Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 13 Juli 2025
Tanggapi Pernyataan Masinton Pasaribu terhadap Luhut Binsar Pandjaitan

Ketum DPW Si Raja Oloan Sumut, Sanggam SH Bakara: Luhut Kebanggaan Orang Batak

* Orang Batak itu Beradab
Redaksi - Senin, 18 April 2022 09:17 WIB
1.110 view
Ketum DPW Si Raja Oloan Sumut, Sanggam SH Bakara: Luhut Kebanggaan Orang Batak
Foto: Ist/harianSIB.com
Ketua Umum DPW Si Raja Oloan Sumut, Sanggam SH Bakara. 
Medan (SIB)
Adanya pernyataan Anggota DPR RI, Masinton Pasaribu, terhadap Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) terkait wacana Presiden tiga periode ditanggapi Ketua Umum DPW Si Raja Oloan Sumut Sanggam SH Bakara. Sanggam mengatakan bahwa Luhut tidak pernah mengatakan Presiden saat ini harus tiga periode. Sebagai petinggi negara, Luhut hanya menampung aspirasi rakyat. Tidak hanya kepada Luhut, aspirasi rakyat juga disalurkan kepada Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya dan Ketum Partai Kebangkitan Bangsa.

"Aspirasi tidak boleh mentok atau "dikantongi", harus disampaikan ke publik.

Bahwa ada elemen masyarakat lainnya yang menolak dengan aspirasi ini, itu sah-sah saja dan tentunya dapat disampaikan kepada publik secara luas juga. Karena semua orang punya hak untuk menyuarakan aspirasinya, kata Sanggam Bakara kepada wartawan, Sabtu (16/4).

Menurut mantan anggota DPRD Sumut ini, mengalirnya aspirasi masyarakat untuk penundaan Pemilu bukan berarti kemudian dengan serta merta boleh jadi tiga periode/penundaan Pemilu, usulan itu masih mentok di UUD, karena yang berlaku sekarang jabatan presiden dibatasi hanya dua periode.

Menanggapi pernyataan Masinton, Sanggam menegaskan, "Kita harus saling menjaga perasaan, terlebih sesama orang Batak, jangan menjelek-jelekkan! Seperti kata pepatah (umpasa Batak): Sada songon daion aek, unang dua songon daion tuak. Artinya, kita harus bersatu padu, kompak seperti rasa air yang tawar, tidak seperti tuak yang rasanya beragam. Jangan orang Batak menuduh sesamanya sebagai "brutus" (pengkhianat kepada atasannya)," terang Wakil Ketua Umum Kadin Sumut ini.

BANGGA
Dikatakannya, orang Batak harus bangga punya Luhut Binsar Panjaitan yang dipercaya Presiden Jokowi berperan penting mengatasi permasalahan yang ada di NKRI. Di usia Luhut yang sudah 74 tahun masih sangat enerjik karena mampu mengerjakan pekerjaan yang sulit dipercayakan Presiden kepadanya. Seperti untuk pemulihan ekonomi, penanganan Covid di tanah air dan tugas-tugas berat lainnya.

Terbukti berkat kerja kerasnya, grafik Covid melandai di tanah air.

Banyak orang-orang Batak yang pintar, tapi hanya beberapa yang benar-benar dipercaya Presiden, bahkan tempat Presiden bertanya. Pada era Orde Lama, Presiden Sukarno mempercayakan TB Simatupang, Ir Sitompul dan Mr Tambunan menjadi Menterinya. Kemudian di Orde Baru, Presiden Soeharto memberi kepercayaan kepada Jenderal Maraden Panggabean menjadi Menhankam-Pangab (Menteri Pertahanan Keamanan dan Panglima ABRI).

Prestasi Jenderal Maraden Panggabean sangat membanggakan, tidak heran kalau untuk pertahanan keamanan, Presiden Soeharto bertanya kepada Maraden Panggabean. Selepas pensiun, Maraden masih dipercaya menjadi Menko Polkam, selanjutnya jadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Sedangkan kiprah Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan sudah terlihat ketika dipercaya Presiden Gus Dur menjadi Menteri Perdagangan.

"Sekarang beliau menjadi menteri paling lelah untuk mengatasi permasalahan yang ada di bangsa ini. Janganlah ada yang macam-macam kepadanya atau yang berprasangka buruk. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi apa yang sudah dibuat Luhut adalah prestasi yang spektakuler, dia adalah kebanggaan orang Batak," tutur Dewan Pertimbangan Partai Golkar Sumut ini.

BERADAB
Seperti pepatah Batak, lanjut Sanggam, "Marsitungkol-tungkolan songon suhat di robean, marsiamin-aminan songon lampak ni gaol". Artinya, pohon keladi/talas bisa mengikat tanah di bedengan dan di kemiringan tanah. Orang Batak harus kuat dan bersatu. Sedangkan lampak ni gaol adalah serat dari kulit pisang posisinya lurus, tidak ada yang bersinggungan.

"Banyak pepatah dan fasalah Batak yang diwariskan nenek moyang kita terdahulu untuk mendidik kita menjadi orang berakhlak. Banyak perumpamaan dari alam dan tanaman agar kita hati-hati melangkah dan bertutur agar orang tidak tersinggung, karena pepatah itu mengandung nasihat sebagai bekal dimanapun kita berada, pertanda orang Batak itu beradab dan berbudaya," tegasnya. (A8/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru