 Kg, hanya sekitar 35% yang dnilai bagus
Selebihnya sekitar 65% tetap bisa ditanam, namun produksinya tidak maksimal.

"Petani mengklaim, masa semai bibit itu harusnya sekitar 120 hari minimal. Dan sampai saat ini bibit bawang merah didatangkan dari wilayah Jawa. Jadi ada penurunan produksi di level petani dari produksi potensialnya. Ini yang menjadi temuan sejauh ini," katanya.

Gunawan mengatakan, ada dua solusi yang bisa diberikan kepada petani. Pertama dan yang paling direkomendasikan adalah edukasi bagaimana menyemai bibit yang bagus. Tidak semua petani mampu menghasilkan bibit berkualitas untuk tanaman bawang merah. Menurut petani karena minimnya pengetahuan untuk menyemai bibit.

"Disini letak pemerintah yang bisa mengedukasi petani untuk menyemai bibit bawang merah. Bisa dengan mengirim petani ke Jawa untuk belajar menyemai bibit," katanya.

Solusi kedua, jelasnya, dengan memberikan pendampingan untuk mendapatkan bibit berkualitas. Di mana Sumut bisa melakukan observasi untuk mendapatkan bibit berkualitas agar selanjutnya bisa didistribusikan kepada petani.

Jika masalah ini bisa teratasi, ia yakin Sumut berpeluang untuk menghasilkan bawang merah yang mandiri dan relatif aman dari gangguan pasokan yang tak pasti dan kerap memicu kenaikan harga bawang merah di Sumut.

"Selain jawa yang memiliki banyak SDM bepengalaman untuk tanaman bawang merah, Sumatera Barat juga memiliki SDM yang mumpuni bercocok tanam bawang merah," tutupnya. (*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru