Toba (SIB)
Tiga fraksi di DPRD Toba menyoroti program pertanaman jagung sekaligus pengadaan bibit jagung senilai Rp 6,1 miliar yang dilaksanakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Toba. Dana program tersebut diambil dari hasil refocusing anggaran akibat Covid-19.
Pada rapat paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Toba Efendi Napitupulu pada Kamis lalu, Fraksi Nasional Demokrat (Nasdem) melalui Boy Antoni Simangunsong, Fraksi Demokrat melalui Hisar Hutagaol dan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui Diama Aruan, minta penjelasan tentang program tersebut pada saat penyampaian tanggapan atas nota pengantar LKPj Bupati Toba 2020 dan RPJMD 2021 - 2026.
Fraksi Nasdem menyampaikan, menanam jagung di daerah persawahan adalah sangat memprihatinkan, karena persawahan yang irigasinya lengkap tidak memungkinkan ditanam jagung.
Menurutnya, ini adalah program yang kurang tepat sasaran. Karena dengan biaya sebesar Rp 6 miliar untuk pembelian benih jagung dan Kabupaten Toba akan menjadi penghasil jagung terbesar se-Tapanuli Raya.
“Jagung itu ditanam di lahan tidur atau persawahan tadah hujan. Masih banyak lahan tidur yang masih bisa dimanfaatkan. Namun kenapa harus dipaksakan di daerah persawahan. Mohon penjelasan dari saudara bupati dan wakil bupati. Berapa luas lahan yang ditanami dengan pembelian bibit jagung sebesar Rp 6 miliar," tanyanya.
Fraksi PKB melalui Diama Aruan mengatakan, menelaah rancangan akhir RPJMD yang telah disampaikan serta melihat pelaksanaan APBD 2021 yaitu pemberian bibit jagung gratis kepada petani dengan kuantitas yang begitu besar yakni 50 ton, tentu menimbulkan pertanyaan fraksi mereka.
"Apakah kegiatan tersebut sudah melalui kajian ilmiah yang konprehensif. Apakah jejaring pengaman sebelum penanaman hingga pasca panen jagung sudah disiapkan. Data lahan kering dan lahan pasca panen sawah padi sudah terdata sebelumnya dengan teliti atau akurat untuk penanaman jagung. Hingga kapankah bibit jagung yang telah tersedia dimanfaatkan oleh petani disamping bibit jagung yang disumbangkan TPL?" tanya Aruan.
Fraksi Demokrat melalui Hisar Hutagaol mengapresiasi langkah yang diambil pemerintah dengan menyiapkan bibit jagung yang begitu fantastis sebesar Rp 6 miliar. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah ketersediaan lahan mencukupi untuk menampung bibit jagung secara keseluruhan.
"Kita tidak sepakat dengan niatan pemerintah yang ingin melakukan peningkatan ekonomi masyarakat lewat bercocok tanam jagung. Tetapi kami sangat tidak yakin akan ketersediaan lahan tersebut untuk menyerap bibit secara keseluruhan. Disamping kita juga perlu mengingat sekarang adalah musim hujan. Tentu musim hujan sangat memengaruhi produktivitas tanaman jagung tersebut," pungkasnya.
Bupati Toba Poltak Sitorus dalam nota jawaban yang disampaikan pada lanjutan rapat paripurna yang berlangsung, Jumat (20/8) mengatakan, dalam rangka pemulihan ekonomi di Kabupaten Toba, sektor pertanian adalah sektor strategis dan menjadi prioritas.
Dijelaskannya, luas lahan sawah di Kabupaten Toba 17.438 hektare dengan indeks pertanaman 1, 25. Artinya terdapat 13.078 lahan yang menganggur setiap tahunnya pasca panen bulan Juni - Agustu.
Dalam rangka meningkatkan indeks pertanaman di lahan sawah dari 1,25 menjadi 1,50 sekaligus diharapkan meningkatkan luas pertanaman. " Kami memprogramkan bahwa penambahan pertanaman tersebut di lahan sawah adalah dengan menanam jagung. Sehingga diperoleh luas tanam jagung pada tahun 2020 adalah 7.591 hektare dan tahun 2021 menjadi 10.927 hektare.
Pemerintah lanjut Poltak, mengambil langkah inisiatif mengajak masyarakat bertanam jagung di lahan sawah dengan stimulus benih jagung 50. 040 kilogram dengan anggaran Rp 6,1 miliar pertanaman di lahan sawah jauh lebih efisien, mudah dan murah dibandingkan bertanam jagung di lahan kering. " Kami juga akan melakukan pertanaman jagung di lahan kering, " pungkasnya. (G1/a)