Jakarta (SIB)
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memperkirakan perlu adanya tambahan vaksin sekitar 350 juta dosis untuk vaksinasi setidaknya 10% populasi di setiap negara pada September 2021. Selain itu, perlu 11 miliar dosis untuk vaksinasi 70% populasi dunia pada pertengahan tahun 2022.
"Ini merupakan tantangan yang tidak kecil. Namun melalui kerja sama tantangan ini akan dapat diatasi bersama," ujar Retno dalam keterangan tertulis, Rabu (14/7).
Meskipun dunia telah memvaksinasi hampir 3,5 miliar dosis vaksin atau mendekati 44% populasi dunia, namun menurut Retno, akses terhadap vaksin dunia masih tidak merata.
Sebagai contoh, di kawasan Amerika Utara dan Eropa, dosis vaksin yang disuntikkan telah mencapai sekitar 75% populasi, bila dibandingkan dengan kawasan Afrika yang baru melakukan vaksinasi sebanyak 4,03% dan kawasan ASEAN sebanyak 16,3% dari total populasi.
Dia menambahkan, dalam beberapa hari kedepan, Indonesia juga akan menerima vaksin melalui skema dose-sharing, yaitu dari AS - jalur multilateral/COVAX Facility, dan dari Jepang (jalur bilateral).
Retno menyebut, tantangan yang dihadapi COVAX adalah pasokan vaksin, yang pada akhirnya menyebabkan keterlambatan pengiriman vaksin COVAX, termasuk ke Indonesia. Hal ini juga dibahas dalam pertemuan ke-5 Covax AMC Engagement Group pada Senin (12/7) yang ia pimpin.
"Di tengah semua tantangan tersebut, COVAX terus bekerja keras agar pasokan vaksin bagi semua negara, terutama negara berkembang dapat terus ditingkatkan," tegasnya.
Retno berharap pasokan vaksin akan lebih baik pada bulan September, Oktober dan ke depannya. Kenaikan pasokan dari COVAX Facility juga dimungkinkan dengan telah dilakukannya kerja sama antara GAVI dengan Sinovac dan Sinopharm yang telah memperoleh Emergency Use Listing (EUL) dari WHO.
Sementara itu, mekanisme dose-sharing di COVAX Facility juga tengah didorong, dan diharapkan dapat membantu distribusi vaksin ke negara dunia. Melalui mekanisme COVAX Facility, hingga akhir 2021 telah terdapat komitmen dose-sharing sekitar 300 juta dosis.
Adapun, Indonesia setelah tadi kedatangan 1,4 juta dosis vaksin Sinopharm, lagi-lagi menerima 3,4 juta dosis vaksin AstraZeneca yang berasal dari COVAX Facility. Sehingga, total vaksin multilateral dari pengiriman ke-8 yang telah tiba di Indonesia sebesar 14.704.860 dosis.
"Dengan tibanya vaksin AstraZeneca sejumlah 3.476.400 dosis dari Covax Facility, Indonesia telah mengamankan vaksin sejumlah 137.611.540 dosis vaksin baik dalam bentuk bahan baku (bulk) maupun vaksin jadi," ujar Retno.
Retno pun memastikan, pemerintah akan terus bekerja keras untuk mengamankan kebutuhan vaksin untuk Indonesia. Terus patuhi protokol Kesehatan dan batasi mobilitas.
"Melalui ikhtiar, kerja keras, kedisiplinan dan persatuan seluruh elemen bangsa kita akan segera dapat keluar dari pandemi ini," harap Menlu.
Sementara itu, perwakilan WHO, Dr. Parienathan mengatakan di tengah mewabahnya virus Covid-19 varian delta, menjadi sangat penting bagi mereka yang belum divaksinasi maupun yang sudah divaksinasi untuk selalu mengikuti protokol kesehatan.
"Lebih penting lagi, untuk tetap di rumah sesering mungkin, jika bisa mengurangi pergerakan dengan tetap di rumah untuk beberapa minggu ke depan, kita dapat mengatasi penularan virus. Itu adalah hal terpenting yang bisa kita lakukan," ujar Dr. Parienathan.
Di sisi lain, Perwakilan UNICEF Indonesia, Robert Gass menyampaikan, kedatangan vaksin ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia yaitu melindungi sebanyak mungkin masyarakat dalam waktu secepat mungkin.
Indonesia telah memberikan vaksinasi kepada lebih 30 juta masyarakat termasuk guru, tenaga pendidik untuk mempersiapkan pembukaan sekolah. Agar siswa bisa melakukan sekolah tatap muka ketika semua sudah siap.
"UNICEF juga senang sekali mendengar pemerintah Indonesia akan lebih agresif (men vaksinasi) menyasar masyarakat ekonomi tingkat bawah, lanjut usia, dan penyandang disabilitas untuk memastikan pemerataan vaksinasi Covid-19," ujarnya. (detikcom/d)