Jakarta (SIB)
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni mengutuk tindakan kelompok kriminal bersenjata atau KKB di Nduga, Papua. Sahroni meminta TNI/Polri merespons keras tindakan KKB yang menembak mati 3 warga sipil di Nduga, Papua, saat momen HUT RI.
"Soal penembakan warga sipil oleh KKB ini saya rasa merupakan provokasi KKB yang harus sangat kita respons keras," kata Sahroni saat dihubungi, Kamis (17/8).
Sahroni menegaskan tindakan KKB di Nduga ini sangat jahat. Selain itu, dia menyebut tindakan KKB itu terkesan ingin mengusik harga diri dan kedaulatan NKRI.
"Selain sudah sangat jahat menembak warga sipil, pemilihan momen 17 Agusitus mengesankan KKB ingin mengusik harga diri dan kedaulatan NKRI," ucapnya.
Karena itu lah, Bendum DPP Partai NasDem ini meminta agar TNI/Polri melakukan aksi keras terhadap para KKB tersebut. Dia minta TNI/Polri tak membiarkan harga diri Indonesia diinjak-injak KKB.
"Saya meminta aparat TNI dan Polri melakukan aksi keras namun terukur untuk merespons hal ini. TNI dan Polri harus bersikap tegas dan terukur jangan dibiarkan injak-injak harga diri negara," ujarnya.
Senada dengan Sahroni, anggota Komisi I DPR Fraksi Golkar Bobby Rizaldi juga meminta TNI dan Polri segera bergerak merespons tindakan KKB yang menembak mati 3 warga sipil di Nduga, Papua, saat momen HUT RI. Bobby meminta para pelaku dikejar, ditangkap, dan diadili.
"Kejar, tangkap, adili pelakunya, itu yang saya bisa sampaikan agar pemerintah mendukung kapolres dan aparat penegak hukum di Nduga," kata Bobby saat dihubungi terpisah.
Bobby menyarankan agar persoalan KKB ini tetap diselesaikan lewat ranah penegakan hukum. "Saya rasa karena ini ranah penegakan hukum, sesuai dengan pendekatan penanggulangan masalah keamanan di Papua," imbuhnya.
Meski begitu, dia berharap pemerintah kali ini betul-betul bulat mengejar para pelaku. Dia menekankan tidak bisa bila hanya sifatnya perbantuan.
"Pemerintah perlu kebulatan sikap bila melakukan pengejaran dengan kekuatan militer penuh, sulit bila hanya sifat nya perbantuan saja," ujarnya.
Seperti diketahui, tiga warga sipil tewas akibat ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada momen HUT ke-78 RI. KKB juga dilaporkan membakar dua unit mobil.
"Tiga warga sipil diketahui tewas dalam kejadian ini yang terdiri dari dua warga asli Papua dan satu warga pendatang," kata Kabid Humas Polda Papua Ignatius Benny Ady Prabowo melalui keterangannya, Kamis (17/8).
Kelompok Terorganisir
Sementara itu, Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw mengatakan situasi kamtibmas di Kabupaten Fakfak saat ini mendapat perhatian serius pascapembakaran sejumlah fasilitas publik hingga pembunuhan yang dilakukan oleh puluhan orang tak dikenal. Paulus Waterpauw menduga puluhan orang tak dikenal tersebut merupakan kelompok terorganisir.
"Dugaan saya, mereka (pelaku) bukan orang sembarangan karena sudah terjadi di tiga wilayah berbeda. Artinya, ada komunikasi yang terbangun kelompok terorganisir," kata Paulus Waterpauw di Fakfak dilansir Antara, Jumat (18/8).
Mantan Kabaintelkam Polri ini menjelaskan bahwa peristiwa pembakaran fasilitas publik sudah terjadi beberapa kali di wilayah yang berbeda, yakni di Fakfak bagian barat, tengah, dan utara.
Ia pun meminta agar TNI/Polri segera mengusut hingga tuntas pelaku yang melakukan pembakaran Kantor Distrik Kramomongga, Gedung SMP Negeri Kramomongga, Kantor Distrik Fakfak Tengah, dan penganiayaan Kepala Distrik Kramomongga hingga tewas.
"Saya minta TNI/Polri tangkap pelaku, usut hingga tuntas. Pelaku punya nyali sampai melakukan kejahatan ini," ucap Paulus Waterpauw.
Kapolda Papua Barat Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga menjelaskan pihaknya masih menyelidiki peristiwa pembakaran fasilitas publik di Distrik Kramomongga dan Fakfak Tengah. Untuk mengembalikan situasi kamtibmas yang kondusif, katanya, maka personel polda sebanyak dua peleton dan satu satuan setingkat kompi (SSK) telah ditempatkan ke sejumlah lokasi di Kabupaten Fakfak.
"Penyelidikan terus dilakukan dengan teliti supaya bisa mengungkap semua kasus pembakaran," ujar Daniel Silitonga. (detikcom/a)