Jakarta (SIB)
Dunia tengah digegerkan dengan penemuan Covid-19 Deltacron. Ini merupakan virus gabungan yang terdiri dari dua varian Corona yaitu Delta dan Omicron.
Deltacron ini juga disebut sebagai varian hybrid karena mengandung gen dari kedua varian tersebut. Ini terjadi karena dua virus menginfeksi gen yang sama, terjadi pertukaran gen, sehingga munculah virus rekombinan atau gabungan ini.
Kemunculan varian Deltacron ini juga sudah dikonfirmasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pemimpin teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan kemungkinan munculnya virus rekombinan ini telah diprediksi.
"Ini hal yang sudah diprediksi, terutama dengan sirkulasi Delta dan Omicron yang intens," kata Maria lewat Twitternya seperti dikutip pada Selasa (15/3).
Lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) juga telah melaporkan sejumlah kasus Deltacron di beberapa negara di dunia.
1. Prancis
Lembaga (GISAID) menyebut Deltacron diidentifikasi pertama kali di Prancis oleh konsorsium EMERGEN. Diperkirakan virus gabungan ini sudah menyebar sejak awal Januari 2022. Dari laman tersebut, ada sebanyak 10 kasus Deltacron diidentifikasi pada saat pertama kali ditemukan. Kini jumlah kasusnya sudah mencapai 36 kasus.
2. Denmark dan Belanda
Selain di Prancis, pada briefing 9 Maret 2022 pihak WHO mengatakan varian Deltacron ini juga terdeteksi di Belanda dan Denmark. Dari data GISAID, Deltacron di Denmark mencapai 8 kasus, sementara Belanda 1 kasus.
3. Jerman
Negara di Eropa lainnya yang melaporkan kasus Deltacron adalah Jerman. Dari data GISAID, sejauh ini baru ada satu kasus Deltarcron yang diidentifikasi.
4. Belgia
Data GISAID juga mencatat Belgia sebagai salah satu negara yang melaporkan kasus Deltacron. Sampai saat ini tercatat ada 1 kasus varian Deltacron yang telah diidentifikasi.
5. Inggris
Dikutip dari The Guardian, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengungkapkan laporan adanya sekitar 30 kasus varian Deltacron yang terdeteksi di Inggris.
Ilmuwan dari Pasteur Institute Dr Etienne Simon-Loriere mengatakan ada kemungkinan rekombinan Deltacron yang dilaporkan di negara-negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, menggabungkan bagian berbeda dari virus induknya.
Maka dari itu, masih ada kemungkinan bahwa varian tersebut berbeda dengan Deltacron yang ditemukan di Prancis.
6. Amerika Serikat
Dikutip dari USA Today, laboratorium Helix di San Mateo, California, yang bekerja sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melakukan pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) pada 29.719 sampel. Sampet tersebut dikumpulkan pada 22 November 2021 hingga 13 Februari 2022 di seluruh Amerika Serikat.
Hasil penelitian tim, termasuk University of Washington Medical Center dan perusahaan pengujian Thermo Fisher Scientific, para ahli menemukan ada dua infeksi yang teridentifikasi Deltacron.
7. Brasil
Baru-baru ini, Brasil mengkonfirmasi dua kasus infeksi akibat varian Deltacron. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Brasil Marcelo Queiroga pada Selasa (15/3).
"Layanan pengawasan genomik kami telah mengidentifikasi dua kasus di Brasil. Satu di Amapa, satu lagi di Para," kata Queiroga yang dikutip dari XinhuaNet, Rabu (16/3).
Melihat kemunculan virus gabungan itu, Queiroga mengimbau agar masyarakat di Brasil harus tetap waspada. Ia juga mendesak masyarakat segera mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap.
Bagaimana di Indonesia?
Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan dari data yang ada sampai saat ini belum ada kasus Deltacron yang terkonfirmasi di Indonesia. Ia mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pemantauan terkait keberadaan virus gabungan tersebut.
"Hingga saat ini, pemerintah belum mendeteksi kasus varian Deltacron di Indonesia dan kita terus akan memantau," tutur dr Nadia dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Rabu (16/3).
"Vaksin Covid-19 jenis apapun yang saat ini kita gunakan masih efektif untuk mempertahankan diri dari virus Covid-19, termasuk sub varian Omicron BA.1 maupun BA.2," sambungnya.
Tidak Melonjak
Terpisah dilaporkan, Pemerintah Indonesia saat ini masih gencar melakukan vaksinasi pada lansia. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berharap, sub varian Omicron, yaitu BA.2, yang memicu peningkatan kasus di Hong Kong, Korea Selatan (Korsel) dan Inggris, tidak terjadi di Indonesia.
Budi bilang, dalam dua bulan terakhir Pemerintah telah melakukan 8.032 genome sequencing. Hasilnya, porsi sub varian Omicron BA.2 memang sudah dominan di Indonesia.
"Alhamdulillah, kita tidak melihat dan mudah-mudahan tidak akan melihat adanya kenaikan jumlah kasus kembali," kata Budi, kemarin.
Untuk mencegah kenaikan kasus dan kematian, dia meminta masyarakat lekas vaksinasi, khususnya kepada kelompok lansia.
Menurut mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini, hampir seluruh kematian yang terjadi di Hong Kong, dan yang memenuhi rumah sakit, adalah lansia. "Ini pelajaran yang sangat berharga bagi kita," tuturnya.
Di Hong Kong, vaksinasi lengkap untuk golongan lansia terbilang cukup rendah. Baru mencapai sekitar 26 persen.
Karena itu, Budi mengingatkan para lansia minimal melakukan vaksinasi dua dosis kepada lansia demi melindungi mereka.
"Idealnya malah tiga dosis," tambah mantan Wamen BUMN ini.
Terpisah, Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono meminta Pemerintah gencar melakukan pengawasan protokol kesehatan (prokes), di samping vaksinasi.
Prokes, menjadi salah satu strategi untuk mengantisipasi potensi kenaikan kasus, seiring mulai meningkatnya mobilitas masyarakat.
"Kalau prokes mengendor, orang kan bisa terinfeksi lebih dari dua kali. Bahkan lebih. Pengawasan harus terus digencarkan," imbaunya.
Menurutnya, pelonggaran mobilitas masyarakat harus tetap diiringi dengan edukasi dan pengawasan prokes yang ketat, agar kasus yang saat ini mulai masuk dalam tren penurunan terus berlanjut.
Prokes belum dapat dilonggarkan karena angka kematian masih terbilang tinggi. "Per hari masih di kisaran 200 orang meninggal," ungkap Miko. (detikcom/RM/d)