Bahan Bakar Fosil Menipis, Indonesia Butuh Energi Baru Terbarukan Solar

Belawan(harianSIB.com)

Direktur PT Solar Jaya Energy Indonesia, Steve Excel Aditya Korua Tobing, mengatakan, bahan bakar berbasis fosil menipis.

Artinya, Indonesia harus sesegera mencari alternatif dalam memenuhi kebutuhan enerjinya negerinya.

Baca Juga:

• Dampak Unjuk Rasa di Sumut: Kota Masih Sepi, Order Ojol Justru Menurun
• Komitmen Berinvestasi di Sumatera Utara, PT Dairi Prima Mineral Ikuti PIISU 2025

Satu solusi yang sudah dijalankan negara-negara maju bahkan tetangga Indonesia seperti Singapura dengan beralih ke energi baru terbarukan (EBT) dengan solar.

"Indonesia negara kaya sinar matahari yang harus dimanfaatkan menghasilkan energi. Dengan solar panel, perangkat yang mengubah energi matahari menjadi energi listrik, kebutuhan listrik dapat dipenuhi," tambahnya.

Baca Juga:

• PII Sumut-Solar Jaya Energy Indonesia Teken MoU Percepatan Energi Baru Terbarukan
• PT Pelindo Multi Terminal Branch Sibolga Salurkan Kurban Peringati Hari Raya Idul Adha

Panel surya terdiri dari solar cells yang terbuat dari bahan semikonduktor, seperti silikon, yang dapat menghasilkan arus listrik ketika terkena cahaya matahari.

Arus listrik yang dihasilkan kemudian dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menyalakan peralatan elektronik, penerangan, atau bahkan disalurkan ke jaringan. "Ini yang harus dikembangkan," jelasnya.

Uraian dimaksud disampaikankannya Selasa (12/8/2025), mereview workshop "ESG sebagai Strategi Masa Depan untuk Industri Unggul dan Berkelanjutan" yang diadakan PT Pelindo Multi Terminal (SPMT), Subholding PT Pelabuhan Indonesia (Persero) berkolaborasi dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Sumatera Utara (Sumut), 5–6 Agustus 2025 di Grha Pelindo Belawan - Medan.

Kegiatan hybrid itu di hari pertama dengan dialog interaktif dengan nara sumber VP of ESG FKS Group, Beatrice Susanto, Direktur Operasional PT Horizon Teknologi, Musfirin, Direktur Utama PT Solar Jaya Energy Indonesia, Excel Korua - Tobing, Direksi PT Tirta Inovasi Nusantara, Muhammad Fariddudin Osman, serta Ketua PII Sumut yang juga Komisaris Pelindo Multi Terminal, Ahmad Perwira Mulia.

Di hari kedua studi lapangan dengan studi kasus, bedah strategi, diskusi panel, serta sesi tanya jawab interaktif yang memperkaya wawasan peserta tentang praktik terbaik dalam implementasi ESG di berbagai sektor industri. "Dari tinjauan ke lapangan denganr agam kebutuhan enerji, EBT menjadi pilihan prioritas dan sesegeranya," tegas Excel Korua-Tobing

Menurutnya, Indonesia bahkan Sumatera Utara, membutuhkan EBT untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. "EBT itu pun menekan emisi gas rumah kaca, dan menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan," tegas pria yang juga Sekretaris Gapeksindo Sumut tersebut.

Di jeda kegiatan, PT Solar Jaya Energy Indonesia menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Wilayah Sumatera Utara (Sumut) yang dilakukan Ahmad Perwira Mulia dan Steve Excel Aditya Korua Tobing.

"Kerja sama dalam hal pengadaan dan distribusi EBT, layanan teknis dan edukasi terkait sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS), serta produk-produk energi terbarukan lainnya," ujar Excel Korua-Tobing.

Mengenai workshop, Ahmad Perwira Mulia mengatakan bahwa ESG kini menjadi faktor krusial dalam dunia bisnis karena memiliki pengaruh langsung terhadap kepercayaan investor dan daya saing perusahaan.

"Faktanya, 80 persen investor global mempertimbangkan kinerja ESG sebelum menanamkan modal. Bahkan, generasi muda kini juga cenderung memilih perusahaan yang peduli terhadap ESG dalam penggunaan dan pembelian produk," jelasnya.

Excel Korua-Tobing pun menilai workshop baik sebab memberi pemahaman serta edukasi serta studi langsung ke lapangan dalam hal ini ke PT Tirta Inovasi Nusantara di Kawasan Industri Medan.

"Itu untuk melihat secara langsung implementasi prinsip ESG di sektor industri, mulai dari manajemen energi, pengelolaan limbah, efisiensi proses produksi, hingga pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan industri," ujarnya.

"Sebab inisiatif tersebut mencerminkan komitmen Pelindo Group dalam menciptakan nilai jangka panjang, tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat luas," tambah pria yang menjabat Ketua Dewan Pengurus Anak (DPA) Gereja Bethel Indonesia (GBI) Medan tersebut.

Menurutnya, dengan pendekatan strategis yang berbasis bukti nyata, Pelindo Multi Terminal menegaskan peran ESG sebagai fondasi transformasi industri kepelabuhanan menuju masa depan yang berkelanjutan, tangguh dan kompetitif. "Langkah tersebut pun bagian dari upaya EBT," tutupnya. (*)