Medan (SIB)
Status objek wisata dan lingkungan hidup Danau Toba sebagai taman bumi (geopark) kelas dunia yang sudah terdata di badan dunia UNESCO-PBB sebagai Toba Caldera UNESCO Global Geopark (TC-UGG), saat ini benar-benar dipertanyakan, bahkan dikuatirkan terancam degradasi atau terhapus dari daftar geopark dunia di UGG.
Wakil Ketua Bidang Litbang dan Edukasi TC-UGG, Ir Jonathan Ikuten Tarigan, mengakui sejak objek destinasi Kawasan Danau Toba (KDT) lolos sebagai geopark dunia dengan registrasi TC-UGG pada 2 Juli 2020 lalu, hingga kini belum tampak pembenahan dan kegiatan standar sesuai rekomendasi dan ketentuan UNESCO Global Geopark yang meliputi enam sektor primer.
"Baru-baru ini, ada delapan objek geopark baru berkelas dunia yang lolos validasi dan masuk registrasi UNESCO, salah satunya geopark di negara maju Jerman. Sementara, dua dari enam objek geopark di Indonesia sudah di-revalidasi, tak termasuk Geopark Toba (TC UGG). Jadi, bagaimanalah nasib Geopark Toba ini," katanya kepada pers di Medan, Sabtu (23/4).
Dia mengutarakan hal itu dalam temu pers terkait rapat webinar (FGD zoom meeting) tentang Progres dan Peningkatan Kapabilitas Pengelolaan Geopark Indonesia pada Kamis (21/4) lalu. FGD virtual itu menampilkan narasumber (keynote speaker) Vice President of Global Geopark Network Prof Emeritus Dr Ibrahim Komoo (WN Malaysia) dan Dr Itje Chodidjah MA serta Deputi Bidkor Parekraf Kemenko Marves Odo RM Manuhutu, dengan moderator Hanang Samodra dari Dewan Pakar Geopark Indonesia.
Ironisnya, forum penting terkait status dan predikat Geopark Toba itu justru tidak diikuti pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumut atas nama Pemprov Sumut, maupun para bupati se-Kawasan Danau Toba. Mayoritas peserta zoom adalah praktisi pengelola enam geopark nasional dengan total 68 peserta dari Badan Pengelola Geopark Indonesia.
Bahkan, Kepala Disbudpar Sumut Zumri Sulthoni, terkesan bungkam dan tak berani bicara ketika akan dikonfirmasi SIB Sabtu (23/4) siang hingga petang. Dia tidak menyahut ketika ditelepon langsung ke ponselnya beberapa kali, dan tidak menjawab pesan singkat walaupun telah dituliskan (via WA) poin-poin yang harus dikonfirmasi, termasuk soal APBD Provinsi Sumut untuk kegiatan geopark di luar 16 geosite TC-UGG.
Dari tingkat lokal, FGD zoom yang digelar Komisi Nasional untuk UNESCO di Kemdikbud-Ristek itu hanya diikuti beberapa peserta, antara lain pengelola Geosite Parapat Sibaganding TC-UGG Haryanto Sinaga, kandidat manajer geopark unit Karo Volcano Park (KVP) Drs Sarjani Tarigan MSP, dan pemandu wisata geopark KDT Deborah Simanjuntak.
Selain rekomendasi UNESCO (enam poin) yang belum terealisasi hingga kini di KDT, Jonathan Tarigan dalam temu pers itu juga mengungkap hingga saat inipun belum ada kegiatan TC-UGG yang merespon rekomendasi UNESCO dengan alasan belum tersedianya anggaran, baik dari pemerintah pusat di kementerioan terkait, Pemda Provinsi Sumut hingga Pemda-Pemda di tujuh kabupaten se- Kawasan Dasnu Toba.
"Bayangkan, Jerman sebagai negara yang sangat maju pariwisatanya masih butuh status geopark untu menambah daya pengaruh dan promosi wisatanya di mancanegara. Kita sebagai negara berkembang harusnya lebih agresif. Tragis, dua dari enam objek geopark nasional yang sudah di-revalidasi, tak termasuk Geopark Toba. Apa kita mau diam saja tanpa aksi apapun jelang kunjungan tim assesor UNESCO pada Mei 2023 nanti?," ujarnya.
Ke-8 geopark baru kelas dunia (UGG) itu adalah: Buzau Land di Rumania, Caminhos Dos Canions Do Sul di Mexico, Kefalonia Itacha di Amerika, Mellerdall Park di Luxemburg, Ries di Jerman, Salpauselka di Finlandia, Serido di Brazil, dan Sweden's First di Swedia.
Sementara, dari enam geopark di Indonesia: Danau Batur di Bali, Belitung di Babel, Ciletuh di Jabar, Danau Toba di Sumut, Gunung Sewu di Jateng, Gunung Rinjani di NTB, hanya dua yang sudah di-revalidasi dan mendapat 'green card' diperpanjang predikat geopark-nya untuk empat tahun berikutnya, yaitu geopark Batur dan Gunung Sewu.
Adapun ke-enam rekomendasi sebagai amanah UNESCO untuk standarisasi predikat geopark adalah: (1). Pelaksanaan edukasi publik dan sosialiasi fungsi geopark di kawasan TC-UGG melalui pelatihan pemandu geowisata dan pengelolaan objek-objek geosite. (2) Penjalinan kerjasama antar mitra (Pemda, swasta dan masyarakat) penataan lingkungan dan area konservasi KDT. (3). Pelaksanaan kegiatan ekonomi masyarakat pada setiap unsur geopark yang terkait budaya, kesenian, kearifan lokal, (4). Pembenahan lingkungan geopark Toba pada sektor kehutanan, perairan, keanekaragaman hayati, agrowisata dan lainnya. (5). Penyelenggaraan sosialisasi dan mitigasi resiko bencana di KDT sebagai objek 'Toba Supervolcano' dan (6). Pelaksanaan konservasi, penelitian dan riset geohistory dan geo-diversity dengan pelibatan masyarakat setempat. (A5/a)