Medan (SIB) -Bupati Humbahas Dosmar Banjarnahor SE menegaskan, pemimpin atau Kepala Daerah (KDh) harus senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat untuk mendengar apa yang dibutuhkannya, sekaligus memberi solusi dan berkewajiban mensejahterakan dan memakmurkan rakyat.
"Seorang pemimpin itu harus mau dikritik, siap dimaki-maki oleh orang dekat (rakyat dan tokoh-tokoh masyarakat). Kalau tidak, jangan jadi pemimpin," ujar Dosmar kepada Tim Redaksi SIB yang dipimpin Wakil II Pemred Sumba Simbolon ST didampingi Kepala Biro Redaksi Wilayah Tapanuli II Frans Koberty Simanjuntak SH dan Wartawan Saut Sihombing, Eben Ezer Pakpahan, di ruang kerja Bupati, Doloksanggul, Selasa (2/4).
Kedatangan Tim Redaksi SIB ke Humbahas karena berdasarkan pengamatan SIB ke beberapa kabupaten hasil pemekaran di Sumut seperti Pakpak Bharat, Tobasa, Samosir, Sergai dan lainnya, Humbahas merupakan kabupaten termaju, bahkan spektakuler di bidang pembangunan infrastruktur, pendapatan per kapita penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun, angka pengangguran dan kemiskinan menurun, serta perekonomian masyarakat menggeliat hingga 24 jam. Data tentang peningkatan perekonomian Humbahas ini dituangkan pada buku "Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka" dari tahun 2015 hingga 2018 yang diterbitkan BPS Kabupaten Humbahas dan telah dianalisa Tim Redaksi SIB.
Menurut pengamatan SIB, Kota Doloksanggul tetap ramai hingga tengah malam dan menjelang subuh, padahal cuaca di sana sangat dingin.Usaha kuliner seperti sate, bakso dan bandrek maupun rumah makan tetap buka dan ramai dikunjungi pembeli. Usaha lainnya seperti salon dan gerai pulsa HP juga tetap buka. Hal ini menggambarkan daya beli masyarakat cukup tinggi (mampu) sehingga para pedagang kuliner yang umumnya orang pendatang {Minang, Jawa, Tapsel dan lain-lain) itu tetap bertahan menggeluti usahanya di Humbahas. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan Kota Salak (Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat) dan Pangururan (Ibukota Kabupaten Samosir) misalnya, yang sudah bagai kota tak berpenghuni karena tidak terlihat lagi ada aktivitas masyarakat di luar rumah sejak pukul 20.00 WIB hingga matahari terbit esoknya.
Lebih lanjut Dosmar menjelaskan, dirinya pernah diolok-olok,bahkan dibully rakyat dan tokoh-tokoh asal Humbahas sebagai "Bupati Jagung" karena dinilai gagal dalam program "menanam jagung" secara modern kepada petani di daerah itu. Padahal, katanya, penanaman jagung gagal, karena tanah yang digunakan sebagai lahan, tidak atau belum pernah diusahai alias masih "perawan" selama puluhan tahun sehingga keasaman tanah belum netral. Sebab tanah yang tidak pernah diolah bila tiba-tiba ditanami jagung, ya akan buntat.
Tapi saat ini, lanjutnya, setelah masyarakat menikmati hasil menanam jagung dengan harga jual pernah mencapai Rp5.000/Kg, petani sudah "happy" dan balik berujar, "Untunglah ada Bupati Jagung itu. Sekarang, tanpa diimbau pun, masyarakat sudah menanam sendiri dan hinaan yang dulu diterimanya sudah berubah jadi berkat. "Petani sudah hapal rumus-rumus bertanam jagung, jarak sekian, memupuk setelah sekian hari dan seterusnya," ujarnya.
Menurut Dosmar, sebelum ia jadi Bupati Humbahas, luas lahan pertanian tanaman jagung di daerah itu hanya 400 Ha. Tetapi berkat akses dari Jenderal Luhut Panjaitan, ia mengaku menjadi bupati paling sering berkunjung ke Kementerian Pertanian. Saat itu Pak Luhut, katanya, berucap,"Jangan pernah main-main meski satu kalipun, tetapi setiap upaya kebaikan bagi rakyat, akan saya dukung."
Pada 20 April 2017, lanjut Dosmar didampingi Sekda Humbahas Drs Tonny Sihombing MIP dan Kadis Pertanian Ir Junter Marbun MM ,Menteri Pertanian memberi bantuan bibit dan pupuk ke Humbahas untuk 30.000 Ha lahan, namun yang bisa ditanam waktu itu baru 10.000 Ha dengan tingkat keberhasilan 50%. Hasil panen jagung dari Humbahas pun meledak dan petani bertanya-tanya bagaimana dengan harga jual.
Saat panen jagung Humbahas "booming," katanya, ia bertemu dengan owner PT Charoen Pokphand Pak Tomas, pengusaha pakan ternak yang membutuhkan bahan baku utama dari jagung. Kemudian Bupati Dosmar mengajukan beberapa syarat kerjasama dengan Pokphand antara lain, harga beli jagung dari petani minimal Rp3.150/Kg dalam keadaan apa pun. Penampung jagung Pokphand di Humbahas hanya satu orang dan tidak boleh lebih. Maka ditampunglah seluruh jagung hasil petani Humbahas oleh Pokphand. Dan untuk menghindari aksi tengkulak yang langsung membeli jagung masyarakat, Camat diwajibkan mengawasi. Dan bila ada petani yang menjual jagungnya ke tengkulak, maka Camat di wilayah yang bersangkutan akan dipecat. Perdagangan jagung ditangani Pemkab ke Pokphand, kata Bupati, karena DPRD Humbahas tidak menyetujui berdirinya Perusahaan Daerah (Perusda).
Ketika ditanya apa motivasinya membangun Humbahas tanpa pamrih dan tidak ingin mengambil uang rakyat untuk memperkaya diri, Dosmar mengatakan, ia tidak dapat menerima harga diri "Orang Humbang" yang bagai sudah terbungkus. Maksudnya, setiap melihat kumpulan "Orang Humbang" di daerah sekitarnya seperti Tarutung, Balige, bahkan Muara, orang setempat akan selalu bertanya, "Nunga lakku hamu?" (Apakah sudah ada orang yang menawar mereka sebagai buruh upahan harian di sawah penduduk setempat?)
Berangkat dari kenyataan tersebut, ditambah lagi dengan sebutan "Tapanuli Peta Kemiskinan" dan Humbahas merupakan yang paling miskin di Tapanuli, Dosmar Banjarnahor berpikir keras mengapa daerah yang dipimpinnya itu sangat tertinggal. Padahal menurutnya, Tuhan tidak pernah mengharapkan manusia ciptaanNya menderita, miskin dan sengsara. Maka ia berketetapan hati, harus ada perubahan. Perubahan dimaksudnya adalah, harus bertani secara modern dan bukan lagi mengandalkan cangkul.
Apalagi, diakui Dosmar, sejak Humbahas dimekarkan tahun 2003 lalu dan 10 tahun berikutnya di bawah kepemimpinan Bupati Drs Maddin Sihombing MSi-Drs Marganti Manullang, fondasi pembangunan Pemkab Humbahas sudah sangat bagus dan di atas rata-rata. Infrastruktur sudah tersedia, punya data dan bahan, maka Dosmar pun 90% fokus untuk membangun melalui pertanian dan capaiannya bisa lebih cepat. "Saya harus robah kemiskinan di Humbahas menjadi kemakmuran. Masya banyak manusia lahir hingga mati begitu-begitu saja nasibnya? Tuhan ingin manusia sejahtera."
Lalu Dosmar pun menyatukan tekad dengan energi pendorong yakni, percaya Tuhan, kerja keras,"sesep Humbang" yang berarti rendah hati dan dipadukan dengan alam Humbahas antara lain, kesuburan tanahnya di atas rata-rata (belum pernah dikelola selama puluhan tahun), curah hujan yang tinggi: 9-10 bulan iklim basah dalam setahun. Dengan tekad itu, Dosmar yang baru memimpin Humbahas terdiri dari 10 kecamatan dan 163 desa selama 3 tahun satu setengah bulan, mampu lebih cepat mengantarkan kabupaten hasil pemekaran itu menjadi yang terspektakuler di Sumatera Utara. (R7/BR8/A18/H03/l)