Kairo (SIB)- Pesawat milik maskapai EgyptAir MS804 rute Paris-Kairo hilang dari radar. Pihak maskapai kemudian merilis informasi di mana tepatnya pesawat itu hilang dari radar. "Sumber resmi di Mesir mengkonfirmasi bahwa pesawat EGYPTAIR MS804 hilang kontak pada pukul 02.30 pagi waktu Kairo di atas Laut Mediterania," tulis akun @EGYPTAIR, Jumat (19/5). EgyptAir mengatakan kapten pilot pesawat MS804 telah memiliki 6.275 jam terbang, termasuk 2.101 dengan A320. Sementara kopilot MS804 memiliki 2.766 jam terbang. Pesawat tersebut adalah pabrikan tahun 2003.
Pesawat itu lepas landas di bandara Charles de Gaulle Airport pada Rabu (18/5) malam waktu setempat. Pesawat hilang dari pantauan radar pada ketinggian 37.000 ribu kaki atau sekitar 80 mil sebelum masuk dalam wilayah udara Mesir. Titik lokasi hilangnya pesawat tersebut berada di 280 kilometer dari Teluk Mesir. Mestinya pesawat tersebut tiba di Mesir pukul 03.15 pagi waktu Kairo.
Pihak maskapai telah mengerahkan tim penyelamat untuk mencari pesawat. Sebanyak 66 orang ada di dalam pesawat itu termasuk 2 bayi dan 1 anak-anak. Penumpang terdiri dari 30 warga Mesir, 15 Perancis, dua Irak, dan seorang masing-masing dari Inggris, Belgia, Sudan, Chad, Kanada, Kuwait, Arab Saudi, Portugis dan Aljazair.
Pesawat hilang saat melintas di atas Laut Mediterania. Rupanya pesawat itu sempat mengirimkan pesan sebelum menghilang. Pesan itu terdeteksi oleh pihak militer Mesir. Pesan itu diterima pada pukul 04.26 waktu setempat atau kurang dari 10 menit sebelum pesawat menghilang. Namun militer melalui jubirnya membantah telah menerima sinyal darurat.
Pasukan angkatan laut, angkatan udara dan polisi pantai Mesir dikerahkan untuk mencari pesawat tersebut. Yunani ikut serta dalam pencarian, dengan mengirimkan dua pesawat dan sebuah kapal fregat, serta menyiagakan helikopter.
Perdana Menteri Perancis Manuel Valls mengatakan mereka akan mengirimkan pesawat dan kapal untuk mencari pesawat EgyptAir yang diduga jatuh ke laut Mediterania. Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault mengatakan mereka telah berkoordinasi dengan aparat di Mesir untuk pencarian pesawat tersebut. "Kami memobilisasi dan siap mengirimkan militer, pesawat dan kapal untuk mencari pesawat itu," kata Ayrault.
Sementara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo, Mesir mengonfirmasi bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) dalam pesawat Egyptair. "Tidak ada WNI dari data penumpang Pesawat Egypt Air MS804 Gaulle-Cairo yang hilang," demikian konfirmasi KBRI Kairo melalui akun Twitternya.
Presiden Abdel Fattah el-Sisi dilaporkan akan mengadakan pertemuan keamanan nasional terkait insiden tersebut. Sementara PM Sherif Ismail mengatakan saat ini operasi pencarian terhadap pesawat tersebut sedang dilaksanakan. Ia mengatakan saat ini masih terlalu awal untuk menyatakan penyebab hilangnya pesawat tersebut dari radar. Para reporter setempat sempat menanyakan keterlibatan teroris pada insiden hilangnya pesawat tersebut.
Ia mengatakan pihak otoritas Mesir tidak mengecualikan berbagai skenario terkait insiden hilangnya pesawat tersebut. Pihak Kementerian Penerbangan Sipil Mesir juga mengatakan terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa pesawat tersebut mengalami kecelakaan hingga jatuh ke laut.
Seorang pejabat maskapai EgyptAir kepada Reuters mengonfirmasi bahwa pesawat itu hilang karena jatuh, kendati belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Mesir. "Teori yang muncul, pesawat hancur dan jatuh kini telah dikonfirmasi setelah dilakukan pencarian awal dan setelah pesawat itu tidak tiba di bandara terdekat," kata sumber yang menolak disebut namanya.
Mantan presiden biro penyidik kecelakaan udara Perancis, BEA, Jean-Paul Troadec, dalam wawancara dengan media Europe 1 menduga pesawat berpenumpang dan kru 66 orang itu hancur karena dibom. "Ada kemungkinan besar ledakan di kabin akibat bom atau pengebom bunuh diri. Teori kecelakaan akibat kerusakan teknis saat cuaca buruk, memang mungkin terjadi tapi tidak terlalu besar kemungkinannya. Kita juga bisa menduga pesawat jatuh karena rudal, seperti yang terjadi pada pesawat Malaysia Airlines pada Juli 2014," kata Troadec.
"Jika kru tidak mengirimkan sinyal darurat, itu karena sesuatu terjadi dengan sangat tiba-tiba. Jika ada masalah dengan mesin atau kesalahan teknis, tidak akan menyebabkan kecelakaan yang segera. Dalam hal ini, kru tidak bisa bereaksi, membuat kita berpikir ada bom," lanjut dia.
Maskapai Egyptair sebelumnya mengalami insiden pembajakan yang memantik perhatian internasional pada Maret lalu. Pesawatnya dengan nomor penerbangan MS181 dibajak dan diarahkan untuk mendarat di Larnaca, Cyprus.
Diduga merupakan aksi terorisme, pembajakan ini dilakukan oleh Seif Eldin Mustafa lantaran rindu kepada mantan istrinya yang berada di Cyprus. Mustafa kemudian ditangkap dan semua penumpang serta awak pesawat dibebaskan tanpa cedera.
Peristiwa kali ini juga menambah panjang daftar insiden pesawat di Mesir. Sebelumnya pada Oktober 2015, pesawat Airbus A321 milik maskapai Metrojet Rusia meledak di atas Sinai, diduga akibat bom yang ditanam di dalam kabin. Peristiwa ini menewaskan seluruh 224 orang di dalamnya, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab.
Puing-puing Diduga
Puing-puing yang diduga dari pesawat Airbus A320 EgyptAir ditemukan di Pulau Kreta di Laut Tengah. "Ada temuan di wilayah tenggara Kreta, di dalam jalur penerbangan pesawat EgyptAir itu," kata juru bicara militer Yunani, Vassilis Beletsiotis. Dia menambahkan, sebuah pesawat angkut Hercules C-130 milik angkatan bersenjata Mesir telah melihat puing-puing yang mengapung itu dan sejumlah kapal akan dikirim untuk melakukan investigasi.
Sementara pihak otoritas Yunani melaporkan pilot pesawat itu sempat berbicara dengan pihak menara pengawas penerbangan di Yunani, 25 menit sebelum kejadian. Dalam pembicaraan itu pun tak ada laporan mengenai masalah pada pesawat. Informasi itu dipaparkan Kepala Biro Penerbangan Sipil Yunani, Constantinos Litzerakos.
"Pihak menara pengawas mengontak pilot pada ketinggian 37.000 kaki di dekat Athena. Dia tidak mengungkapkan adanya masalah," kata Litzerakos seperti disiarkan Antenna TV. Litzerakos juga mengatakan, percakapan terjadi sekitar 25 menit sebelum pesawat itu hilang dari radar Yunani.
Dalam pernyataan tertulisnya, Biro Penerbangan Sipil Yunani mengungkapkan, pilot dalam kondisi baik, dan sempat mengucapkan terima kasih kepada petugas pengawas udara saat meninggalkan wilayah Yunani. "Kami memantau seluruh proses. Sejak pesawat masuk wilayah Yunani, hingga keluar, penyimpangan sama sekali tidak terlihat dari koordinat yang kami berikan," ungkap Litzerakos lagi.
Selanjutnya, Kementerian Pertahanan Yunani menurunkan dua pesawat pencari dan sebuah fregat untuk menuju kawasan perairan internasional.
Selain itu, masih ada tenaga cadangan yang disiapkan di Pulau Karpathos, dekat Crete, termasuk pesawat tempur F-16 dan kapal selam. "Kami mengimbau Perancis dan juga negara-negara lain untuk memeriksa citra satelit sehingga bisa membuka peluang adanya petunjuk lain," ujar Kammenos. (CNN Indonesia/Detikcom/y)