Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Lagi-lagi Penembakan Brutal di AS, 3 Orang Tewas

* Presiden Minta Parlemen AS Bertindak
Redaksi - Sabtu, 04 Juni 2022 09:12 WIB
592 view
Lagi-lagi Penembakan Brutal di AS, 3 Orang Tewas
Foto: Nirmalendu Majumdar/USA Today Network via REUTERS
BERDOA: Warga gereja berdoa di tempat parkir Gereja Baptis CrossRoad setelah penembakan di Gereja Cornerstone di Ames, Iowa, AS, Kamis (2/6). 
Iowa (SIB)
Aksi penembakan mematikan kembali terjadi di Amerika Serikat (AS). Sedikitnya tiga orang tewas dalam aksi penembakan yang terjadi di area parkir sebuah gereja di Iowa, AS.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (3/6), kepolisian setempat melaporkan dua wanita tewas setelah ditembak seorang pria di area parkir gereja di Iowa pada Kamis (2/6) waktu setempat. Pria pelaku penembakan, sebut polisi, kemudian menembak dirinya sendiri hingga tewas.

Penembakan di Iowa ini terjadi sesaat setelah Presiden Joe Biden menyampaikan pidato emosional membahas kekerasan bersenjata di AS, setelah penembakan massal terjadi di New York, Texas dan Oklahoma, dalam beberapa pekan terakhir.

Sebuah penembakan lainnya dilaporkan terjadi pada Kamis (2/6) waktu setempat dan melukai dua orang yang menghadiri pemakaman di sebuah tempat pemakaman di Racine, Wisconsin.[br]

Penembakan fatal di Iowa ini terjadi di luar Gereja Cornerstone yang ada di sebelah timur kota Ames. Wakil kepala kantor Sheriff Story County, Nicholas Lennie, menyatakan, sebuah acara gereja sedang berlangsung di dalam ketika penembakan terjadi di area parkir.

Ketika polisi tiba di lokasi kejadian, sebut Lennie, mereka mendapatkan ada tiga orang tewas. Identitas korban dan pelaku yang tewas tidak diungkap ke publik. Tidak dijelaskan juga hubungan antara korban dan pelaku.

Motif di balik penembakan ini belum diketahui secara jelas. "Itu tampaknya merupakan insiden penembakan tunggal, yang terisolasi," sebut Lennie.

Beberapa saat sebelum penembakan terjadi, Biden mendesak Kongres AS untuk melarang senjata serbu, memperluas pemeriksaan latar belakang dan penerapan langkah-langkah pengendalian senjata lainnya untuk mengatasi maraknya penembakan massal.[br]

"Cukup, cukup!" tegas Biden dalam pidatonya.

AS diguncang serentetan penembakan massal dalam beberapa pekan terakhir, yang mencakup penembakan yang menewaskan 10 warga kulit hitam di New York, penembakan yang menewaskan 19 anak-anak dan dua guru di Texas, dan penembakan yang menewaskan dua dokter, seorang resepsionis dan seorang pasien di New York.

Biden Emosional
Joe Biden menyampaikan permohonan emosional untuk para anggota parlemen AS agar mengambil tindakan terhadap kekerasan senjata yang marak di negara tersebut. Biden menyerukan adanya larangan untuk senjata serbu yang kerap digunakan dalam aksi penembakan massal.

Seperti dilansir AFP, Jumat (3/6), permohonan dan seruan itu disampaikan Biden dalam pidato berdurasi 17 menit pada Kamis (2/6) waktu setempat, dengan 56 lilin dinyalakan di sepanjang koridor di belakangnya, mewakili negara bagian dan wilayah AS yang dilanda kekerasan bersenjata.

Pidato itu mencakup seruan terbaru untuk aturan senjata api yang lebih ketat di AS, setelah penembakan massal terjadi di Texas dan New York beberapa waktu lalu.

"Berapa banyak lagi pembantaian yang akan kita biarkan?" ucap Biden dalam pidatonya, yang disampaikan dengan nada kemarahan dan sesekali nyaris berbisik.

"Kita tidak bisa mengecewakan rakyat Amerika lagi," imbuhnya, sembari mengecam penolakan mayoritas Senator Partai Republik untuk mendukung aturan hukum lebih ketat sebagai hal yang 'tidak masuk akal'.[br]

Setidaknya, sebut Biden, para anggota parlemen AS harus menaikkan batasan usia untuk pembelian senjata serbu, dari 18 tahun menjadi 21 tahun. Hal itu dipandang menjadi salah satu langkah untuk membantu mengurangi tindak kekerasan bersenjata yang mengubah sekolah dan rumah sakit menjadi 'zona pembunuhan'.

Dalam pidatonya, Biden juga mendorong para anggota parlemen AS untuk mengambil sejumlah langkah termasuk memperkuat pemeriksaan latar belakang, melarang magazin berkapasitas tinggi, mewajibkan penyimpanan senjata yang aman dan memungkinkan produsen senjata untuk bertanggung jawab atas tindak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan produk-produk mereka.

"Selama dua dekade terakhir, lebih banyak anak usia sekolah tewas karena senjata daripada jumlah polisi dan personel militer yang bertugas jika digabungkan. Pikirkan soal itu," cetusnya.

Dengan sebagian besar anggota parlemen AS dari Partai Republik menentang aturan senjata lebih ketat, sekelompok Senator AS lintas partai menggelar pembicaraan soal paket pembatasan senjata api pada Kamis (2/6) waktu setempat.

Sembilan Senator AS yang menggelar pertemuan pekan ini telah membahas respons terhadap penembakan massal yang mengejutkan AS. Pertemuan ini memproyeksikan optimisme untuk prospek reformasi sederhana.

Kelompok Senator itu memfokuskan pada keamanan sekolah, memperkuat layanan kesehatan mental dan insentif untuk negara bagian agar memungkinkan pengadilan menjatuhkan status 'red flag' guna menghapuskan sementara senjata api dari para pemilik yang dianggap ancaman -- langkah yang sama juga dicetuskan Biden dalam pidatonya. (detikcom/a)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru