Batu (SIB)
Kota Batu, Jawa Timur, dilanda banjir bandang hingga menewaskan 7 orang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan salah satu penyebabnya adalah hancurnya bendung alam.
"Intensitas hujan tinggi, debit air di hulu menjadi lebih besar. Ini kemudian airnya tertahan dan ketika dia overtop/melimpas, bendung alam ini hancur. Ketika bendung alam ini hancur, ini yang membawa kemudian ke bawah tidak hanya masalah pasir, tapi juga volume air yang sangat besar beserta pohon-pohon ke bawah," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dilansir dari Antara, Minggu (7/11).
Abdul mengatakan bendungan alam ini terbentuk dari longsor-longsor kecil dari sisi tebing yang tidak dilindungi oleh vegetasi yang berakar kuat. Masalah lain yang memperparah dampak banjir bandang adalah banyaknya kebun semusim di lereng tembing sungai.
Jadi, bila terjadi hujan deras, hal itu dapat berpeluang mengakibatkan longsor.
"Di sepanjang bantaran sungai itu cukup banyak kebun-kebun semusim yang dibuat di lereng tebing sungainya, yang ketika hujan dengan intensitas tinggi, ini seperti meleleh karena akar dari sayuran, akar dari tanaman-tanaman semusim itu tidak mengikat tanah sehingga begitu hujan dengan intensitas tinggi ini akan membawa saturasi sehingga tanah ini bisa turun ke bawah," ungkapnya.
Dampak longsoran di bagian tengah dan hilir akan menambah kontribusi sedimen dan volume lumpur yang terkumpul akan semakin banyak.
BNPB merekomendasikan masyarakat menanam pohon yang memiliki akar kuat di pinggir lereng tebing, terutama di pinggir kawasan kebun semusim.
BNP juga meminta pihak berwenang mengatur regulasi sempadan sungai agar tidak ditanami kebun semusim. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah menanam tanaman vetiver di lereng terjal dengan kemiringan lebih dari 30 derajat.
"Penegakan aturan sempadan sungai harus kita perkuat, terutama untuk penggunaan kebun semusim tadi," katanya.
Sebelumnya, banjir bandang di Kota Batu merusak puluhan rumah milik warga di enam titik. Selain rumah, air bah bercampur lumpur, batu, serta kayu menghanyutkan ratusan ternak warga.
Ada 89 kepala keluarga terdampak banjir bandang, 35 unit rumah rusak, rumah terendam lumpur sebanyak 33 unit, mobil rusak 7 unit, motor 73 unit, hewan ternak 107 ternak, dan kandang sebanyak 10.
"Ada enam titik terdampak banjir, yakni Desa Sumberbrantas, Bulukerto, Bumiaji, Sidomulyo, Tulungrejo, dan Desa Punten. Saat ini masih fokus pencarian korban hilang dan pembersihan material banjir," kata Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso kepada wartawan, Sabtu (6/11).
Total jumlah korban meninggal akibat banjir bandang sebanyak 7 orang. Mereka adalah Wiji, warga RT06 RW04, Dusun Sambong, Desa Bulukerto, lokasi ditemukan di Kali Sambong; Sarip (60) warga RT06 RW04, warga Dusun Sambong Desa Bulukerto, usia sekitar 60 tahun, lokasi ditemukan di Dusun Beru.
Kemudian, Adi Wibowo, warga Jl. Kartini, Kel Ngaglik, lokasi hilang di Dusun Cangar, Desa Bulukerto, ditemukan di Dam Durek; Wakri, Dusun Sabrang Bendo RT 51 RW 8 Desa Giripurno ditemukan di Desa Tawangargo; Mahendra Feri, Dukuh Sambong, Dusun Gintung ditemukan di Dusun Beru, bersama putrinya, Alverta Shenazia Arvisa Vindra dan Tokip, warga Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
"Dengan ditemukannya seluruh korban hilang, maka operasi pencarian dihentikan. Dan difokuskan melakukan penanganan pasca banjir bandang di Batu berupa pembersihan material berupa lumpur yang masih ada di sekitar pemukiman," jelas Wakil Wali Kota Batu, Punjul Santoso, saat dikonfirmasi. (detikcom/f)