Jakarta (SIB)
Badan Geologi Kementerian ESDM mengimbau warga agar tidak mendekat ke radius 5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau karena status sudah ditingkatkan menjadi level siaga. Namun Badan Geologi menyebut transportasi laut di Merak ke Bakauheni, Lampung, masih relatif aman.
"Dalam kaitannya dengan potensi bahaya saat ini adalah jarak dalam radius 5 kilometer dari pusat Gunung Anak Krakatau, sehingga masyarakat yang ada di luar, saya kira kalau transportasi dari Merak ini, dari Jawa ke Lampung ini masih jauh, itu puluhan kilometer, jadi relatif aman," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam jumpa pers virtual, Senin (25/4).
Namun Hendra mengimbau masyarakat untuk berhati-hati. Dia meminta warga selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau dari informasi resmi pemerintah.
"Tapi untuk menjaga kehati-hatian agar tetap mengikuti update informasi yang dikeluarkan oleh Bandan Geologi," katanya.
Hendra mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan BNPB hingga BMKG mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau ini. Tim tanggap darurat, menurut Hendra, juga selalu memantau perkembangan Gunung Anak Krakatau selama 24 jam.
Siaga
Sebelumnya, Badan Geologi telah menaikkan status Gunung Anak Krakatau menjadi level siaga. Kenaikan status ini terhitung sejak Minggu (24/4), pukul 18.00 WIB.
"Sehingga pada tanggal 24 April pukul 18.00 ini Badan Geologi ditandatangani oleh Pak Kepada Badan Geologi menaikkan status aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level 2 atau level waspada menjadi level 3 atau level siaga," kata Hendra.
Selain itu, Hendra menjelaskan emisi gas sulfur dioksida (SO2) meningkat sejak 15 April lalu. Tertinggi, kata dia, gas SO2 mencapai 9.000 to per hari pada 23 April.
"Kalau kita lihat, dari pemantauan emisi gas SO2 ini, terjadi peningkatan juga di mana pada 15 April fluks gas SO2 yang dikeluarkan itu sekitar 68 ton per hari. Kemudian tanggal 17 April meningkat menjadi 181 ton per hari. Dan terakhir tanggal 23 April melonjak drastis menjadi 9.000 ton per hari," katanya. (detikcom/a)