Jakarta (SIB)
Kepolisian nasional Haiti telah menangkap sejumlah pria tersangka pembunuhan Presiden Jovenel Moise, seperti diumumkan pemerintah. Pemerintah menambahkan, terjadi baku tembak antara petugas kepolisian dengan pelaku.
Dikutip dari Russia Today, Kamis (8/7), sebuah rekaman video yang belum dikonfirmasi menunjukkan baku tembak beredar di media sosial, di mana rentetan tembakan terdengar ketika kolom asap hitam tampak membubung dari sebuah bangunan di kejauhan.
Operasi kepolisian terus berlangsung di ibu kota Port-au-Prince usai pembunuhan yang mengejutkan publik itu.
Seperti dilansir AFP, Kamis (8/7), Moise yang berusia 53 tahun tewas dibunuh sekelompok individu bersenjata yang menyerang kediamannya, Rabu (7/7) dini hari. Istri Moise, Martine, juga terkena tembakan namun berhasil selamat dan kini menjalani perawatan medis di Miami, Amerika Serikat (AS).
Kepala Kepolisian Nasional Haiti, Leon Charles, dalam pernyataannya menyebut pihak kepolisian langsung mengejar para pembunuh Moise setelah terjadi serangan bersenjata di kediaman kepresidenan di ibu kota Port-au-Prince.
"Empat tentara bayaran tewas, dua lainnya diamankan di bawah kendali kami. Tiga polisi yang disandera telah dibebaskan," ucap Charles dalam pernyataannya.
Wakil Menteri Komunikasi, Frantz Exantus, sebelumnya menyebut 'terduga pembunuh' Moise telah ditahan, kurang dari 24 jam setelah presiden negara itu dibunuh.
"Para terduga pembunuh (Moise) diamankan oleh Kepolisian Nasional di Pelerin sesaat sebelum pukul 18.00 waktu setempat," sebut Exantus via Twitter.
Serangan yang melanda kediaman Presiden Haiti ini membuat negara yang dilanda krisis ini menjadi semakin tidak menentu, dengan warganya merasa ketakutan.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) akan menggelar rapat darurat untuk membahas Haiti Kamis (8/7) waktu setempat.
Perdana Menteri (PM) interim, Claude Joseph, yang kini mengambil alih kekuasaan sementara telah menetapkan 'situasi pengepungan nasional' yang mengabulkan kekuatan eksekutif tambahan.
Usai pembunuhan terjadi, bandara di ibu kota Port-au-Prince ditutup sementara. Saksi mata menuturkan bahwa kondisi ibu kota cenderung sunyi dengan jalanan kosong dan tidak ada pasukan keamanan tambahan yang berpatroli.
"Kematian ini tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa ada hukuman," tegasnya.
Sebelumnya, Duta Besar Haiti untuk AS, Bocchit Edmond, menuturkan kepada wartawan bahwa para pembunuh Moise merupakan tentara bayaran yang 'profesional' yang menyamar sebagai agen-agen Badan Penegakan Narkoba AS. Tidak disebut jumlah pasti pelaku penyerangan dan pembunuhan Moise.
"Kami memiliki sebuah video dan kami meyakini bahwa mereka adalah tentara bayaran," sebutnya. (Merdeka/Detikcom/c)