Jakarta (SIB)
Subvarian Omicron baru XBB kini sudah terdeteksi di beberapa negara, termasuk Thailand dan Singapura.
Meski sangat menular, subvarian XBB ini kemungkinan karakteristik virus ini kurang ganas dari gelombang virus sebelumnya.
Lalu, Bagaimana di Indonesia?
Kepala Biro Komunikasi Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sejauh ini subvarian XBB belum ada atau terdeteksi di Indonesia. Namun, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah subvarian tersebut mendominasi di Indonesia.
"Belum sampai saat ini. Tapi, surveilans genome sequencing tetap kita lakukan," terangnya saat dihubungi detikcom, Selasa (18/10).
Selain itu, Kementerian Kesehatan RI masih terus memantau kasus Covid-19 sedang dan berat di rumah sakit.
dr Nadia mengatakan, jika kasus meningkat, tentu perlu dilakukan tracing lebih lanjut pada kontak dekat.
Untuk mencegah menyebarnya subvarian Covid-19 baru, dr Nadia mengimbau agar masyarakat tetap mau untuk melakukan testing, baik secara mandiri maupun saat tracing.
Hal ini dilakukan agar kasus bisa terdeteksi dini dan bisa dilakukan dengan baik.
"Segera vaksinasi booster bila waktunya dan jangan pilih-pilih vaksin," pungkas dr Nadia.
Ia tetap mengimbau masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dia pun meminta masyarakat menghindari kerumunan agar virus Covid-19 tidak mudah menyebar.
Di sisi lain, pihaknya akan memantau pasien bergejala sedang dan berat di rumah sakit.
Jika jumlah pasien bertambah, maka tracing (pelacakan) bakal lebih digencarkan pada pihak-pihak yang berkontak dengan pasien.
Kemudian, ia meminta masyarakat mengakses vaksinasi hingga dosis lengkap.
Dia menyatakan, situasi kelangkaan vaksin Covid-19 di sejumlah daerah akan teratasi pada akhir Oktober 2022.
Adapun jumlah vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini mencapai 1,2 juta dosis.
Rinciannya, sebanyak 200.000 dosis di antaranya disimpan di fasilitas milik pemerintah pusat dan 1 juta dosis di berbagai fasilitas penyimpanan daerah.
"Total ada 1 sampai 1,2 juta, tapi ini tersebar sehingga tentunya pada daerah yang maju penyuntikannya tinggi akan sangat terbatas. Dalam 1-2 minggu akan kita distribusi kembali," jelas Nadia.
Subvarian Omicron XBB
Seperti diketahui, Direktur Jenderal Departemen Ilmu Kedokteran Thailand, Dr Supakit Sirilak, mengungkap ada dua kasus subvarian Omicron XBB atau BA.2.10 di negaranya. Diketahui, keduanya saat ini dalam kondisi baik.
Kasus pertama adalah seorang wanita asing berusia 60 tahun asal Hong Kong. Ia sakit dan dirawat di rumah sakit swasta di Bangkok untuk mendapatkan perawatan.
Saat terinfeksi subvarian XBB, wanita ini tidak mengalami kondisi yang serius. Ia pun dipulangkan setelah menyelesaikan masa karantinanya.
Kasus kedua terdeteksi pada seorang pria warga negara Thailand berusia 49 tahun. Diketahui, ia baru saja tiba di Bangkok dari Singapura.
Pria ini dirawat di rumah sakit swasta yang sama. Ia mengalami gejala ringan dan telah dipulangkan kembali.
"Dari 8-14 Oktober, Departemen Ilmu Kedokteran menganalisis 128 spesimen Covid-19 dan mengidentifikasi 126 di antaranya sebagai subvarian Omicron BA.4/BA.5 dan dua kasus subvarian BA.2," jelas Dr Supakit yang dikutip dari Thaipbs World, Selasa (18/10).
Dr Supakit mengatakan, varian Omicron kini telah bermutasi menjadi banyak subvarian, dengan beberapa di antaranya mampu mentransmisikan 2-3 kali lebih cepat dari varian aslinya.
Tetapi, tidak ada alasan untuk panik karena gejala yang disebabkan subvarian Omicron tidak parah atau serius.
"Misalnya, untuk sub-varian BF.7, yang banyak terdeteksi dalam analisis laboratorium dan mudah menular. Kasus BF.7 ini pertama ditemukan pada seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang tidak bepergian ke luar negeri," beber Dr Supakit.
"Dia pertama kali diuji terinfeksi Omicron BA.5, tetapi ini kemudian direklasifikasi sebagai BF.7 oleh GISAID," sambungnya.
Ia juga menyebutkan kasus kedua dari BF.7 yang terdeteksi pada seorang profesional medis berusia 62 tahun. Tidak diketahui terinfeksi di mana, namun kedua kondisi pasien ini tidak serius.[br]
Melonjak
Sementara itu, kasus positif Corona atau Covid-19 di Indonesia kembali bertambah Selasa (18/10) terdapat 2.164 kasus positif Corona baru di Indonesia.
Data mengenai kasus Corona itu dipublikasikan oleh Humas BNPB, Selasa (18/10).
Dengan tambahan kasus harian itu, jumlah kasus Covid-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga kini menjadi 6.460.265 kasus.
Pemerintah juga melaporkan kasus sembuh dari Covid-19 hari ini sebanyak 1.431 orang.
Jadi total pasien sembuh dari Covid-19 menjadi 6.284.382 orang.
Selain itu, sebanyak 18 pasien Covid-19 meninggal dunia dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, total kasus kematian akibat Covid-19 di RI menjadi 158.345.
Kasus aktif Corona saat ini berjumlah 17.538. Jumlah itu melonjak 715 kasus dibanding kemarin.
Kasus aktif Corona di RI sempat menurun, setidaknya selama 4 hari terakhir. Pada 14 Oktober, kasus aktif Corona berjumlah 17.470.
Jumlah itu terus menurun hingga 17 Oktober menjadi 16.823 kasus aktif.
Pemerintah telah menggelar vaksinasi Covid-19 agar tercipta kekebalan komunal (herd immunity).
Pemerintah juga telah menggulirkan program vaksinasi dosis ketiga atau booster bagi warga.
Selain itu, ada vaksinasi dosis keempat yang diutamakan bagi tenaga kesehatan.
Pemerintah juga masih menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk menekan laju penyebaran Corona.
Warga diminta menaati aturan yang diberlakukan selama PPKM agar pandemi virus Corona dapat teratasi. (detikhealth/Kompas/detikcom/c)