Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 09 Juli 2025
KTT G20

Ukraina Tekan Rusia Akhiri Perang, Tolak Negosiasi Damai Selama Putin Berkuasa

* Menlu Rusia Klaim Syarat Zelensky Tidak Realistis
Redaksi - Rabu, 16 November 2022 09:05 WIB
483 view
Ukraina Tekan Rusia Akhiri Perang, Tolak Negosiasi Damai Selama Putin Berkuasa
Foto: YouTube Kepresidenan Ukraina/Bay Ismoyo/Pool via Reuters
KTT G20: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (Kiri) dan Menlu Rusia Sergey Lavrov saat mengikuti KTT G20 di Bali, Selasa (15/11).
Nusa Dua (SIB)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, sekarang adalah waktu untuk mengakhiri perang “destruktif” Rusia dan “menyelamatkan ribuan nyawa”.

Hal itu disampaikan Zelensky pada KTT G20 di Bali melalui pidato video pada hari Selasa (15/11).

“Saya yakin sekarang adalah saatnya perang destruktif Rusia harus dan dapat dihentikan,” katanya, menurut pidato yang diperoleh AFP, Selasa (15/11). “Ini akan menyelamatkan ribuan nyawa,” imbuhnya.

Mengenakan T-shirt hijau tentara yang kini menjadi ciri khasnya, Zelensky berbicara kepada para pemimpin dunia termasuk Xi Jinping dari China dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Berbicara dalam bahasa Ukraina, Zelensky mengecam “ancaman gila senjata nuklir yang dilakukan pejabat-pejabat Rusia”, merujuk pada retorika Presiden Rusia Vladimir Putin yang bahkan membuat Beijing tidak nyaman.

“Tidak ada alasan untuk pemerasan nuklir,” ujarnya seraya berterima kasih kepada “G19”-tidak termasuk Rusia-karena “membuat hal ini jelas”.

Pemimpin Ukraina tersebut juga menyerukan perluasan dan perpanjangan tidak terbatas dari kesepakatan gandum yang ditengahi oleh PBB dan Turki, yang akan berakhir pada 19 November.

Ukraina adalah salah satu produsen gandum utama dunia, dan invasi Rusia telah memblokir 20 juta ton biji-bijian di pelabuhannya sampai kesepakatan tercapai pada bulan Juli lalu.

“Saya percaya inisiatif ekspor biji-bijian kami layak untuk diperpanjang tanpa batas-tidak peduli kapan perang berakhir,” kata Zelensky seraya mendesak hal sama diberlakukan ke pelabuhan Ukraina lainnya.

Zelensky juga mendukung dorongan pimpinan AS untuk membatasi harga ekspor minyak Rusia “sehingga sumber daya energi tidak lagi digunakan sebagai senjata.”

“Jika Rusia mencoba untuk menghilangkan Ukraina, Eropa, dan semua konsumen energi di dunia dari prediktabilitas dan stabilitas harga, jawabannya adalah pembatasan paksa harga ekspor untuk Rusia,” cetusnya.

Ajakan untuk menghentikan perang di Ukraina juga disuarakan oleh Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi.

Modi menyerukan agar pihak yang berperang di Ukraina “kembali ke jalur gencatan senjata dan diplomasi”.

Berbicara pada sesi tentang ketahanan pangan dan energi, dia mengatakan bahwa rantai pasokan global “hancur” karena masalah yang disebabkan oleh perubahan iklim, pandemi Covid dan perang di Ukraina.

Dia juga menekankan peran para pemimpin G20 dalam “menciptakan tatanan dunia baru” setelah pandemi.

“Selama satu abad terakhir, Perang Dunia Kedua mendatangkan malapetaka di dunia. Setelah itu, para pemimpin saat itu berusaha serius menempuh jalan perdamaian. Sekarang giliran kita,” katanya.

Sementara itu, saat sesi pembukaan resmi KTT G20, Perdana Menteri (PM) Inggris, Rishi Sunak mengatakan “rezim Putin” telah “menekan perbedaan pendapat domestik dan menciptakan validitas hanya melalui kekerasan”.

Rusia, menurutnya, mendengar “paduan suara oposisi global terhadap tindakannya”. Rishi Sunak juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai perang “barbar” Rusia di Ukraina.

Sunak juga berbicara langsung ke arah perwakilan Rusia di ruangan itu, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov-pertama kalinya seorang PM Inggris berhadapan langsung dengan tokoh senior Rusia sejak perang di Ukraina dimulai.[br]



TIDAK REALISTIS
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, syarat-syarat Ukraina untuk memulai kembali negosiasi dengan Moskow “tidak realistis”.

Hal itu disampaikannya kepada wartawan di KTT G20 di Bali, di mana desakan meningkat terhadap Rusia untuk mengakhiri konflik.

“Semua masalah ada di pihak Ukraina, yang dengan tegas menolak negosiasi dan mengedepankan syarat-syarat yang jelas tidak realistis,” kata Lavrov, seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/11).

Lavrov mengatakan, dia telah menyampaikan hal tersebut selama pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan bahwa dia telah menjelaskan posisi Rusia selama pembicaraan dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Sebelumnya, pejabat-pejabat Rusia dan Ukraina telah mengadakan beberapa putaran negosiasi selama tahap awal konflik-termasuk pertemuan yang diselenggarakan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan- yang berakhir tanpa kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran.

Bersama dengan PBB dan Turki, Rusia dan Ukraina musim panas ini menandatangani kesepakatan untuk membuka blokir beberapa pelabuhan Ukraina yang memungkinkan ekspor gandum dari salah satu produsen terbesar dunia tersebut.

Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Kyiv tidak dapat mengadakan negosiasi damai dengan Moskow selama Presiden Rusia Vladimir Putin masih berkuasa.

“Scholz dan Macron sangat menyadari bahwa proses ini dihalangi oleh Ukraina, yang termasuk melalui undang-undang, dengan dekrit Zelensky, melarang negosiasi dengan Federasi Rusia,” kata Lavrov.

“Kami ingin melihat bukti nyata bahwa Barat sangat tertarik untuk mendisiplinkan Zelensky dan menjelaskan kepadanya bahwa ini tidak dapat berlanjut, bahwa ini bukan untuk kepentingan rakyat Ukraina,” cetusnya. (AFP/Detikcom/d)



Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru