Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi bertemu dengan Menlu Bangladesh AK Abdul Momen dalam rangkaian perayaan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Dalam pertemuan itu, kedua Menlu membahas isu global, seperti soal Afghanistan dan pengungsi Rohingya di Myanmar.
"Tentang Rohingya, kami mengakui masalah yang sudah lama tertunda ini masih membutuhkan perhatian kita sepenuhnya.
Dengan krisis yang sedang berlangsung di Myanmar, kami memahami situasinya menjadi lebih menantang," kata Retno dalam press briefing yang disiarkan di YouTube Kemlu, Senin (18/7).
Retno mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen melanjutkan bantuan kepada pengungsi Rohingya dan warga Myanmar. "Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan bantuan kami kepada Rohingya, dan untuk membantu warga Myanmar juga," imbuhnya.
Selain itu, Retno dan Menlu Bangladesh membahas isu Afghanistan. Kedua negara sama-sama berharap terciptanya perdamaian di Afghanistan.
"Kami berbagi posisi yang sama, kami berharap dapat melihat Afghanistan yang damai, stabil, dan makmur," kata Retno.
Retno menekankan peran ulama penting untuk memajukan Afghanistan. Retno mengatakan dalam pertemuan itu, ia menyampaikan ke Menlu Bangladesh bahwa Indonesia telah mengadakan pertemuan trilateral bersama Qatar dan Afghanistan untuk berbagi pengalaman tentang manifestasi nilai-nilai Islam serta membahas pentingnya partisipasi perempuan dalam bermasyarakat.[br]
Terkait pertemuan ini, Menlu Retno mengaku bersyukur Indonesia dan Bangladesh memiliki hubungan yang semakin kuat.
"Tahun ini, kita merayakan 50 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Bangladesh. Saya sangat senang hubungan kita telah tumbuh menjadi lebih kuat selama bertahun-tahun," kata Retno.
Beberapa cara untuk meningkatkan kerja sama kedua negara juga dibahas dalam pertemuan seperti di bidang perdagangan, bidang investasi, bidang kesehatan, dan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan yang salah satunya akan dibentuk MoU kerja sama pertahanan dan perjanjian kerja sama kontra terorisme.
"Perdagangan kami tahun lalu melampaui angka pra-pandemi, mencapai lebih banyak dari 3 miliar USD. Januari-Mei tahun ini, perdagangan bilateral meningkat 30%," kata Retno.
Retno mengatakan, untuk meningkatkan volume perdagangan, kedua negara sedang bekerja sama untuk menyusun Perjanjian Perdagangan Preferensial (PTA). (detikcom/f)