Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 06 Juni 2025

RI Mulai Cari Kehidupan di Luar Bumi, Anggarannya Rp 340 M

Redaksi - Rabu, 28 Oktober 2020 09:16 WIB
367 view
RI Mulai Cari Kehidupan di Luar Bumi, Anggarannya Rp 340 M
NASA
Foto Ilustrasi di Ruang Angkasa
Jakarta (SIB)
Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) telah membangun fasilitas Observatorium Nasional di NTT untuk mencari kehidupan di luar bumi. Dana untuk program ini bersumber dari APBN.

Soal anggaran, Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto mengatakan, untuk teleskop 50 cm, harganya kira-kira mencapai Rp 1 miliar. Program ini sendiri mendapat anggaran sekitar Rp 340 miliar.

"Kalau untuk teleskop 50 cm, kira-kira sekitar Rp 1 M. Kurang-lebih sekitar Rp 340 M yang bersumber dari APBN," kata Rhorom saat dihubungi, Selasa (27/10).

Rhorom mengatakan LAPAN baru membangun observatorium di NTT. Fasilitas ini salah satunya untuk mengamati komet dan asteroid.

"LAPAN telah membangun fasilitas Observatorium Nasional Timau di NTT, bersama dengan ITB, UNDANA, dan Pemda setempat. Mulai tahun ini, kami telah mengoperasikan teleskop 50 cm di Kupang, salah satunya untuk pengamatan komet dan asteroid," ujarnya.

Selain itu, LAPAN merencanakan program pengamatan transient project mulai tahun ini. Selain itu, arah program ini untuk mencari tahu soal teka-teki kehidupan di luar bumi.

"LAPAN akan merencanakan program pengamatan transient objects mulai tahun 2020. Eksoplanet dan supernova adalah contoh objek transien. Dengan kata lain, kami akan mulai mencari dan mempelajari eksoplanet dengan lebih sistematis. Salah satu arahnya memang menjawab apakah ada kehidupan di luar sana," ujarnya.

"Iya (kehidupan di luar bumi), itulah salah satu pertanyaan mendasar umat manusia yang ingin tahu," lanjutnya.

Dia menjelaskan bahwa saat ini LAPAN memiliki teleskop reflektor berdiameter 50 cm. Menurutnya, inilah 'senjata terbaik' LAPAN di Kupang.

"Sementara ini, teleskop reflektor berdiameter 50 cm adalah senjata terbaik kami di Kupang. Akhir tahun 2021, kami berharap datangnya teleskop yang lebih besar, yakni teleskop dengan diameter cermin 380 cm," tuturnya.

Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa observatorium itu dibangun sejak tahun 2017.

"Untuk diketahui, sejak 2017 LAPAN bersama ITB dan UNDANA serta Pemprov NTT dan Pemkab Kupang membangun Observatorium Nasional di Gunung Timau, Kabupaten Kupang," ujarnya.

"Fasilitasnya utamanya adalah teleskop 3,8 meter, terbesar di Asia Tenggara. Semula ditargetkan selesai 2020, namun tertunda jadi 2021 karena beberapa kendala, antara lain akses jalan dan pandemi Covid-19.

Dia menegaskan bahwa fasilitas ini dibangun untuk edukasi publik. Tujuannya ialah untuk observasi astronomi.

"Selain itu dibangun juga Pusat Sains di Tilong, Kupang, sebagai pusat edukasi publik. Tujuan utama sebagai pusat observasi astronomi dan pemberdayaan kawasan timur Indonesia. Observasi astronomi mencakup objek-objek tata surya (seperti planet, komet, dan asteroid), fisika bintang dan galaksi, struktur besar alam semesta, sampai planet-planet di luar tata surya," ungkapnya.

Terkait anggaran Rp 340 m, dia menjelaskan itu anggaran multiyears. "Anggaran 340 m adalah anggaran multiyears pembangunan observatorium nasional di Gunung Timau Kupang dg teleskop berdiameter 3,8 meter (terbesar di Asia Tenggara) serta fasilitas Pusat Sains di Tilong, Kupang, untuk edukasi publik. Pusat Sains dilengkapi dengan teleskop berdiameter 50 cm," ujarnya.

Baru Tahu
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno mengaku baru mendapat informasi bahwa LAPAN telah membangun observatorium.

"Saya baru mendengar bahwa LAPAN membangun fasilitas observatorium di NTT guna mencari kehidupan di luar bumi atau alien itu," kata Eddy kepada wartawan.

Eddy mengatakan belum pernah ada bahasan soal anggaran Rp 340 miliar untuk pembangunan fasilitas guna mencari kehidupan di luar bumi. Khususnya, dalam pembahasan anggaran untuk tahun 2021.

"Sesungguhnya kalau memang dananya Rp 340 m untuk membangun fasilitas dengan tujuan tersebut ya sungguh kami merasa, pertama belum pernah kami bahas itu dalam penetapan anggaran bersama-sama dengan LAPAN ketika kami menetapkan anggaran untuk LAPAN tahun 2021," ujar Eddy

"Saya tidak ingat persis detailnya. Nanti saya bisa cek lagi. Tapi seingat saya tidak pernah ada pembahasan spefisik tentang pembangunan observatorium untuk, antara lain meneliti adanya kehidupan di luar angkasa," imbuhnya.

Lebih lanjut, Sekjen DPP PAN ini menilai observatorium tersebut belum menjadi hal yang prioritas saat ini. Menurut dia, lebih baik memprioritasikan anggaran untuk menangani dampak dari Covid-19.

"Kedua kalau memang itu tujuannya demikian saya kira kita prioritaskan dahulu, daripada mencari alien dengan membangun fasilitas bernilai Rp 340 miliar mari kita mencari orang-orang sakit terkena Covid-19, orang-orang yang memang membutuhkan bantuan karena mereka kehilangan pekerjaan, mereka kemudian terancam tidak makan sehingga dana itu mungkin bisa digunakan lebih baik untuk hal-hal yang dibutuhkan secara prioritas," jelasnya.

Sebagai informasi, Komisi VII DPR RI merupakan salah satu alat kelengkapan yang menjalankan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan terhadap kementerian dan lembaga yang berada di bidang energi, riset dan teknologi. Mulai dari Kementerian Riset dan Teknologi, LAPAN, LIPI dan sebagainya. (detikcom/f)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru