Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 03 Juni 2025

Sumut Kena Getahnya Dampak Resesi Eropa dan Pertumbuhan Ekonomi China Melambat

Redaksi - Senin, 12 Juni 2023 09:51 WIB
410 view
Sumut Kena Getahnya Dampak Resesi Eropa dan Pertumbuhan Ekonomi China Melambat
Bloomberg
Suasana jalanan di kota Beijing China 
Medan (SIB)
Data ekspor China terjun bebas sebanyak 7.5% di bulan Mei, ditambah kinerja sektor manufakturnya yang terkontraksi, diperburuk dengan kinerja pertumbuhan ekonomi China yang tidak sesuai harapan serta diragukan kehandalannya, dimana China hanya tumbuh 4.5% di kuartal pertama tahun ini, telah memicu terjadinya pemburukan kinerja ekspor Sumut sehingga akan menekan laju pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.
Sayangnya, kata Pengamat Ekonomi dan Keuangan, Gunawan Benyamin, setelah China, dalam sepekan belakangan dikabarkan Eropa masuk dalam jurang resesi, di mana ekonomi Eropa tumbuh -0.1% selama dua kuartal berturut-turut.
Bagi Sumut, katanya, Minggu (11/6), ancaman resesi yang sudah muncul di akhir tahun lalu pada dasarnya sudah memukul kinerja ekspor Sumut yang anjlok sejak kuartal keempat 2022, dan masih berlanjut hingga saat ini.
Disebutnya, ekspor Sumut dari sisi volume mengalami penurunan di Q4 2022 terhadap Q3 2022 sebesar 5.8% dan berlanjut lagi mengalami penurunan di kuartal pertama 2023 (Q1) terhadap kuartal keempat (Q4) 2022 sebesar 7.1%.
Di kuartal kedua (Q2) tahun 2023 ini, ekspor Sumut diperkirakan akan anjlok 5% hingga 7% dibandingkan dengan kuartal pertama (Q1) 2023.
Potensi penurunan kinerja ekspor Sumut dipicu penurunan harga komoditas serta permintaan (demand).
Ekspor Sumut pada April yang turun pada dasarnya penurunan yang sifatnya musiman, seiring dengan libur panjang perayaan Idul Fitri. Tetapi di sisi lain Gunawan meragukan apakah ekspor Sumut dari sisi berat atau volume tersebut mampu dipertahankan, setidaknya di atas 800.000 ton setiap bulannya.
Bila berkaca pada situasi sekarang ini, di mana negara mitra dagang Sumut banyak yang mengalami perlambatan bahkan masuk dalam jurang resesi, dia melihat eskpor di tahun ini akan lebih buruk dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Katanya, penurunan akan terlihat lebih menyeramkan jika membandingkan penurunan ekspor secara nominal antara tahun 2023 dengan tahun 2022.
Penurunan ekspor ini akan sangat erat kaitannya dengan produksi, di mana produksi yang menurun memiliki dampak serius terhadap potensi terjadinya PHK di masing masing perusahaan, khususnya yang berorientasi ekspor.
Dengan penurunan produksi tersebut, Sumut berhadapan dengan penambahan jumlah angka pengangguran dan peningkatan pekerja informal, dan bahkan sangat bepeluang menambah deretan jumlah masyarakat miskin.
Jadi pada dasarnya Sumut sudah mendapatkan tekanan ekonomi yang dipicu perlambatan ekonomi di negara lain sejak tahun lalu.
Situasinya kian memburuk, karena belakangan China juga tidak mampu diharapkan sebagai motor pemulihan ekonomi dunia. Terlebih karena sektor manufakturnya terkontraksi serta indeks harga produsennya anjlok 4.5% di bulan Mei.
“Sebagai tambahan, ekspor Sumut ke China anjlok 28% di bulan April secara bulanan, dan pangsa ekspor sekitar 12% (FoB) ke Eropa juga berpeluang tergerus, baik dikarenakan resesi di Eropa, juga dipicu penerapan kebijakan EUDR yang jelas merugikan Sumut,” imbuhnya. (A1/a)



Baca Juga:
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru