Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 14 Juli 2025

Epidemiolog: Kalau Masyarakat Malas Vaksinasi dan Lalai Prokes, Sulit Keluar dari Pandemi

Redaksi - Selasa, 08 November 2022 09:32 WIB
470 view
Epidemiolog: Kalau Masyarakat Malas Vaksinasi dan Lalai Prokes, Sulit Keluar dari Pandemi
Foto : Shutterstock/Stefano Garau
Ilustrasi 
Jakarta (SIB)

Rencana pelepasan status pandemi Covid-19 telah ditunggu-tunggu banyak pihak. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencapainya. Indonesia sendiri berencana untuk lepas dari pandemi pada 2023 mendatang.

Berkaitan dengan hal tersebut, ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dr Iwan Ariawan mengungkapkan bahwa untuk lepas status pandemi Covid-19, masyarakat perlu tetap berusaha lewat melakukan vaksinasi dan menaati protokol kesehatan (prokes) yang berlaku.

Menurut Iwan, jikalau masyarakat tetap malas-malasan untuk melakukan vaksinasi dan lalai protokol kesehatannya, maka Indonesia kemungkinan tidak dapat melangkah keluar dari kedaruratan pandemi Covid-19. Padahal, Indonesia sudah punya rencana untuk itu.

"Pandemi ini belum berakhir. Kan sayang, sedikit lagi bisa kita akhiri. Cuma ya kalau kita malas-malasan, terus prokesnya berantakan, cakupan vaksinasinya stagnan, ya kita di sini-sini terus atau semakin jelek," ujar Iwan dalam media briefing SIAP Lanjutkan Prokesnya, SIAP Lengkapi Vaksinasinya, Senin (7/11).

"Sayang kalau kita tidak teruskan supaya keinginan kita bersama, supaya tahun depan ini sudah berakhir, sudah dinyatakan kedaruratannya berakhir."

Sebelumnya, Iwan mengungkapkan bahwa sebenarnya kondisi di Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya pada gelombang Delta. Namun karena itulah, kesadaran masyarakat untuk vaksinasi Covid-19 ikut menurun.

"Tapi karena kita lebih baik, masyarakat dalam hal vaksinasi merasa kurang terlalu perlu, karena enggak ada fear factor-nya," kata Iwan.


Menurun

Lebih lanjut Iwan mengungkapkan, bila berkaca pada saat gelombang Delta sebelumnya, masyarakat justru lebih taat pada prokes dan keinginan untuk melakukan vaksinasi tinggi.

"Kalau waktu Delta, mereka melihat banyak di sekitarnya meninggal. Ada faktor ketakutan sehingga mereka mau vaksin," kata Iwan.

"Sekarang itu sudah enggak ada. Relatif yang mereka lihat di sekitarnya semua baik-baik saja. Padahal kondisi sekarang baik-baik saja itu karena dulu kita vaksinasinya bagus dan itu perlu kita teruskan supaya kita makin baik."

Terlebih, saat ini Omicron baru yakni XBB telah masuk ke Indonesia. Menurut Iwan, jika melihat dari negara-negara lain yang sudah terdeteksi XBB, memang akan ada peningkatan kasus.[br]



"Kasusnya meningkat cepat, terus turunnya juga cepat. Mungkin dalam dua sampai empat minggu akan mencapai puncaknya, kemudian setelah itu dia akan turun," ujar Iwan.

"Nah, lalu apakah virus ini akan lebih kebal terhadap vaksin? Itu kalau menurut keterangan WHO (World Health Organization/Organisasi Kesehatan Dunia), ini kan sebenarnya subvarian. Varian utamanya satu Omicron, jadi sifatnya kurang lebih sama."


Efektivitas Vaksin

Iwan mengungkapkan, manfaat yang diberikan dari vaksinasi Covid-19 terutama untuk mencegah adanya keparahan hingga kematian tetap sama. Artinya, masih akan tetap efektif meskipun dihadapkan dengan varian baru seperti XBB.

"Jadi manfaat vaksin untuk mencegah keparahan dan kematian masih sama. Vaksin masih tetap sangat berguna," kata Iwan.

"Apakah booster sudah cukup? Nah, kalau varian ini masih tetap varian Omicron, itu sampai saat ini menunjukkan vaksinasi booster itu cukup untuk kita mencegah terjadinya perburukan maupun kematian," tambahnya.

Namun menurut Iwan, terdapat kendala dalam proses percepatan vaksinasi Covid-19. Terutama dalam hal keinginan yang saat ini sudah jauh berkurang dibanding dengan fase gelombang Delta.

"Faktor ketakutannya sudah hilang, sudah minim. Kedua adalah sebetulnya vaksinasi diharuskan, karena kalau masuk mal tidak bisa bila tidak disertakan dengan PeduliLindungi. Nah itu penerapannya kurang, kalau dulu penerapannya ketat waktu Delta," ujar Iwan. (Liputan6/a)




Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru