BRIN: Penyeragaman Kriteria Hilal Bisa Jadikan Awal Ramadan Serentak

Jakarta (SIB)

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, masyarakat menginginkan awal Ramadan dijalankan serentak. Menurut BRIN, hal itu bisa saja terlaksana apabila adanya penyeragaman suatu kriteria untuk menentukan awal Ramadan.

"Hasil dari keinginan masyarakat supaya awal Ramadan kemudian Idul Fitri dan Idul Adha itu bisa seragam, itu sesungguhnya bisa. Melalui penyamaan atau penyeragaman dari aspek kriteria," kata peneliti astronomi dan astrofisika dari BRIN, Thomas Djamaluddin, di Kantor BRIN, Jakarta Pusat, Kamis (16/3).

Menurutnya, kriterianya adalah batas minum suatu hilal untuk bisa dirukyat. Rukyat menjadi pemahaman umum bahwa rukyat hilal itu sebagai penentu awal Ramadan.

"Kriteria itu adalah batas minimum suatu hilal untuk bisa dirukyat. Dan ini menjadi pemahaman umum bahwa rukyat hilal itu sebagai penentu awal bulan," jelasnya.

Menurutnya, kriteria itu bisa dilakukan pengamal rukyat untuk memverifikasi hasil rukyat soal benar hilal atau objek lain yang dilihatnya. Sebab, jika hilal masih di bawah kriteria, rukyat dianggap keliru.

"Nah dengan kriteria tersebut itu bisa digunakan bagi pengamal rukyat itu untuk memverifikasi hasil rukyat apakah yang dilihatnya itu benar hilal atau objek yang lain. Kalo masih di bawah kriteria, itu dianggapnya rukyatnya keliru," ungkapnya.

Maka, hal itu dapat ditolak saat sidang isbat. Sebab, bagi pengamal hisab, kriteria itu digunakan untuk menentukan kalender. Jadi kalender dengan hitungan hisab yang sudah ditentukan awal bulannya dengan menggunakan kriteria.

"Sehingga saat sidang isbat itu akan ditolak. Nah bagi pengamal hisab, kriteria itu digunakan untuk menentukan kalender. Jadi, kalender dengan hitungan hisab yang sudah dilakukan itu ditentukan awal bulannya dengan menggunakan kriteria," jelasnya. (detikcom/c)