Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 05 Juni 2025

Panglima TNI: Medsos Kerap Dijadikan Medium Pisahkan Diri dari NKRI

* Negara Perlu Atur Kehidupan Dunia Maya
Redaksi - Senin, 23 November 2020 08:15 WIB
433 view
Panglima TNI: Medsos Kerap Dijadikan Medium Pisahkan Diri dari NKRI
Foto: Tangkapan layar Liputan6
KEYNOTE SPEAKER: Panglima TNI Marsekal Hadi Tjanjanto menjadi Keynote Speaker dalam acara Webinar Pelatihan Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya, di Jakarta, Sabtu (21/11).
Jakarta (SIB)
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengingatkan masyarakat akan dampak buruk dari maraknya penggunaan media sosial (medsos) di Indonesia. Menurut dia, medsos kerap kali dijadikan medium untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Penggunaan medsos untuk memisahkan diri dari NKRI juga dilakukan. Tidak hanya bersenjata, tapi juga kampanye internasional di dunia maya," kata Hadi dalam Webinar bertajuk "Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya" Sabtu (21/11).

"Guna memengaruhi dunia untuk kepentingannya. Memanfaatkan panggung internasional untuk provokatif," sambungnya.

Sebagai contoh, ia mengatakan, gerakan separatisme di Papua yang belakangan menggunakan media sosial sebagai salah satu media untuk kampanye provokatif.

Hadi menilai, gerakan tersebut berpendapat jika media sosial sama efektif dengan perjuangan bersenjata, bahkan lebih masif. Kelompok tersebut, kata dia, berupaya menyudutkan pemerintah dengan membawa narasi ketertinggalan Papua.

"Upaya separatisme di dunia maya, akan terbentuk opini negatif di pemerintah, bisa membelokkan upaya pemerintah dalam pembangunan nasional dan mendukung gerakan separatisme," nilai Hadi. Untuk itu, ia mengusulkan adanya sinergi antara TNI, kementerian lembaga, serta generasi muda agar kontra terhadap narasi dari gerakan separatis Papua.

Salah satunya, kata dia, memunculkan sistem pertahanan semesta di dunia maya. Hal ini karena menurutnya, dunia maya sudah menjadi dunia kedua.

"Sistem pertahanan semesta tidak hanya fisik, tapi non fisik, digital," ucapnya.

Meski demikian, ia juga mengatakan adanya segi positif dari dunia maya sebagai akar dan lingkungan media sosial. Segi positifnya adalah kecepatan dan kemudahan. Misalnya, ia mencontohkan bagaimana dunia maya mampu melahirkan dunia elektronik, seperti ecommerce, egovernment, dan alat diskusi online atau dalam jaringan yaitu webinar.

"Orang kembangkan bisnis berbasis elektronik di berbagai bidang baik itu pemerintahan, pertahanan juga termasuk. Hal ini menunjukkan bahwa dunia maya telah jadi arena baru dalam kehidupan sosial," tuturnya.

Atur
Hadi Tjahjanto mengatakan, medsos dapat menjadi alat yang digunakan untuk komunikasi politik. Hanya saja, penggunannya bisa berdampak buruk pada persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga, menurut Hadi, negara perlu mengatur kehidupan dunia maya karena sudah menjadi arena baru dalam kehidupan sosial.

"Medsos lahir dari adanya dunia maya. Seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lainnya ternyata dapat pula dijadikan alat komunikasi politik," kata Hadi.

"Negara perlu atur kehidupan dunia maya, terlebih disadari bahwa dunia maya punya implikasi serupa dunia nyata, bahkan lebih luas. Semua yang ada di dunia nyata ada di dunia maya," ujarnya.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus akui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, dengan penggunaan dan jangkauan yang luas, medsos bisa digunakan efektif untuk perang informasi dan perang ideologi," kata Hadi.

Jika hal ini terus dilakukan, kata dia, mampu menimbulkan politik identitas yang sempat digunakan penjajah kepada bangsa. "Politik identitas kembali marak digunakan, sejak beberapa tahun belakangan karena dinilai mudah menggerus masyarakat dan mudah meraih dukungan," ungkapnya.

Hadi melanjutkan, isu sensitif yang diangkat dengan bahasa provokatif mampu membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak hingga dibenturkan satu sama lainnya. Menurutnya, jika hal ini terus terjadi maka masyarakat akan terpolarisasi. Meski demikian, ia mengakui ada elemen masyarakat yang tidak mudah termakan informasi propaganda.

Di sisi lain, ia juga mengatakan, ada banyak masyarakat yang terhasut dan akan mereplikasi pesan, bahkan ikut membuat pesan propaganda semakin besar.

Akan Terus Copot
Terpisah, Panglima Kodam Jayakarta (Pangdam Jaya) Mayjen TNI Dudung Abdurachman menanggapi kritik yang ditujukan kepadanya terkait pencopotan baliho imam besar FPI Habib Rizieq Syihab. Dudung menyampaikan tidak akan berdiam diri dan akan terus menertibkan baliho-baliho Habib Rizieq.

"Ya kalau sesuai fungsinya, menunggu ancaman dari luar, kapan kerjanya? Terus mau diam saja?" ujar Dudung, Sabtu (21/11).

Dudung mengatakan, memberi perintah kepada jajaran Kodam Jaya untuk mencopot baliho Habib Rizieq karena Satpol PP dan kepolisian tak berdaya. Dia menegaskan akan terus melakukan pencopotan baliho Habib Rizieq.

"Sementara Pol PP dan Polri sudah nggak berani bertindak, saya akan terus lakukan (pencopotan baliho Habib Rizieq)," tegas Dudung. (Kps/detikcom/f)

Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru