Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 20 Agustus 2025
Istana Raja Sisingamangaraja XII di Lumbanraja-Simamora Baktiraja

Situs Budaya dan Sejarah Batak, Masihkah Juara Pesona Indonesia?

Catatan Ads Franse Sihombing, Wartawan Harian SIB
Redaksi - Minggu, 05 Desember 2021 08:10 WIB
1.208 view
Situs Budaya dan Sejarah Batak, Masihkah Juara Pesona Indonesia?
Foto: Dok/Buku Profil Potensi Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan
ISTANA: Istana Raja Sisingamangaraja XII di Lumbanraja, Desa Simamora, Kecamatan Baktiraja  Kabupaten Humbang Hasundutan.

Terlepas dari berapa banyak yang masih ingat dan sudah lupa akan momen penetapan Istana Raja Sisingamangaraja XII sebagai Juara Pesona Situs Budaya dan Sejarah Terpopuler pada acara Anugerah Pesona Indonesia (API) 2019 di Jakarta pada 22 November 2019 lalu, hal yang perlu dicermati dari 'bahasa' itu adalah apakah pesona itu masih melekat untuk tahun-tahun selanjutnya atau hanya pada tahun itu saja?

"Sebagai situs yang sifatnya ornamental (benda mati), kalau ditabalkan sebagai objek terpopuler, idealnya predikat juara itu berlaku abadi sepanjang tahun, tidak hanya selama setahun itu (2019) saja. Selain karena bukan produk kompetisi melainkan dasar kategori, predikat juara itu kan didasari potensi dan histori serta urgensi yang eksis-abadi sehingga populer mulai dari lingkup lokal, nasional hingga internasional. Kalaupun ada forum lanjutan pada tahun berikutnya, objek situs budaya bersejarah terpopuler yang jadi juara pesona bisa saja bertambah setelah Istana Sisingangaraja XII, bukan sifatnya berganti. Beda dengan hasil kompetisi, predikat juara untuk hal pesona sejatinya jangan menjadi sifat atau istilah 'pernah'," ujar Captain Tagor Aruan, praktisi jasa surveyor yang juga Ketua Umum Komite Independen Batak (KIB) Pusat, Jumat (3/12).

Tegasnya, ujar dia, penetapan gelar atau predikat juara pesona terhadap objek situs budaya bersejarah terpopuler di Indonesia itu jauh beda dengan sistem kompetisi atau pemilihan gadis tercantik-sexy seperti Miss Universe dan semacamnya. Sehingga, predikat juara pesona bagi Istana Raja Sisingamangaraja XII itu tidak semata-mata sebagai 'versi API 2019.

Tagor secara khusus mencontohkan model penetapan objek multi situs budaya dan sejarah yang menjadi Tujuh Keajaiban Dunia (Seven Wonderfull). Untuk kategori situs kuno bersejarah dan terpopuler, ketujuh objek Seven Wonderfull itu adalah Mahamenara (tertinggi di bumi) di Babilonia, Patung Zeus di Mesir, Piramida Spinx di Mesir, Kuil Artemus Zeus di Yunani, Patung Collosius Helios di Rodhes Yunani, dan Mercu Suar Alexandria di Pharos-Mesir.

Penambahan situs terpopuler pada era berikutnya ternyata tidak mengubah predikat Seven Wonderfull (SWF) sebelumnya. Objek SWF kategori situs sejarah-klasik itu adalah Benteng Raksasa (Great Wall) di Tiongkok, Menara 'miring' Pisa di Italia, Pusara Taj Mahal di India, Piramid Itza di Kairo-Mesir, Markas Kuno Machu Pichu di Urubamba Peru, Graha Hagia Sophia (pernah jadi gereja, mesjid dan museum) di Istanbul Turki, dan kota-markas kuno Raja Petra di Yordania.

Lalu, versi terbaru dari UNESCO dengan predikat Tujuh Keajaiban Dunia Baru (New Seven Wonder Wold), juga tak mengubah predikat 'Keajaiban' tujuh situs budaya bersejarah dunia yang sebelumnya. Malah, 'juara pesona dunia' itu bertambah walau masih ada situs yang terposisi tetap dengan kategori klasik-kuno seperti Benteng Kuno Raksasa di Tiongkok, Arena Gladiator Colosseum di Roma Italia Pusara, Taj Mahal di India dan markas kuno Raja Petra di Yordania. Dua objek baru dimasukkan sebagai kategori modern yaitu Patung Kristus Redeemer (Penebus) di Rio de Jeneiro Brazil dan Makam Raja Chichen Itza yang direnovasi di Yucatan Mexico.

"Pada sesi forum ini (7 Juli 2007) Candi Borobudur sempat dinominasi, tapi entah kenapa gagal. Apa memang tak ada 100 juta orang responden mancanegara terhadap Borobudur walau popularitasnya sejak zaman peradaban Hindu Kuno sudah mendunia? Lalu, apa parameter sesungguhnya untuk disebut terpopuler, nilai histori sebagai situs kuno atau angka responden sebagai jumlah pengagum? Filosofinya, keabadian histori kan sumber populeritas dan kemashuran karena juga mengandung sakralitas, sedangkan angka atau jumlah sifatnya fluktuatif (berubah-ubah) dan bisa direkayasa publik di kalangan pengguna aneka medsos," ujar Tagor serius.

Kendati pada 2020 lalu juara API (kategori situs kuno bersejarah) adalah Desa Adat Wae Rebo di Manggarai NTT sebagai hasil responden dari 3,4 juta tautan, 53.900 ekspos lintas media dan 25 juta postingan, lalu berapa responden lanjut sehingga pada 2021 (30/11) situs sejarah Arca Megalith Basemah di Pagaralam Sumsel sebagai juara baru API?
Intinya, Tagor menilai adaya juara-juara baru, apalagi juara dalam hal pesona budaya dan sejarah, sebaiknya bukan dan jangan menjadi bentuk perubahan, tapi harus sebagai penambahan berdasarkan nilai pesona, bukan 'vote'. Sehingga, Istana Raja Sisingamangaraja XII di Sumut, kini bersama Desa Kuno Wae Rebo NTT dan Arca Megalith Basemah Pagaralam di Sumsel, bukan disebut 'pernah' juara pesona, tapi 'sudah dan tetap juara'. Alasannya, pesona berupa nilai sejarah pada situs kuno tetap abadi walau secara fisik bisa hancur dimakan zaman.

Seperti halnya Makam Raja Chichen Itza di Yucatan Mexicoyang direnovasi karena nyaris rapuh termakan usia, Istana Raja Sisingamangaraja XII di Lumbanpande Desa Sinambela Kecamatan Bakkara (kini Kecamatan Baktiraja) juga pernah musnah dibakar pasukan Tuanku Rao bersama koloni Belanda ketika invasi Perang Padri di Tanah Batak pada 1825.

Istana Raja Sisingamangaraja XII, peninggalan tahun 1530-1907 itu baru dibangun kembali dengan tekstur dan postur asli rumah adat Batak kuno pada 1978 di Lumbanraja Desa Simamora Kecamatan Baktiraja. Nilai dan makna yang terkandung pada nama Lumbanraja (kampung atau markas raja), Simamora (yang kaya-berjaya), dan Baktiraja (raja pengayom dan pengabdi), adalah pesona dan marwah yang takkan berubah oleh era apapun.

Lalu, kerelaan lelah dengan masa tempuh 5-6 jam pada jarak 292 kilometer (dari Medan) demi mengunjungi dan menikmati objek situs Istana Raja Sisingamangaraja XII itu, plus kisah heroik serba misteri sepanjang dinasti Raja Sisingamangaraja I hingga XII, dan pro-kontra histori di kancah politik dan religi serta adat-budaya Batak kuno tentu (mutlak) karena nilai pesona, tak hanya jadi populer dan juara, tapi juga ABADI sehingga harusnya juga menjadi pesona dunia. (A5/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru