Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 04 Juli 2025

Menteri LHK: Bambu Bisa Jadi Solusi atas Adanya Ancaman Lingkungan

Redaksi - Sabtu, 19 November 2022 10:41 WIB
377 view
Menteri LHK: Bambu Bisa Jadi Solusi atas Adanya Ancaman Lingkungan
Foto: Ist/harianSIB.com
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya
Jakarta (SIB)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menghadiri Peresmian Prasasti Mama Bambu dan Dialog Perempuan Inspiratif di Bali Collection Hutan Bambu G20-Nusa Dua, Senin (14/11).

Dalam acara ini, Siti berbagi banyak hal tentang peran bambu dalam tradisi dan kehidupan masyarakat.

Menurutnya, selain punya nilai ekonomi, bambu di Indonesia juga bernilai ekologi, budaya, religi bahkan perjuangan.

Bahkan, ia menyebut bambu strategis untuk dikembangkan menjadi sumber ekonomi baru sekaligus untuk perbaikan kualitas lingkungan hidup.

"Secara ekologis, bambu dapat menjadi solusi atas adanya ancaman lingkungan dan dampak perubahan iklim," kata Siti dalam keterangan tertulis, Selasa (15/11).

Siti menambahkan, bambu berperan penting dalam restorasi lahan melalui daya adaptasi jenis tanamannya, pendekatan lanskap, dan keberadaannya dalam suatu ekosistem berkelanjutan.

Ia mengatakan dengan sistem perakaran yang sangat rapat dan menyebar ke segala arah, bambu menjadi tanaman konservasi lingkungan dalam menjaga ekosistem air.

Tak hanya itu, lanjut Siti, secara sosial, bambu merupakan sumber daya alam yang dekat dan tidak terlepas dari kehidupan masyarakat di Indonesia sehingga dalam mekanisme pegembangannya pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting.

Melihat berbagai fungsi ini, Siti mengatakan, keberadaan tanaman bambu sangat penting untuk terus dilestarikan, sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) unggulan nasional.

"Dalam semangat ini, melalui Strategi dan Rencana Aksi Nasional Bambu yang telah disusun KLHK kita akan terus kembangkan hulu, tengah dan hilirnya dengan terus mendorong kegiatan penanaman yang lebih lanjut sebagai kontinuitas dari industri bambu," papar Siti.

Untuk itu, melalui COP15 CBD yang akan digelar di Montreal pada Desember ini, Siti mengatakan pihaknya akan terus mengawal adanya pelestarian biodiversitas global.

Hal ini tidak hanya memuat klaim retoris, tetapi berbagai aksi nyata lainnya.

Siti pun menyampaikan sebagai ujung tombak konservasi lingkungan, selama 2021-2022, setidaknya ada 388 Mama Bambu di 21 desa pada 7 kabupaten di Pulau Flores, NTT yang telah menjadi ujung tombak program restorasi lahan kritis, konservasi air dan mitigasi perubahan iklim melalui pembibitan dan penanaman bambu secara masif.

Bekerja di halaman rumahnya masing-masing, para Mama Bambu mengatasi berbagai tantangan pandemi COVID-19 dan Siklun Seroja dengan menghasilkan 3,1 juta bibit, yang 1,5 juta di antaranya kini telah ditanam permanen di lahan kritis, tepi sungai dan mata air.

"Atas capaian tersebut, Mama Bambu adalah bukti nyata betapa perempuan mampu berperan penting dalam aksi-aksi konservasi," pungkasnya. (detikcom/d)





Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru