Jakarta (SIB)
Di masa mendatang vaksin Covid-19 bakal hadir dalam bentuk hirup. Hal ini tengah disiapkan dan dikembangkan oleh peneliti dari Oxford University. Vaksin ini rencananya akan diuji ke 30 relawan berusia 18-40 tahun.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (27/3) para peneliti Oxford University di Inggris sempat menjelaskan bahwa pemberian vaksin hirup diharap dapat menimbulkan respons imun lokal di saluran napas. Vaksin juga diharap lebih mudah diberikan pada orang-orang yang sulit menghadapi jarum suntik.
Oxford University kembali menggandeng AstraZeneca untuk pengembangan vaksin Corona hirup ini. Dilansir SkyNews Inggris, nantinya mereka akan membuat yang namanya alat semprot ke hidung, atau intranasal spray device.
"Ada beberapa orang yang lebih cocok dengan vaksin lewat hidung, dan keuntungannya praktis. Vaksin flu untuk sekolah-sekolah di Inggris juga memakai alat semprot ke hidung," kata Dr Sandy Douglas, kepala riset vaksin hirup ini.
Kepala peneliti klinik Jenner Institute, Dr Meera Madhavan menyambut positif uji coba vaksin hirup ini oleh Oxford University dan AstraZeneca.
"Uji coba ini akan membantu kita memahami keamanan dan efek samping dari Vaksin Covid-19 dengan semprotan hidup dari Oxford-Astrazeneca," kata Madhavan.
Kepala peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, memprediksi akan semakin banyak variasi vaksin Covid-19 di tahun 2022. Ini karena para pengembang terus melakukan inovasi untuk menghadapi situasi pandemi yang juga berkembang.
Kemungkinan nantinya akan ada juga vaksin yang diberi lewat oral atau plester koyo.
"Saya pikir di awal 2022 kita akan melihat berbagai jenis vaksin mutakhir," kata Soumya.
Hingga saat ini sudah ada lebih dari 80 jenis kandidat vaksin Covid-19 di dunia yang masuk dalam tahap uji klinis. Pada akhir tahun 2021 diprediksi akan ada enam sampai delapan kandidat vaksin lagi yang siap dianalisa untuk mendapat izin penggunaan darurat.
Bentuk Pil
Sementara itu, Vaksin virus Corona dalam bentuk pil dijadwalkan memasuki tahap pertama uji klinis pada manusia tahun ini. Buat yang takut disuntik, ini bisa jadi opsi vaksinasi di masa depan.
Oravax, perusahaan yang mengerjakan vaksin tersebut, mengumumkan melalui siaran pers bahwa mereka berharap bisa memulai uji klinis tahap pertama ini di bulan Juni.
Langkah tersebut hanyalah tahap paling awal dari pengembangan vaksin. Tidak ada jaminan keberhasilan, dan meskipun berhasil, mungkin perlu waktu satu tahun atau lebih sebelum diizinkan untuk digunakan. Sebagai gambaran, Moderna dan Pfizer memulai uji coba pada manusia untuk pertama kalinya masing-masing di Maret dan Mei 2020.
Dikutip dari Business Insider, Sabtu (27/3) vaksin oral atau lewat mulut adalah salah satu pilihan yang sedang dipertimbangkan sebagai vaksin generasi kedua yang dirancang agar lebih berskala, lebih mudah diberikan, dan lebih sederhana untuk didistribusikan.
Oravax adalah usaha gabungan dua firma, yakni perusahaan Israel-Amerika Oramed dan perusahaan India Premas Biotech. Menurut keduanya, vaksin oral berpotensi memungkinkan orang untuk mengambil sendiri vaksin tersebut di rumah.
"Vaksin tersebut dapat dikirim dalam lemari es biasa dan disimpan pada suhu kamar, sehingga lebih mudah secara logistik untuk mendapatkannya di mana pun di seluruh dunia," kata CEO Oramed Nadav Kidron.
Menanggapi kabar ini, Prof Paul Hunter, Profesor Kedokteran di University of East Anglia, mengingatkan sikap kehati-hatian dalam pengembangan vaksin oral ini.
"Kita membutuhkan studi yang benar untuk membuktikan manfaat vaksin oral. Tapi vaksin semacam ini mungkin juga bermanfaat bagi orang yang fobia jarum suntik, dan cara ini mungkin bisa lebih mudah dan lebih cepat untuk diberikan," ujarnya.
Dia menambahkan, vaksin Corona dalam bentuk oral mungkin juga dapat menawarkan manfaat lain dibandingkan vaksin yang disuntikkan di lengan.
"Vaksin sistemik (suntikan di lengan) umumnya sangat baik dalam mencegah penyakit yang parah, tetapi mungkin tidak bagus dalam mencegah infeksi," sebutnya.
Teorinya adalah, karena infeksi pertama kali terjadi di hidung dan tenggorokan, vaksin yang difokuskan pada area tersebut akan membantu menghentikan infeksi sebelum berkembang menjadi lebih buruk.
"Data tentang vaksin Oravax belum dipublikasikan hingga saat ini. Hasil uji pada hewan sangat menggembirakan. Tapi jangan berasumsi bahwa hasil pada hewan akan sama dengan manusia. Kita membutuhkan studi lebih lanjut untuk memastikannya," katanya.
Berbagai jenis lain dari vaksin generasi kedua pun sedang berupaya dikembangkan, antara lain vaksin Covid-19 yang disemprotkan ke hidung, atau vaksin yang mungkin ditempelkan ke kulit seperti plester luka. (detikInet/f)
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak