Medan (SIB) -Ahli waris Raja Sisingamangaraja XII menandatangani surat persetujuan usulan penabalan nama Raja Sisingamangara XII di Bandara Silangit, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara. Penandatanganan dilakukan oleh Raja Oloan Sinambela, Raja Batu Parlindungan Sinambela, Raja Anggiat Pangihutan Sinambela dan Ir Raja Tonggo Tua Sinambela, Senin (8/5) di Medan.
Raja Oloan Habonaran Sinambela, Raja Batu Parlindungan Sinambela adalah abang beradik. Mereka adalah cucu Raja Sisingamangaraja XII, putra Raja Barita Sinambela. Sedangkan Ir Raja Tonggo Tua Sinambela adalah cicit Raja Sisingamangaraja XII, cucu Raja Buntal Sinambela dan putra Raja Patuan Sori Sinambela.
Penandatanganan disaksikan Ketua Umum DPW Si Raja Oloan Sumut Sanggam SH Bakkara didampingi salah satu Anggota Dewan Penasehat DPW Si Raja Oloan Sumut Freddy Sinambela. Dalam surat persetujuan pihak keluarga juga memohon kepada Pemerintah agar segera menyetujui pergantian nama Bandara Silangit jadi nama Bandara Sisingamangaraja XII. Kemudian surat tersebut diserahkan kepada Ketua Umum DPW Si Raja Oloan Sumut Sanggam SH Bakkara didampingi Freddy Sinambela.
Raja Sisingamangaraja XII memiliki 5 putra yakni Patuan Nagari, Patuan Anggi, Raja Sabidan, Raja Buntal dan Raja Barita. Tapi hanya Raja Buntal dan Raja Barita yang hidup dan memiliki keturunan. Raja Buntal memiliki putra bernama Raja Patuan Sori Sinambela, ayah dari Raja Tonggo Tua Sinambela. Sedangkan Raja Oloan Sinambela dan Raja Pangihutan Sinambela adalah anak dari Raja Barita Sinambela.
Raja Oloan Sinambela mengaku terharu dan sangat senang banyak masyarakat yang mengenang kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII sehingga diusulkan diusung menjadi nama Bandara di Desa Silangit, Tapanuli Utara. Artinya, nilai-nilai kepahlawanannya masih tertanam di hati sanubari anak-anak bangsa.
Sebenarnya kata Raja Oloan, banyak masyarakat yang menghendaki penabalan nama tersebut, tapi yang mencetuskannya adalah DPW Si Raja Oloan Sumut yang diketuai Sanggam SH Bakkara dan itu juga keinginan para keluarga/ahli waris.
Dia mengatakan, dengan penabalan nama bandara tersebut juga akan mengusung semangat persatuan dan kesatuan. Karena perjuangan Raja Sisingamangaraja XII mengusir penjajah demi mempersatukan bangsa.
Raja Tonggo Tua Sinambela mengatakan, Raja Sisingamangaraja XII dalam perjuangannya suka membebaskan rakyatnya dari penindasan sehingga dia digelar sebagai Sipalua natarbeang (melepaskan orang yang terbelenggu). Ketika Raja berjalan ke suatu tempat dan melihat orang terbelenggu/terpasung maka dia langsung membebaskannya. Raja juga dikenal sebagai Sihorus Nagukguk, Sitambai Nalongang (berkeadilan sosial), juga sebagai Siharhari Na Dapot Bubu (yang dizolimi Belanda dilepaskannya).
"Dalam perjuangannya, Raja tidak mau menyerah atau berkompromi dengan Belanda, lebih baik dia berkorban asalkan rakyatnya jangan jadi korban. Sehingga perang Batak yang dipimpin Raja Sisingamangaraja XII benar-benar membela rakyat sampai-sampai Raja tidak punya istana karena dihancurkan Belanda.
Bandara ini kita harapkan bisa mensejahterakan rakyat, karena kalau sudah maju perekonomian masyarakat Tapanuli makin meningkat," ucapnya.
KODAM SISINGAMANGARAJA XII
Ahli waris sebenarnya menghendaki lebih dari nama Bandara, kalau Pemerintah berkenan nama Kodam I Bukit Barisan diganti namanya menjadi Kodam I Raja Sisingamangaraja XII. Karena di beberapa Kodam di Indonesia sudah mengusung nama pahlawannya. Seperti Kodam Iskandar Muda di Aceh, Kodam II Sriwijaya di Palembang, Kodam III Siliwangi di Bandung, Kodam IV Diponegoro di Semarang, Kodam V Brawijaya di Surabaya, Kodam VI Mulawarman di Balikpapan, Kodam Wirabuana dikembalikan menjadi nama Kodam Hasanuddin di Makassar, Kodam IX Udayana di Denpasar Bali, dan Kodam XIV Pattimura di Ambon.
"Kami dari keluarga atau ahli waris Raja Sisingamangaraja XII berkeinginan nama ompung kami tersebut tidak hanya menjadi nama Bandara, tapi juga menjadi nama Kodam I Sisingamangaraja, itulah harapan kami kalau Pemerintah berkenan, seperti nama kebanyakan Kodam-Kodam lainnya menggunakan nama pahlawan," tuturnya.
Sekilas sejarah, diketahui pada era tahun 1980, Lembaga Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII yang dipimpin alm DR GM Panggabean juga telah pernah mengajukan hal serupa namun belum terealisasi.
Pada masa itu dari sekian pengusulan yang diperjuangkan lembaga itu, pemerintah pusat berkenan menyahuti Pak GM untuk mencetak uang kertas pecahan Rp.1.000 yang pada kesempatan pencetakannya, Dr Arifin Siregar, Gubernur BI masa itu menyerahkan plakat dengan lembaran uang itu kepada Ketua Umum Lembaga Sisingamangaraja XII.
Dan kemudian Presiden Soeharto juga berkenan memenuhi undangan lembaga ini untuk menandatangani prasasti peresmian Tugu Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII di Jalan DR GM Panggabean, kawasan Stadion Teladan, Medan. Hal itu dilakukan Soeharto dari Bina Graha, Jakarta didampingi Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI, Jenderal Purn Maraden Panggabean, DR GM Panggabean dan Gubsu Raja Inal Siregar, disaksikan langsung oleh para menteri kabinet pada peringatan Hari Pahlawan.
UNTUK GENERASI PENERUS
Sanggam SH Bakkara mengatakan, gagasan mengusung nama bandara terinspirasi dari aspirasi rakyat yang merindukan nilai-nilai kepahlawanan Raja Sisingamangaraja XII. Nilai-nilai itu perlu diwariskan kepada generasi muda, karena yang dibangun generasi zaman sekarang adalah untuk anak, cucu dan cicit di masa akan datang. Sehingga generasi akan datang bisa melestarikan sejarah perjuangan Raja Sisingamangaraja XII sehingga tidak pernah luntur dan usang.
"Raja Sisingamangaraja XII kata Sanggam tidak anti kepada agama, karena dia juga memiliki agama yakni agama parmalim (sekarang aliran kepercayaan). Dia tidak setuju Belanda datang dengan kerja paksa (perbudakan). Kepahlawanan Raja Sisingamangaraja menjadi teladan dari dulu sampai sekarang, lewat monumen yang besar ini, generasi akan datang akan mengetahui bahwa Raja Sisingamangaraja tidak hanya gagah berani, tapi pembela kebenaran dan keadilan serta anti penindasan," tuturnya.
(A10/d)