Jakarta (SIB)
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menegaskan Covid-19 varian Mu atau B1621 belum terdeteksi di Indonesia. Varian Mu pertama kali ditemukan di Kolombia pada 31 Agustus lalu.
"Belum," katanya, Minggu (5/9).
Meski varian Mu belum terdeteksi, pemerintah mulai meningkatkan pengawasan di pintu masuk Indonesia, seperti bandara dan pelabuhan. Pengawasannya berupa pemeriksaan whole genome sequencing kepada warga negara Indonesia (WNI) atau warga negara asing (WNA) yang memiliki riwayat perjalanan ke negara terjangkit varian Mu. Seperti Kolombia, Jepang, India, Hongkong, dan Ekuador.
"Upaya lainnya masyarakat diimbau tetap disiplin prokes (protokol kesehatan) dan kurangi mobilitas," sambungnya.
Nadia juga mengingatkan masyarakat untuk segera melakukan pemeriksaan jika mengalami gejala Covid-19. Selain itu, masyarakat harus mengikuti vaksinasi Covid-19 sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Sebelumnya, Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan pemerintah mengawasi ketat mobilitas dalam negeri maupun internasional. Pernyataan ini menanggapi munculnya varian baru Mu atau B1621.
"Walaupun saat ini kondisi cenderung normal dan beberapa pembukaan sektor secara gradual dilakukan, pemerintah terus berusaha mengawasi mobilitas dalam dan luar negeri dengan penuh kehati-hatian," ungkapnya dalam konferensi pers yang disiarkan dalam YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (2/9).
Mantan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI) ini menjelaskan, varian Mu telah dikategorikan sebagai Variant of Interest (VoI) oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
"Status VoI diberikan kepada varian yang diamati untuk dapat memberikan kesimpulan bahwa varian ini bersifat lebih infeksius daripada varian originalnya," terangnya.
Menurut Wiku, varian Mu sudah menyebar. Sejumlah negara mulai mengidentifikasi keberadaan varian tersebut, seperti Amerika Selatan dan Eropa.
"Saat ini, persebarannya sudah ditemukan di beberapa negara lain, di Amerika Selatan dan Eropa," kata Wiku.
Jangan Terlena
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta masyarakat untuk tak terlena dengan penurunan kasus Covid-19. Dia mengingatkan masyarakat tetap waspada dengan terus menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Pasalnya, kata Tito, hingga saat ini masyarakat masih berdampingan dengan Covid-19 dan mutasinya yang menghasilkan varian Delta. Terlebih, varian Delta ini disebut lebih cepat menular daripada virus asalnya.
"Kita menyambut gembira tentunya semua perkembangan yang baik ini, dan ini juga sama, di tingkat nasional juga demikian. Namun kita perlu waspadai, jangan terlena karena kita berhadapan dengan varian Delta," tegas Tito dikutip dari siaran persnya, Minggu (5/9).
Menurut dia, Covid-19 varian delta membuat kasus penularan virus corona di Indonesia dan beberapa negara lainnya meningkat. Kendati begitu, kasus Covid-19 di Indonesia kini telah menunjukkan penurunan.
Tito mengklaim hal ini dikarenakan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdasarkan zonasi dan level wilayah dan kebijakan vaksinasi. Kemudian, penurunan kasus disebut dikarenakan perbaikan perawatan, dan penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat.
"Dengan langkah-langkah PPKM dan lain-lain, protokol kesehatan, perbaikan perawatan, alhamdulillah trennya menurun," kata dia.
Namun, dia menekankan kewaspadaan dalam menghadapi skenario terburuk, termasuk menghadapi varian Delta ini terap harus disikapi dengan serius. Tito meminta setiap daerah untuk tetap waspada dengan penyebaran Covid-19.
Untuk itu, dia mengimbau agar penerapan protokol kesehatan dilaksanakan secara konsisten. Selain itu, Tito menyampaikan agr pemerintah daerah segera melakukan percepatan vaksinasi Covid-19 agar segera terbentuk herd immunity atau kekebalan komunal.
"Jangan pernah berhenti, terutama pakai masker, kemudian juga mendeteksi kerumunan-kerumunan, bekerja sama dengan semua pihak agar kerumunan yang berpotensi penularan itu dapat dikurangi," tutur Tito.
Heran
Terpisah, Politisi Malaysia pemimpin Partai Aksi Demokratik (DAP) Lim Kit Siang mempertanyakan mengapa kasus Corona di Indonesia menurun drastis, lebih cepat dibanding tren kasus di negaranya. Kementerian Kesehatan RI menyampaikan kuncinya adalah pengendalian mobilitas masyarakat.
"Kunci kita adalah kita segera mengurangi mobilitas dengan kebijakan PPKM, dukungan masyarakat terhadap upaya bersama untuk menerapkan PPKM yang menjadi kunci kita bisa menurunkan laju penularan," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi, Minggu (5/9).
Pemerintah juga mendorong vaksinasi masyarakat agar mau divaksinasi. Selain itu, pemerintah memperkuat komitmen tenaga kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19 dan menambah banyak tenda darurat dan rumah sakit darurat.
"Terakhir upaya penyesuaian yang cepat dari fasyankes, komitmen kuat dari nakes untuk tetap memberikan pelayanan yang maksimal walau di tengah penambahan tenda darurat, RS darurat, ditambah risiko penularan tinggi, kasus banyak dalam waktu singkat," ujarnya.
Dikutip dari Malaymail, Lim mempertanyakan hal ini kepada Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin. Ia menegaskan bahwa vaksinasi bukan satu-satunya cara menyelesaikan masalah Corona di Malaysia.
"Bisakah menteri kesehatan yang baru, Khairy Jamaluddin, menjelaskan mengapa selama 16 hari berturut-turut, Indonesia telah mengurangi kasus baru Covid-19 hariannya menjadi kurang dari Malaysia bahkan kurang dari setengah seperti kemarin 8.955 kasus menjadi 20.988 kasus Malaysia?" kata Lim.
"Ini bukan mencari-cari kesalahan, tetapi mencari cara untuk meningkatkan penanganan kita terhadap pandemi Covid-19 sehingga memenangkan perang melawannya," tambah pemimpin DAP itu.
Catatan Lim, Malaysia saat ini menjadi salah satu negara dengan kinerja terburuk di dunia terkait respons Covid-19. Kasus baru per satu juga penduduk berada di 572,43 dibandingkan dengan Indonesia 37,40. (Merdeka/Liputan6/detikcom/d)