Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Sabtu, 28 Juni 2025

Serangan Teroris Diduga di Balik Hilangnya Pesawat EgyptAir

* Mayat Penumpang EgyptAir Ditemukan di Antara Puing
- Sabtu, 21 Mei 2016 09:53 WIB
246 view
Serangan Teroris Diduga di Balik Hilangnya Pesawat EgyptAir
Kairo (SIB)- Mayat-mayat penumpang ditemukan di antara puing-puing dan barang-barang dari pesawat EgyptAir yang jatuh di Laut Mediterania, Jumat (20/5). Penemuan mayat-mayat itu disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Yunani yang turut serta dalam pencarian pesawat yang hilang dari radar dalam penerbangan dari Paris menuju Kairo itu, seperti disampaikan oleh jurnalis Times dalam akun Twitternya. Belum ada pernyataan dari pemerintah Mesir terkait temuan mayat ini. Pesawat Airbus A320 itu hilang dari radar pada Kamis (19/5) dini hari, dalam perjalanan dari Paris ke Kairo. Pesawat membawa 56 penumpang dan 10 kru.

Sebelumnya, militer Mesir mengatakan puing-puing dari pesawat EgyptAir MS804 ditemukan di Laut Mediterania, sekitar 290 kilometer dari kota pesisir Alexandria. Kemhan Yunani seperti disampaikan jurnalis Times mengatakan, puing itu terletak sekitar 8 km sebelah selatan dari titik pesawat hilang dari radar pada Kamis dini hari waktu Mesir.

Sementara itu, berbagai spekulasi merebak soal penyebab jatuhnya pesawat.  Menteri Perhubungan Mesir Sherif Fathi menyebut kecil kemungkinan kesalahan teknis terjadi di balik hilang kontaknya pesawat EgyptAir MS804. Dia menyebut aksi teror atau sejenisnya lebih mungkin terjadi. "Jangan langsung berpikir bahwa kesalahan teknis yang terjadi. Apabila situasinya dianalisis dengan tepat, kemungkinan aksi lain atau serangan teror lebih mungkin dari pada kesalahan teknis," sebut Fathi.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos menyebutkan bahwa pesawat EgyptAir sempat berbelok. Dia mengatakan dari gambaran yang dimiliki saat kejadian dari pusat operasi angkatan udara bahwa pesawat itu berada di 10-15 mil dari FIR (Flight Information Region) Mesir di ketinggian 37 ribu kaki. "Kemudian pesawat itu berbelok ke kiri 90 derajat dan berbelok ke kanan 360 derajat lalu turun dari 37 ribu kaki ke 15 ribu kaki lalu hilang kontak di ketinggian 10 ribu kaki," sebutnya.

Sebelumnya pada Kamis, puing juga dikabarkan ditemukan di Laut Mediterania dan sempat diklaim pihak maskapai sebagai bagian dari pesawat MS804. Namun kemudian pernyataan itu dikoreksi, puing tersebut bukan milik MS804.

Hal itu lalu diamini pihak maskapai EgyptAir yang memastikan bahwa temuan puing di Laut Mediterania berasal dari pesawat EgyptAir MS804. Maskapai EgyptAir menyebut penemuan puing itu berada di dekat Kepulauan Karpathos, Yunani, itu telah dikonfirmasi dari Menteri Luar Negeri Mesir kepada Menteri Penerbangan Sipil. Namun pernyataan itu lalu dicabut. Vice Chairman EgyptAir Ahmed Adel bahwa puing tidak berasal dari pesawat yang hilang itu. Namun dia tidak menjelaskan lebih rinci tentang puing tersebut.

"Konsentrasi kami saat ini adalah mengurus keluarga dan kerabat penumpang. Kami saat ini tengah dalam proses untuk menghubungi mereka. Ketika proses telah selesai semua, kami akan merilis manifes penumpang," ucap Ahmed. Pernyataan pihak maskapai tersebut mengamini pernyataan Kepala Otoritas Keamanan Udara Yunani, Athanassios Binos, sebelumnya. Binos mengatakan bahwa temuan itu belum terkonfirmasi.

"Hingga saat ini, puing itu belum terindikasi milik dari pesawat tersebut. Pihak Mesir pun juga mengonfirmasi kepada saya bahwa hal itu belum dibuktikan bahwa puing itu dari pesawat EgyptAir yang hilang kontak sebelumnya," ucap Binos dalam wawancara dengan ERT TV.

Presiden Mesir Abdul Fattah al-Sisi telah memerintahkan Kementerian Perhubungan dan Militer Mesir untuk mencari lokasi puing pesawat EgyptAir yang jatuh. Al-Sisi meminta kedua lembaga itu untuk mengupayakan segala hal yang penting untuk menemukan puing pesawat. Al-Sisi memberi perintah kepada sebuah komite investigasi yang dibentuk Kementerian Perhubungan Mesir memulai penyelidikan penyebab hilangnya pesawat itu.

Angkatan Laut Mesir dan Yunani bergabung dengan Angkatan Udara Inggris untuk menyusuri perairan di sebelah selatan Laut Mediterania. Upaya itu dilakukan setelah puing pesawat berupa jaket pelampung ditemukan di lokasi dekat Pulau Karpathos, Yunani.

Ubah Nama Rute
Maskapai EgyptAir menyampaikan belasungkawa kepada keluarga serta kerabat penumpang pesawat EgyptAir MS804. Selain itu, maskapai tersebut mengubah nama rute Paris-Kairo yang sebelumnya MS804/MS803 menjadi MS801/MS802.

Pernyataan belasungkawa tersebut tertulis pula di akun Twitter resmi @EGYPTAIR. Pernyataan belasungkawa itu disampaikan setelah pihak maskapai mendapat konfirmasi dari Kementerian Luar Negeri Mesir tentang temuan puing dari pesawat tersebut di dekat Kepulauan Karpathos, Yunani. Pihak maskapai EgyptAir kemudian menyampaikan bahwa tim investigasi tengah bekerja sama dengan pihak Yunani untuk mencari sisa dari pesawat yang jatuh tersebut. Informasi pencarian akan terus diperbarui.

Sementara itu, penamaan rute pesawat itu disebut berganti setelah ditemukannya puing tersebut. Hal itu disampaikan oleh jaringan penerbangan Airlineroute melalui akun Twitter resminya. Rute Paris-Kairo yang sebelumnya MS803/MS804 diganti menjadi MS801/MS802.

Namun belum ada konfirmasi resmi dari pihak maskapai EgyptAir terkait hal tersebut. Hal ini mengingatkan publik pada pergantian nama rute dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang dan belum ditemukan hingga saat ini, yang berganti menjadi MH360.

Prancis dan Yunani telah menawarkan bantuan untuk mencari pesawat tersebut. Inggris pun menawarkan bantuan untuk ikut mencari sisa-sisa bangkai pesawat tersebut. Menteri Luar Negeri Philip Hammond mengatakan telah menjalin komunikasi dengan otoritas Mesir dan Prancis. Hammond mengaku telah menawarkan bantuan dalam upaya pencarian bangkai pesawat tersebut.

"Kami tahu bahwa ada seorang pemegang paspor Inggris dalam penerbangan tersebut. Staf kami akan memberikan dukungan dan bantuan pada keluarga di saat sulit ini. Kami akan terus membantu semampu kami," kata Hammond.

Sementara itu, tim dari Prancis yang melakukan investigasi peristiwa itu, BEA, tengah dalam perjalanan menuju ke Kairo. Mereka akan memberikan arahan dan membantu otoritas Mesir dalam proses pencarian. Koresponden BBC, James Reynolds, menyebut proses pencarian bawah air akan dilakukan untuk menemukan flight recorder. Konsultan teknis dari Airbus juga tengah dalam perjalanan dari Paris ke Kairo. Prancis merupakan bagian dari investigasi tersebut, tetapi tidak memimpin pencarian.

Moda Transportasi Paling Aman
Kecelakaan pesawat EgyptAir yang saat ini masih terus diselidiki penyebabnya memicu kekhawatiran soal keselamatan menggunakan moda transportasi udara. Namun menurut para ahli, perjalanan melalui udara adalah cara paling aman untuk bepergian.

Seperti dikutip dari CNN, Jumat (20/5), akan menjadi salah satu tahun teraman dalam sejarah penerbangan dunia. Menurut ahli penerbangan dan editor Airlineratings.com, Geoffrey Thomas, tahun ini terdapat delapan kecelakaan dengan 167 korban jiwa, terbaik dari rata-rata 10 tahun terakhir.

Para ahli mengatakan, penghitungan jumlah kecelakaan dan korban tewas bukan satu-satunya cara akurat menentukan tingkat keamanan ragam transportasi. Penghitungan lainnya adalah dengan jumlah lalu lintas penerbangan keseluruhan.

Menurut data yang dirilis Asosiasi Transportasi Udara Internasional, lebih dari 3,5 miliar orang terbang dengan selamat dalam 37,6 juta penerbangan (31,4 juta dengan jet, 6,2 juta oleh turboprop) pada tahun 2015. Dalam laporan awal tahun ini, AirlineRatings.com mengatatakan 2015 adalah tahun teraman untuk penerbangan dibanding 12 bulan sebelumnya.

Data Aviation-Safety.net menunjukkan ada 16 kecelakaan udara dengan 560 korban jiwa pada 2015, angka ini di bawah rata-rata 10 tahun dan peningkatan dibanding tahun 2014 dengan 21 kecelakaan fatal dengan korban tewas sebanyak 986 orang. "Kembali ke masa 50 tahun lalu, ada 87 kecelakaan yang menewaskan 1.597 orang saat maskapai hanya membawa 141 juta penumpang, jumlah itu hanya 5 persen dari angka saat ini," ujar data tersebut.

Ada dua kecelakaan besar pada 2015. Pertama pada Maret saat pesawat Airbus A320-211 yang dioperasikan oleh Germanwings menabrak pegunungan Alpen Perancis dan menewaskan 150 orang di dalamnya. Dalam penyelidikan diketahui pesawat sengaja ditabrakkan oleh kopilot Andreas Lubitz yang menderita depresi.

Kedua, adalah kecelakaan Agustus tahun lalu saat pesawat Rusia Metrojet Airbus A321-231 meledak di udara Sinai tidak lama setelah tinggal landas dari Bandara Internasional Sharm el-Sheikh, Mesir, menewaskan 224 orang. Insiden ini terjadi akibat serangan teroris ISIS.

Setiap tahun AirlineRatings.com membuat daftar maskapai paling aman dunia, yang dibuat berdasarkan audit badan-badan dan asosiasi penerbangan, pemerintah dan catatan kecelakaan pesawat. Berdasarkan situs itu, 148 dari 407 maskapai yang disurvei mendapatkan angka maksimal, yaitu tujuh bintang untuk keselamatan. Namun hampir 50 maskapai hanya mendapatkan tiga bintang atau kurang.

Jika maskapai mengalami kecelakaan yang menewaskan penumpang atau kru, maka mereka otomatis kehilangan bintang. EgyptAir sendiri memiliki 5 dari 7 bintang. Total ada 10 maskapai yang hanya memiliki satu atau bahkan nol bintang, yang kesemuanya dari Nepal, Indonesia atau Suriname. Kesepuluh maskapai itu adalah Batik Air, Bluewing Airlines, Citilink, Kal-Star Aviation, Lion Air, Sriwijaya Air, TransNusa, Trigana Air Service, Wings Air dan Xpress Air.  (CNNI/Detikcom/d)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru