Medan (SIB)
Para aktivis lingkungan hidup dan praktisi pariwisata di daerah ini mulai mempertanyakan sikap dan atensi berbagai pihak di kalaangan pemerintah pusat maupun daerah yang berkompeten akan status Dana Toba sebagai objek taman bumi (geopark) kelas dunia dengan sebutan Toba Caldera UNESCO Globat Geopar (TC-UGG),
Mantan Kepala Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP-GKT) Ir Alimin Ginting dan fungsionaris Komunitas Jendela Toba Mangaliat Simarmata SH selaku mitra kerja BP-GKT, secara terpisah menyatakan heran karena sejak Danau Toba memperoleh status atau predikat geopark (TC-UGG) pada 2 Juli 2020 lalu, hingga kini belum tampak pembenahan objek Kawasan Danau Toba (KDT pada sektor-sektor prioritas sesuai standar dan skala geopark.
"Ingat, status atau predikat geopark terhadap satu objek pilihan di suatu negara, hanya berlaku empat tahun karena harus menempuh verifikasi apakah statusnya bisa diperpanjang atau diakhiri (ditutup). Kita lihat geopark Danau Toba sama sekali belum ada pembenahan yang siginifikan dan komprehensif apalagi fokus misi geopark selama hampir dua tahun ini atau jelang separuh waktu (2020 ke 2024) ini. Prihatin kita," ujar Alimin Ginting kepada pers di Medan, Selasa (19/4).
Hal senada juga diungkapkan Mangaliat Simarmata dengan memaparkan lima sektor prioritas geopark Toba yang belum menunjukkan fakta pembenahan setelah KDT memperoleh predikat TC-UGG, khususnya yang terkait sektor: konservasi, geo-diversity, lingkungan hidup, pariwisata dan budaya kearifan lokal (local wisdom).
Pada sektor konservasi, Mangaliat menunjukkan fakta kawasan hutan di sekitar Danau Toba hingga kini belum menunjukkan proses pemulihan secara jangka pendek maupun jangka menengah apalagi jangka panjang. Selain masih maraknya aksi penebangan hutan dengan dalih investasi pada industri kayu olahan, kawasan konservasi KDT juga diperburuk dengan maraknya peralihan fungsi lahan yang mengancam faktor vegetasi alam sekitar.
"Adanya aksi tanam pohon oleh beberapa pihak di area KDT, pun tampak hanya kamuflase. Selain tak ada kontrol publik pasca penanaman, juga volume bibitnya tak pernah seimbang sebagai porsi reboisasi lokal dalam standar minimal. Bisa kita saksikan sekarang atau kapan saja, hampir semua bibit atau tunas yang baru ditanam itu sudah pada mati. Plus itupun bukan dilakukan atas nama pogram geopark sehingga tak ada yang merasa bertanggung jawab untuk konservasinya," katanya prihatin.
Demikian juga pada sektor geo-diversity, khususnya terhadap 16 objek geosite kawasan TC-UGG yang sudah ditetapkan Pemda dan Badan Geologi Nasional (BGN). Jelang dua tahun TC-UCC pihak Pemprov Sumut dan Pemda-Pemda se-KDT belum juga menampung anggaran kelola objek geopark di APBD sesuai Perpres Nomor 9 Tahun 2019, dan Permenparekraf Nomor 2 Tahun 2020. Sehingga, aktifitas dan program manajemen pada ke-16 objek geosite tampak lumpuh total.
Pada aspek lingkungan hidup, KDT malah tampak semakin tercemar akibat rambahan keramba jaring apung (KJA) yang terus menjamur hingga mencapai 10,000-an di Danau Toba. Selain itu. surutnya debit air Danau Toba sebagai dampak perambahan hutan dan peralihan fungsi hutan lindung sekitar KDT, belakangan terpaksa diatasi dengan teknologi modifikasi cuaca.
Sementara pada sektor pariwisata, pihak TC-UGG terkesan 'menyerah' karena mayoritas penataan dan pembenahan destinasi pariwisata KDT justru sepenuhnya diselenggarakan atas nama program KSPN Danau Toba, bukan sebagai produk kerja TC-UGG. Sehingga, pembenahan sektor pariwisata KDT hanya dominan pada bidang infrastruktur oleh Kementerian PUPR. Sementara, program oleh Kemparekraf nyaris tak mengusung misi geopark kecuali hanya sebatas seremonial seperti program Beli Kreatif Danau Toba.
"Terlepas dari dampak pandemi selama ini, prioritas utama sektor pariwisata adalah upaya mendatangkan turis atau Wisman sebanyak-banyaknya melalui paket geopark Toba. Tapi lihatlah, paket yang diambil alih BPODT dengan target 1 juta Wisman pada 2018-2019 lalu ternyata gagal total. Belum lagi fakta BPODT pun ternyata tak berhasil untuk menjaring turis. Jadi apanya sekarang yang menjadi pesona wisata Danau Toba? Pandemi lagi alasannya," katanya prihatin.
Di lain pihak, Ketua Harian TC -UGG Ir Mangindar Simbolon, dikutip dari Harian SIB, menyatakan KDT sebagai objek geopark memang dikelola secara terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk manajemen Geopark Kaldera Toba (GKT) sebagai anggota ke-5 di UNESCO Global Geopark dari Indonesia.
"Saat ini dan ke depan, kita masih tetap pada basis pengembangan pariwisata di KDT, melalui aksi utama di bidang konservasi, edukasi dan litbang, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat," katanya ketika dikonfirmasi, tanpa menanggapi permasalahan kebutuhan alokasi anggaran (APBD) untuk ke-16 objek geosite TC-UGG tersebut. (A5/c)