Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 08 Juli 2025
Menkeu Ingatkan

Belanja APBD Tidak Dimaksimalkan, Dana Pemda di Bank Bengkak Rp200 T

* Ekonomi AS dan China Diramal Amblas, RI Dikhawatirkan Terkena Imbasnya
Redaksi - Jumat, 17 Juni 2022 09:58 WIB
702 view
Belanja APBD Tidak Dimaksimalkan, Dana Pemda di Bank Bengkak Rp200 T
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL/rwa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers usai menutup pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention C
Jakarta (SIB)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperingatkan Pemerintah Daerah (pemda) bahwa realisasi belanja APBD perlu ditingkatkan. Pasalnya tidak sedikit belanja APBD yang diberikan tidak dimaksimalkan.

Sri Mulyani mengatakan posisi dana Pemda di perbankan per Mei 2022 sebesar Rp 200 triliun. Angka itu naik dari posisi 2021 Rp 172 triliun dan di 2020 sebesar Rp 165 triliun.

"Kenaikan saldo dana Pemda di perbankan ini salah satunya disebabkan belum optimalnya realisasi belanja daerah sampai Mei 2022," ujarnya, dalam Rapat Koordinasi dengan Gubernur, Bupati dan Walikota di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (16/6).

Artinya, menurut Sri Mulyani, kecepatan untuk menjalankan instrumen yang penting bagi daerah tidak jalan. Sebab hal itu dipengaruhi kecepatan dalam belanja anggarannya.[br]

"Yang perlu dipikirkan tadi, kenapa belanja barangnya banyak, kenapa belanja moda nya kurang, padahal rakyat masih membutuhkan, tadi infrastruktur dasar, padahal masih ada kemiskinan, padahal masih ada daerah yang belum punya MCK, kenapa nggak dipakai untuk itu," tuturnya dengan nada tinggi.

Adapun realisasi belanja APBD hingga Mei 2022 sebesar 19,4% atau lebih rendah dibanding dengan tahun sebelumnya, yakni 22,9%.

Rinciannya di 2022, realisasi tertinggi di belanja pegawai 28,7%, belanja lainnya 17,7%, belanja barang dan jasa 16,5%, dan belanja modal 6,7%.

Merembet ke RI
Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Amerika Serikat (AS) dan China akan mengalami perlambatan ekonomi. Dirinya pun khawatir Indonesia akan terkena imbasnya.

Ia mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan negara besar, termasuk AS dan China mengalami pelemahan ekonomi.

"Ini akan menyebabkan pelemahan ekonomi di negara besar seperti Amerika bahkan di China ini semua akan menyebabkan pelemahan ekonomi," jelasnya, dalam acara Pengarahan Kepada Penjabat Gubernur dan Penjabat Bupati/Penjabat Walikota di kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (16/6).[br]

Adapun faktor-faktor itu antara lain karena harga komoditas energi dan pangan terus naik akibat perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung dan sanksi pada Rusia yang masih intensif.

"Munculnya masalah geopolitical baru perang Rusia-Ukraina ini persaingan negara dengan Eropa yang terjadinya rambatan dalam bentuk pangan dan energi," jelasnya.

Kemudian diperparah dengan lockdown di China. Seperti diketahui China melakukan penguncian ketat sebagai upaya menuju Zero Covid.

Kondisi-kondisi ini membuat gejolak di pasar keuangan dunia. AS mengalami lonjakan inflasi hingga 8,6% year on year (yoy). The Fed pun sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5-1,75%. "Pengetatan likuiditas dan suku bunga naik sudah menunjukkan basis 75 poin," ujarnya.

Baik AS maupun China merupakan mitra dagang Indonesia. Maka apa yang terjadi bisa saja mempengaruhi Indonesia. "Ekspor yang selama ini mencapai surplus juga tidak boleh dianggap terus menerus terjadi," jelasnya.[br]

Sri Mulyani memperingatkan dunia dalam tantangan stagflasi. Hal itu berbahaya bagi perekonomian di mana pun.

Ia menambahkan masalah pandemi Covid-19 di dalam negeri masih bisa dikelola. Masyarakat bisa beraktivitas sehingga roda perekonomian Indonesia berjalan. Meski begitu masih ada mutasi yang bisa menjadi ancaman. (detikfinance/c)






Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru