Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 09 Juli 2025
* Miliki Komitmen Menjaga Toleransi, Persatuan dan Kerukunan

Jokowi: Kekuatan NU Luar Biasa Besar

* PBNU Tegaskan Tak ke Mana-mana, Sentil yang Bawa-bawa NU
Redaksi - Selasa, 19 September 2023 09:10 WIB
241 view
Jokowi: Kekuatan NU Luar Biasa Besar
(Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
TERIMA SK: Presiden Joko Widodo (kedua kanan) menerima SK (surat keputusan) PBNU terkait pengukuhan Dewan Pengampu Gerakan Keluarga Maslahat NU dari Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar (kedua kiri) disaksikan Istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (
Jakarta (SIB)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kekuatan Nahdlatul Ulama (NU) sangat luar biasa. Jokowi menilai kekuatan NU ini perlu dikonsolidasikan dengan baik.
Awalnya Presiden Jokowi berbicara tentang komitmen kuat PBNU dalam menjaga Indonesia, Pancasila, NKRI, toleransi, dan persatuan dan kerukunan. Jokowi mengucapkan terimakasih kepada para alim ulama hingga keluarga besar NU. Jokowi lalu berbicara tentang kekuatan besar NU.
"Kekuatan NU ini sangat luar biasa, jumlah anggotanya sangat banyak sangat besar, tersebar di seluruh tanah air dan bahkan tersebar di berbagai negara," kata Jokowi dalam Pembukaan Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2023 di Pondok Pesantren Al Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (18/9).
Jokowi meminta agar kekuatan besar PBNU perlu dikonsolidasikan dan diorganisasikan. Menurutnya, PBNU perlu dikonsolidasikan di berbagai bidang, tidak hanya bidang sosial dan agama, tetapi juga ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kekuatan besar ini perlu dikonsolidasi, perlu diorganisasi dengan baik, ditingkatkan terus kualitasnya bukan hanya di bidang sosial, di bidang keagamaan dan di bidang kemanusiaan, tetapi juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia profesional, di dunia kewirausahaan, saya setuju dan mendukung apa yang sedang dan akan dilakukan oleh PBNU," kata Jokowi.
Ia menyebut, NU dapat melakukan kegiatan digitalisasi untuk mengkonsolidasikan kekuatan PBNU. Jokowi juga mendukung program PBNU untuk meningkatkan kualitas warga Indonesia.
"Digitalisasi bisa masuk sebagai pintu masuknya untuk mengkonsolidasikan kekuatan NU, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri," katanya.
"Kita semua menyadari kondisi warga Nahdliyin akar rumput perlu didukung, pemerintah menyambut baik inisiatif PBNU membentuk GKM NU Gerakan keluarga maslahat Nahdlatul Ulama yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas keluarga Indonesia terutama untuk para Nahdlyin di level grass root, level akar rumput," katanya.


Sentil
Sementara itu, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menegaskan, NU tidak ke mana-mana meski warganya di mana-mana. Kiai Miftach pun menyentil orang yang membawa-bawa NU ke mana-mana.
"Oleh karena itu menipisnya pemahaman tentang Nahdlatul Ulama yang saat sekarang ini warganya ada di mana-mana dan tidak ke mana-mana yang tujuannya sebetulnya dia maton mantap akidah keyakinannya prinsipnya tidak ke mana-mana, tapi dia di mana-mana," kata Kiai Miftach dalam Munas tersebut.
Kiai Miftach menyebut, ada yang membawa-bawa NU ke mana-mana. Namun, lanjut dia, anehnya mereka tidak pernah pulang ke NU kecuali saat mengalami masalah. Kiai Miftach tidak mengungkap siapa orang yang dimaksudnya.
"Tapi kenyataan dia di mana-mana dengan seluruh apa yang ia miliki, bahkan semua perabot-perabot kekayaan Nahdlatul Ulama dibawa ke mana-mana, dan anehnya dia tidak akan pernah pulang ke rumahnya karena di sana ada sesuatu yang nyaman, ada sesuatu yang menenangkan menurut mereka, kecuali kalau mereka sedang mengalami masalah dia baru datang ke rumah," tutur dia.
Padahal, lanjut Kiai Miftach, bukan hal seperti itu yang diinginkan para muasis atau pendiri NU. NU menurutnya tidak ingin warganya masuk ke dalam partai dan larut di dalamnya.
"Tidak seperti itu keinginan para muasis, tidak seperti itu yang dia maksudkan dengan Nahdlatul Ulama ada di mana-mana tidak ke mana-mana. Tapi untuk ujian nyali, silakan Anda ke mana-mana tapi untuk menguji nyali anda, bukan larut di sana bukan malah melebihi partai daripada Anda yang masuk ke partai itu," kata Kiai Miftach.
"Kita sudah dandan-dandan demikian, begitu ada di sana berubah 180 derajat, yang dulu halal malah halal lagi, yang haram menjadi halal, nggak ada yang haram, halal semua. Di sinilah Munas dan Konbes sebagai bukti kita terus ingin memperbaiki tapi juga membuka diri, kritik, manakala ada salah monggo, tapi ada aturan ada caranya jangan lewat media orang tahu dan mungkin banyak orang menilai yang begitu itu justru lebih bobrok," imbuh dia.
Kiai Miftach pun lantas mengusulkan agar Munas dan Konbes NU digelar setahun dua kali, apalagi jelang Pilpres 2024. Hal itu disebutnya juga untuk menyampaikan instruksi-instruksi kepada warga NU mendekati Pilpres 2024.
"Bila perlu satu tahun dua kali, atau satu bulan nanti dalam rangka instruksi PBNU untuk umat, apa instruksi itu kalau sudah dekat dengan coblosan. Tapi alhamdulillah saya apresiasi para PW para PC sampai sekarang saya belum mendengar ada yang jualan atau buka lapak sendiri-sendiri. Alhamdulillah terima kasih. Begitu bapak presiden laporan atas kedekatan kita dengan bapak presiden. Semoga semua ini menjadi berkah bagi kita semuanya," pungkas Kiai Miftach.


Jaga Jarak
Akhyar juga mengungkapkan, NU sudah pernah memutuskan untuk menjaga jarak dengan partai politik (parpol). Namun, menurut Kiai Miftach, ada yang lupa dan pura-pura tidak tahu mengenai hal tersebut.
Kiai Miftach mulanya menyampaikan bahwa PBNU tengah gencar melakukan penertiban-penertiban. Sebab, NU disebutnya selalu mendengarkan instruksi pimpinannya.
"Siapa pun yang menjadi pimpinan di Nahdlatul Ulama, apalagi kita ketahui Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang selalu manakala ini sudah menjadi sebuah kesepakatan anak bangsa, kesepakatan daripada warga, kesepakatan daripada anggota, maka taslim menerima dengan segenap kesadaran dan mendukung," kata Kiai Miftach.
"Tidak pernah kita dengar Nahdlatul Ulama ingin ngotak-ngatik memberhentikan seorang pimpinan, baik itu pimpinan negara resmi atau pimpinan organisasi di tengah jalan, kecuali kalau sudah ada kesalahan-kesalahan yang fatal," imbuh dia.
Kiai Miftach kemudian menyinggung ihwal keputusan Mukatamar NU. Dalam muktamar itu, disebutnya bahwa NU sepakat untuk menjaga jarak dengan semua partai politik (parpol). Namun, menurutnya saat ini ada yang lupa dengan keputusan itu.
"Kita sudah tahu bahkan pernah diputuskan dalam muktamar di Solo, Muktamar ke-31 kalau ndak salah bahwa bagaimana Nahdlatul Ulama menjaga jarak dengan partai politik semua partai politik, sepertinya ini ada yang lupa kalau NU menjaga jarak, ya ibaratnya kura-kura di dalam perahu, pura-pura tidak tahu," ungkap Kiai Miftach.
Karena itu, Kiai Miftach mengatakan Munas dan Konbes ini akan merevisi atau membuat Peraturan Perkumpulan (Perkum) NU. Hal itu, lanjut dia, juga untuk menghadapi tantangan masa depan.
"Oleh karena itu Munas ini akan banyak masalah-masalah yang dibahas revisi-revisi perkum mungkin atau menambahkan perkumnya yang semua itu adalah untuk bagaimana kita menghadapi masa depan di depan ini ada bonus demografi setelah itu ada generasi emas yang sedang ada di depan kita. NU harus siap menyongsong sebuah peristiwa yang besar," pungkas dia. (detikcom/a)


Baca Juga:


Baca Juga:
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru