Jenewa (SIB)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara soal ‘kelelahan pandemi’ dan kerugian fisik dan mental karena angka kasus melonjak di seluruh dunia, terutama di negara-negara belahan utara seperti Eropa dan Amerika Utara.
"Bekerja dari rumah, anak-anak sekolah jarak jauh, tidak dapat merayakan pencapaian bersama teman dan keluarga, atau tidak berada di sana untuk meratapi orang yang dicintai - itu berat dan kelelahan itu nyata adanya," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (26/10).
Lebih dari 43 juta orang di seluruh dunia dinyatakan positif virus corona, di mana pekan lalu terjadi peningkatan kasus Covid-19 tertinggi sejak pandemi dimulai. Tercatat lebih dari 1,1 juta orang telah meninggal karena Covid-19. Namun, Tedros mengimbau agar orang-orang tidak menyerah. "Para pemimpin harus menyeimbangkan kesulitan hidup dengan kebutuhan untuk melindungi petugas kesehatan dan sistem kesehatan saat perawatan intensif terisi."
Ghebreyesus juga memperingatkan negara-negara agar tidak mempolitisasi pandemi. "Telah terjadi perpecahan politik di tingkat nasional, di mana ada rasa tidak hormat terang-terangan terhadap para ahli sains dan kesehatan. Kebingungan menyebar dan kasus serta kematian telah meningkat."
Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cardiovascular Research menunjukkan bahwa paparan polusi udara jangka panjang mungkin memiliki keterkaitan dengan 15% kematian dari sedikitnya 1,1 juta kematian kasus Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Jerman dan Siprus itu mengamati data kesehatan dan penyakit di AS dan China terkait polusi udara. Para peneliti menggabungkannya dengan data satelit tentang paparan global terhadap partikel mikroskopis dan polusi di darat.
Di Asia Timur, penelitian mengatakan bahwa 27% kematian terkait Covid-19 dapat dikaitkan dengan kualitas udara yang buruk. Sementara di Eropa tercatat sebesar 19%, dan 17% di Amerika Utara. Tim penulis penelitian tersebut menekankan bahwa tidak berarti polusi udara itu sendiri berkontribusi langsung pada kematian, tetapi bisa menjadi faktor pendamping. (AFP/DWI/f)