Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 27 Juli 2025

RI Serukan Perdamaian di Sudan

* 15 WNI Dievakuasi ke Safe House
Redaksi - Kamis, 20 April 2023 08:25 WIB
502 view
RI Serukan Perdamaian di Sudan
Foto: Dok/KBRI Khartoum
DIEVAKUASI: Sebagian dari 15 WNI dievakuasi ke Safe House Kantor KBRI Khartoum, Selasa (18/4). Evakuasi tersebut dilakukan imbas perang saudara di Sudan. 
Jakarta (SIB)
Indonesia menyerukan penyelesaian konflik secara damai dalam perang saudara di Sudan yang meletus sejak Sabtu (15/4). Kementerian Luar Negeri RI menyatakan prihatin dengan situasi terkini di Sudan yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka. Indonesia pun menyerukan perdamaian demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

"Indonesia menyerukan penyelesaian konflik secara damai. Keselamatan dan kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas," demikian pernyataan Kemlu RI melalui kicauannya di Twitter, Selasa (18/4).

Pasukan militer dan paramiliter Sudan terlibat bentrok pada Sabtu buntut perebutan kekuasaan. Kedua pasukan militer itu saling mengerahkan tank, artileri, dan senjata berat lainnya di daerah padat penduduk.

Satu warga negara Indonesia (WNI) di Khartoum bagian selatan sampai-sampai terluka akibat terkena peluru nyasar yang menghantam wilayah pengungsiannya.

Sejauh ini, perang saudara itu telah menewaskan 270 orang dan melukai 2.600 lainnya, berdasarkan data Pusat Operasi Darurat Kementerian Kesehatan Sudan, seperti dilansir dari CNN, Rabu (19/4). KBRI Khartoum hingga kini terus melakukan kontak dengan WNI di Sudan untuk memastikan keselamatan mereka.

KBRI juga menyediakan hotline yang bisa dihubungi, yakni: + 249-907978701, +249- 900079060, dan +249 900105466.


Evakuasi
Kedutaan Besar RI (KBRI) di Khartoum, Sudan, sejauh ini telah mengevakuasi 15 warga negara Indonesia (WNI) ke tempat perlindungan atau safe house. Mereka dievakuasi dari Khartoum saat KBRI mengirim bantuan logistik. Mayoritas WNI itu terdiri dari keluarga yang mempunyai anak kecil atau bayi serta ibu hamil. "Pada 18 April 2023, Perwakilan RI telah mengevakuasi 15 WNI ke Safe House di Kantor KBRI Khartoum," demikian keterangan KBRI Khartoum.

KBRI lalu mengimbau WNI yang belum bisa menjangkau Safe House untuk tetap berada di rumah dan tidak melakukan kegiatan di luar. "Demi keselamatan, pergerakan menuju Safe House KBRI dilakukan ketika situasi keamanan sudah memungkinkan," bunyi keterangan KBRI Khartoum.[br]


Dalam keterangan terpisah, KBRI Khartoum juga menyampaikan telah memberikan bantuan logistik kepada sekira 200 WNI terdampak perang. Para WNI tersebut umumnya berstatus mahasiswa dan pekerja migran Indonesia (PMI).

"Sebelumnya, KBRI juga telah mendistribusikan sembako kepada WNI, termasuk kepada 76 mahasiswa yang ditampung di Auditorium Kampus Internasional University of Africa," tulis KBRI Khartoum.


Dituding Campur Tangan
Sementara itu, tentara bayaran Rusia, Wagner Group, disebut-sebut berada di balik perang saudara yang kini meletus di Sudan. Wagner Group dikaitkan dengan pasukan paramiliter Sudan, Rapid Support Forces (RSF) yang dipimpin oleh Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo atau yang dikenal sebagai Hemedti.

Perang di Sudan dipicu perebutan kekuasaan antara dua faksi militer utama yakni pasukan RSF yang dikomandoi Hemedti dengan militer Sudan pimpinan penguasa de facto, Abdel Fattah al-Burhan. Dilansir dari ABC News, Rabu (19/4) jauh sebelum kudeta 2021 saat Presiden Sudan Omar al-Bashir masih memimpin, Rusia merupakan kekuatan dominan di Sudan.

Awal tahun ini, Moskow bahkan mencapai kesepakatan awal dengan para pemimpin militer Sudan untuk membangun pangkalan angkatan laut di pantai Laut Merah negara itu. Di sana, Rusia bakal menampung hingga empat kapal, termasuk kapal bertenaga nuklir, serta pasukan hingga 300 prajurit.

"Rusia telah berusaha memajukan hubungan dengan kedua kamp militer selama tiga tahun terakhir," kata direktur penelitian untuk Pusat Studi Strategis Afrika, Joseph Siegle, seperti dikutip NBC News. "Mereka sebagian besar berhubungan baik dengan Jenderal Abdel Fattah Burhan, tapi juga menjalin hubungan baik dengan Hemedti," katanya.[br]


Dilansir dari Al Jazeera, Rabu (19/4) Rusia melalui Wagner Group sudah lama 'bermain' di Sudan yaitu sejak masa pemerintahan Presiden Omar Al Bashir. Pada 2017, Al Bashir pergi ke Rusia untuk bertemu Presiden Vladimir Putin dan menawarkan Sudan sebagai "pintu gerbang ke Afrika", sebagai imbalan atas dukungan Kremlin. Al Bashir sendiri pergi ke Rusia karena khawatir dilengserkan.

Tidak lama setelah itu, perusahaan tambang baru milik Rusia M Invest, Meroe Gold, mulai membawa beberapa ahli dari Rusia ke Sudan selaku produsen emas terbesar ketiga di Afrika. (ABCNews/detiknews/CNNI/d)




Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru