Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Rekor Dunia, AS Catat 1,35 Juta Kasus Corona Sehari dan Rawat Inap Membludak

* Rawat Inap di Prancis Melonjak Tajam, Jutaan Orang Terjebak Lockdown di China
Redaksi - Rabu, 12 Januari 2022 10:01 WIB
334 view
Rekor Dunia, AS Catat 1,35 Juta Kasus Corona Sehari dan Rawat Inap Membludak
(Foto: AP Photo)
Kasus Corona harian di AS memecahkan rekor dunia 
Washington DC (SIB)
Amerika Serikat (AS) melaporkan 1,35 juta kasus baru virus Corona (Covid-19) dalam sehari di wilayahnya. Angka ini kembali memecahkan rekor global untuk lonjakan kasus Corona tertinggi dalam sehari.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (11/1), angka tersebut didasarkan pada data penghitungan terbaru Reuters, yang menunjukkan sedikitnya 1.350.000 kasus Corona terdeteksi pada Senin (10/1) waktu setempat.

Angka tersebut menggeser rekor global sebelumnya yang juga dicetak oleh AS pada 3 Januari lalu, ketika 1,03 juta kasus Corona terdeteksi dalam sehari. Angka tersebut juga menandai momen pertama lonjakan kasus Corona di AS menembus angka 1 juta kasus untuk pertama kalinya.

Rekor baru yang dicetak AS dengan 1,35 juta kasus Corona dalam sehari itu tercatat ketika varian Omicron yang sangat menular terus menyebar dengan cepat tanpa ada tanda-tanda melambat.

Rekor itu juga tercatat pada hari yang sama ketika AS melaporkan lonjakan tertinggi untuk angka rawat inap pasien Corona di rumah sakit, yang menurut penghitungan Reuters, mengalami peningkatan hingga dua kali lipat dalam tiga pekan.

Saat ini, tercatat lebih dari 136.604 orang terinfeksi Corona yang dirawat di rumah sakit di AS. Angka itu melampaui rekor sebelumnya pada Januari tahun lalu, ketika 132.051 pasien Corona dirawat di rumah sakit.

Lonjakan kasus Corona, di sisi lain, telah mengganggu aktivitas sekolah yang berjuang mengatasi banyaknya staf, guru dan sopir bus yang absen karena terpapar Corona. Kota Chicago membatalkan kegiatan belajar-mengajar untuk hari keempat karena para guru dan otoritas pendidikan setempat gagal menyepakati penanganan kenaikan kasus Corona.

Sementara itu, angka kematian akibat Corona mencapai rata-rata 1.700 kematian per hari -- meningkat dari 1.400 kematian per hari dalam beberapa hari terakhir.

Membludak
Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat inap di rumah sakit di Amerika Serikat terus meningkat. Seperti diberitakan kantor berita Reuters, Selasa (11/1), rawat inap terus meningkat sejak akhir Desember 2021 lalu, dua kali lipat dalam tiga minggu terakhir, seiring varian Omicron dengan cepat mengambil alih Delta sebagai versi virus Corona yang dominan di Amerika Serikat.

Menurut analisis Reuters, wilayah Delaware, Illinois, Maine, Maryland, Missouri, Ohio, Pennsylvania, Puerto Rico, US Virgin Islands, Vermont, Virginia, Washington DC, dan Wisconsin telah melaporkan tingkat rekor pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit baru-baru ini.

Meskipun berpotensi tidak terlalu parah, para pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa banyaknya infeksi yang disebabkan oleh varian Omicron dapat membebani sistem rumah sakit. Sejumlah rumah sakit bahkan telah menangguhkan prosedur tertentu karena mereka berjuang untuk menangani lonjakan pasien di tengah kekurangan staf.

Izinkan
Otoritas kesehatan di beberapa wilayah Amerika Serikat mengizinkan perawat dan pekerja rumah sakit lain yang terinfeksi Covid-19 bekerja. Namun, izin ini hanya diberikan jika mereka memiliki gejala ringan atau tak bergejala.

Kebijakan ini terpaksa dilakukan karena kekurangan staf rumah sakit yang parah dan lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron, dikutip dari Associated Press.

Otoritas kesehatan California mengumumkan, staf rumah sakit yang mendapatkan hasil positif terinfeksi virus corona, tetapi tak memiliki gejala dapat terus bekerja.

Beberapa rumah sakit di Pulau Rhode dan Arizona juga menerapkan kebijakan yang mirip, di mana pegawai bisa terus bekerja jika tak bergejala atau bergejala ringan.

Di wilayah Phoenix, operator rumah sakit Dignity Health mengimbau staf terinfeksi Covid-19 yang dirasa mampu bekerja boleh meminta izin ke manajer mereka agar bisa kembali mengurus pasien. Namun, imbauan ini baru akan diterapkan dalam beberapa hari atau pekan ke depan.

"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan karyawan kami bisa kembali bekerja sembari melindungi pasien dan staf kami dari transmisi Covid-19," kata Dignity Health dalam sebuah pernyataan.

Di lain sisi, Kementerian Kesehatan Masyarakat California mengatakan kebijakan baru tadi dilatarbelakangi oleh 'krisis kekurangan staf.' Badan ini meminta pihak rumah sakit untuk melakukan segala acara untuk memenuhi kekurangan staf lewat merekrut pegawai di luar agensi kepegawaian.

Selain itu, pekerja yang terinfeksi diwajibkan menggunakan masker KN95 dan hanya ditugaskan merawat pasien Covid-19, tutur lembaga itu lagi.

"Kami tak meminta kebijakan ini, dan kami tak memiliki informasi apapun terkait rumah sakit bakal mengadopsi pendekatan ini atau tidak," ujar juru bicara Asosiasi Rumah Sakit California, Jan Emerson-Shea.

Emerson-Shea juga menuturkan banyak pekerja rumah sakit yang terpapar virus, dan kemudian sakit atau menjaga anggota keluarga mereka yang sakit.

Melonjak Tajam
Sementara itu, jumlah pasien terinfeksi virus Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Prancis bertambah 767 orang dalam sehari. Angka itu tercatat sebagai lonjakan angka rawat inap tertinggi di Prancis sejak April 2021 saat tingkat penularan varian Omicron yang tidak terkendali mendorong angka rawat inap.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (11/1), tambahan itu menjadikan total angka rawat inap di Prancis saat ini mencapai 22.749 pasien.

Pada Senin (10/1) waktu setempat, Kementerian Kesehatan Prancis melaporkan nyaris 94.000 kasus Corona dalam sehari.

Dengan tambahan tersebut, maka angka rata-rata tujuh hari untuk kasus harian Corona mencapai 269.614 kasus -- mencetak rekor tertinggi untuk ke-14 kali.

Data Kementerian Kesehatan Prancis juga menyebut angka penerimaan pasien Corona untuk unit perawatan intensif (ICU) meningkat 57 pasien dalam sehari, menjadi 3.904 pasien hingga Senin (10/1) waktu setempat. Angka itu tercatat sebagai yang tertinggi sejak pertengahan Mei tahun lalu.

Terjebak Lockdown
Pemerintah China juga menerapkan lockdown terhadap kota Anyang di tengah penyebaran virus Covid-19 varian Omicron yang sangat menular. Sedikitnya lima juta warga kota Anyang diperintahkan tetap berada di rumah mulai Selasa (11/1) waktu setempat.

Seperti dilansir AFP, Selasa (11/1), Beijing sangat mewaspadai wabah baru Corona karena tengah bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin bulan depan. Strategi 'nol-Covid' masih dipertahankan dengan menerapkan lockdown terarah, mengendalikan perbatasan dan masa karantina yang lama.

Sementara langkah-langkah itu menjaga jumlah kasus baru tetap rendah dibandingkan negara-negara lain yang menjadi hotspot Corona, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa, China kini tengah berjuang mengatasi kemunculan wabah baru di berbagai kota di wilayahnya.

Otoritas kota Anyang mengumumkan penerapan lockdown pada Senin (10/1) tengah malam waktu setempat, dengan merilis pemberitahuan yang memerintahkan setiap warga untuk tidak pergi keluar rumah atau mengemudikan kendaraan di jalanan.

Seluruh bisnis non-esensial diperintahkan tutup dan tes Corona massal diluncurkan terhadap semua warga kota tersebut.

Laporan televisi nasional CCTV menyebut 58 kasus penularan lokal terdeteksi dalam sehari terakhir di Anyang. Dengan tambahan itu, maka total 84 kasus Corona tercatat di kota ini sejak kemunculan wabah baru pada Sabtu (8/1) lalu.

Tidak diketahui secara jelas apakah kasus-kasus baru itu berkaitan dengan varian Omicron.

Otoritas kota Anyang telah membatasi perjalanan ke luar wilayahnya, yang menurut para pejabat setempat, diperlukan untuk 'memastikan wabah tidak meluas ke area-area di luar wilayah itu'.

Ditambah Anyang, tercatat sudah tiga kota di Provinsi Henan yang dilanda wabah baru Corona. Zhengzhou, yang merupakan ibu kota provinsi tersebut, telah menutup sementara sekolah dan melarang restoran menerima konsumen yang makan di tempat.

Kota Yuzhou, yang berpenduduk 1 juta jiwa, memberlakukan perintah tetap di rumah sejak pekan lalu.

Sementara itu, di wilayah Tianjin, kota pelabuhan yang berjarak 150 kilometer dari Beijing, melarang orang-orang pergi ke luar kota tanpa izin resmi dan memerintahkan tes massal terhadap seluruh 14 warganya.

Kota Xi'an di wilayah utara telah berada di bawah lockdown selama tiga pekan terakhir dalam upaya menangkal penyebaran wabah Corona yang sejauh ini memicu total 2.000 kasus. (CNNI/Detikcom/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru