Jakarta (SIB)
Presiden Haiti, Jovenel Moise, dilaporkan tewas ditembak kelompok tak dikenal di rumah pribadinya pada Selasa (6/7) malam.
Kematian Moise diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Haiti, Claude Joseph, melalui pernyataan pada Rabu (7/7) pagi waktu lokal.
Dikutip Reuters, dalam pernyataan itu Joseph menuturkanMoise tewas ditembak oleh sekelompok orang tak dikenal yang menyerbu rumah pribadinya.
Pernyataan Joseph tak mengidentifikasi lebih jelas terkait para pelaku. Namun, ia mengatakan bahwa mereka berbicara bahasa Spanyol.
Sementara itu, Business Insider melaporkan insiden penembakan terjadi sekitar pukul 01.00 dini hari. Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus menyelidiki insiden penembakan ini.
Juga Tertembak
Sementara itu, istrinya atau Ibu Negara Haiti, Martine Moise, juga dilaporkan terkena tembakan, namun berhasil selamat.
Seperti dilansir AFP, Rabu (7/7), Perdana Menteri (PM) interim Haiti, Claude Joseph, yang kini mengambil alih kepemimpinan sementara menuturkan bahwa Martine terkena tembakan hingga mengalami luka-luka saat sekelompok orang menyerbu kediaman kepresidenan Haiti itu.
Joseph menyatakan bahwa Martine kini tengah menjalani perawatan medis di rumah sakit setempat. Kondisi pasti dari sang Ibu Negara Haiti tidak dijelaskan lebih lanjut.
Tidak dijelaskan secara detail soal aksi penyerangan yang berujung kematian Moise. Dalam pernyataannya, Joseph hanya menyebut Moise yang berusia 53 tahun tewas dibunuh dalam serangan yang didalangi sekelompok orang.
Warga Asing
Claude Joseph juga menyebut sekelompok orang yang menyerang kediaman kepresidenan dan membunuh Presiden Jovenel Moise sebagai warga negara asing. Disebutkan bahwa para penyerang berbicara dengan bahasa Inggris dan Spanyol.
Seperti dilansir AFP, Rabu (7/7), Joseph menyebut, bahwa sekelompok individu bersenjata menyerang kediaman Moise.
"Presiden dibunuh di rumahnya oleh sejumlah warga asing yang berbicara bahasa Inggris dan Spanyol," sebut Joseph dalam pernyataannya.
Belum diketahui secara pasti pihak atau kelompok di balik pembunuhan Presiden Haiti ini.
Tidak diketahui apakah para penyerang yang membunuh Moise telah ditangkap atau berhasil kabur.
Joseph mengecam aksi penyerangan yang disebutnya sebagai 'tindakan menjijikkan, tidak manusiawi dan barbar'. Dia juga mengimbau publik Haiti tetap tenang dan menegaskan bahwa polisi serta militer Haiti akan memastikan keselamatan warga.
"Semua langkah telah diambil untuk memastikan kelangsungan negara dan untuk melindungi bangsa. Demokrasi dan Republik ini akan menang," tegasnya seperti dilansir The Daily Beast.
Moise diketahui memimpin Haiti -- negara termiskin di benua Amerika -- melalui dekrit, setelah pemilu legislatif yang seharusnya digelar tahun 2018 tertunda akibat adanya perselisihan termasuk soal waktu berakhirnya masa jabatan Moise sendiri.
Di tengah krisis politik yang melanda, aksi penculikan demi uang tebusan mengalami peningkatan di Haiti selama beberapa bulan terakhir. Situasi ini mencerminkan semakin bertumbuhnya pengaruh geng-geng bersenjata di negara ini.
Tidak hanya itu, Haiti juga menghadapi kemiskinan kronis dan bencana alam yang berulang.
Awal tahun ini, Moise mengklaim adanya upaya kudeta terhadap dirinya, saat masa jabatannya menjadi perselisihan sengit. Bahkan para demonstran sampai turun ke jalanan Haiti untuk memprotes Moise yang dianggap enggan mengakhiri masa jabatannya.
Perselisihan soal akhir masa jabatan Moise ini berawal dari dua interpretasi berbeda soal Konstitusi Haiti dan lamanya masa jabatan presiden. Para pemimpin oposisi menyerukan Moise untuk mengundurkan diri karena masa jabatannya berakhir pada 7 Februari 2021.
Namun Moise bersikeras bahwa masa jabatannya baru berakhir pada Februari 2022 mendatang. (CNNI/Detikcom/c)