Jakarta (SIB)
Kementerian Pertahanan Inggris menyebut, Rusia diperkirakan bakal mengerahkan seribu lebih tentara bayaran dari perusahaan Wagner Group.
Pengerahan tersebut setelah Rusia dikabarkan mengalami banyak kehilangan pasukannya di Ukraina.
Berdasarkan laporan dari atase militer Inggris di Washington, Mick Smeath, tentara bayaran dari perusahaan Wagner Group sendiri disebut-sebut sudah dilakukan Rusia di wilayah timur Ukraina.
"Rusia diperkirakan akan mengerahkan lebih dari seribu tentara bayaran (di Ukraina), termasuk para komandan senior dari organisasi itu (Wagner Group) untuk melakukan operasi," ujar Smeath dikutip dari CNN.
"Disebabkan kekalahan dan invasi yang mandek, Rusia diperkirakan akan memprioritaskan pengerahan personel Wagner Group di Ukraina seperti di Afrika dan Suriah," Smeath menambahkan.
Pihak militer AS sendiri hingga saat ini belum melihat tanda-tanda Rusia akan menambah jumlah personel dari Wagner Group.
Meski demikian mereka akan terus melanjutkan pengawasan terhadap Rusia yang mulai membahas rencana menambah kekuatan dari tentara bayaran mereka.
Selain dari Wagner Group, Rusia disebut merekrut milisi dari Timur Tengah, khususnya Suriah untuk membantu pasukan Negeri Beruang Merah melawan Ukraina demi merebut Kyiv. Proses perekrutan disebut telah berlangsung di berbagai wilayah Suriah.
Pada, Jumat (11/3), Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengungkapkan terdapat 16 ribu pendaftar asal Timur Tengah. Namun ia tidak menjelaskan secara rinci daftar negara yang ikut berpartisipasi.
Diberitakan AP, bukti Rusia akan merekrut relawan asal Suriah mulai bermunculan. Ribuan tentara bayaran dari kontraktor swasta Rusia Wagner Group juga telah dikerahkan di Suriah.
Rebut Kembali
Sementara itu, Pasukan Ukraina dilaporkan berhasil merebut kembali wilayah penting di pinggiran ibu kota Kiev dari pasukan Rusia. Namun, pasukan Ukraina juga dilaporkan mati-matian mempertahankan kota Mariupol yang dikepung pasukan Rusia selama berminggu-minggu.
Seperti dilansir AFP, Selasa (29/3), Menteri Dalam Negeri Ukraina Denys Monastyrsky menyatakan, tentara Ukraina telah 'membebaskan' kota pinggiran Irpin, yang berarti merebut gerbang utama menuju Kiev dari kendali Rusia.
Jurnalis AFP melaporkan gempuran besar-besaran terus berlanjut di area tersebut dan bertemu warga yang berusaha menyelamatkan diri. Warga setempat bahkan menggambarkan situasi mengerikan saat hujan bom turun dari langit dan orang-orang terbunuh ketika hendak mengungsi.
"Kami melihat mobil-mobil yang berusaha keluar sendiri, mereka dilindas oleh tank, dengan orang-orang ada di dalamnya," tutur Roman Molchanov (55) dengan suara tercekat karena menahan emosi.
Saudara perempuan Molchanov menambahkan bahwa pasukan Rusia 'menembak mati orang-orang yang duduk di mobil mereka'.
Para pakar Barat menggambarkan lepasnya cengkeraman terhadap kota Irpin sebagai kemunduran signifikan bagi pasukan Rusia, yang masih berusaha untuk berkumpul kembali dan mengepung Kiev setelah gagal dalam percobaan pertama.
Namun demikian, situasi di kota pelabuhan Mariupol berbanding terbalik, dengan pasukan Ukraina terus berjuang untuk merebut kembali kendali atas kota itu dari Rusia.
Lemahkan
Terpisah, Amerika Serikat (AS) yang telah menjatuhkan sanksi terhadap industri pertahanan Rusia, tengah mempertimbangkan untuk menargetkan sektor-sektor lainnya yang terlibat dalam invasi ke Ukraina.
"Kami berencana untuk menargetkan sektor-sektor tambahan yang penting bagi kemampuan Kremlin untuk mengoperasikan mesin perangnya," ucap Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo, seperti dilansir AFP, Selasa (29/3).
Rencana otoritas AS itu tertuang dalam naskah pidato yang akan disampaikan Adeyemo dalam forum think-tank Chatham House di London, Inggris.
Disebutkan Adeyemo dalam pidatonya bahwa tujuan AS adalah 'melemahkan kemampuan Rusia untuk membangun dan memelihara alat-alat perang'.
"Selain menjatuhkan sanksi kepada perusahaan-perusahaan dalam sektor yang memampukan aktivitas merugikan dari Kremlin, kami juga berencana mengambil tindakan untuk mengganggu rantai pasokan kritis mereka," sebut Adeyemo.
AS telah mengambil berbagai langkah terhadap Rusia untuk merespons invasinya ke Ukraina, termasuk melalui sanksi-sanksi finansial menargetkan industri pertahanan Rusia yang diumumkan pekan lalu.
Pada saat itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan bahwa AS akan terus menargetkan perusahaan-perusahaan yang memasok peralatan pertahanan Rusia, juga pemasok mereka sendiri.
"Sekarang tindakan kami telah menumpulkan kemampuan Rusia untuk menggunakan aset-aset bank sentral untuk menopang perekonomian dan mendanai perang brutal (Presiden Rusia Vladimir) Putin, kami akan semakin memfokuskan upaya-upaya kami terhadap industri yang penting bagi kemampuan Rusia untuk memproyeksikan kekuatan," jelas Adeyemo.
Ditambahkan Adeyemo bahwa sanksi-sanksi tambahan akan diambil 'dalam koordinasi' dengan negara-negara lainnya yang juga menerapkan langkah-langkah terhadap Rusia. (CNNI/Detikcom/a)