Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 23 Juli 2025

AS Desak Israel Lindungi Warga Sipil di Gaza

* Jokowi: Indonesia Sangat Marah terhadap Situasi di Gaza yang Memburuk
Redaksi - Selasa, 31 Oktober 2023 09:22 WIB
293 view
AS Desak Israel Lindungi Warga Sipil di Gaza
(JNS)
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 
Washington, DC (SIB)
Amerika Serikat menekan Israel agar melindungi warga sipil di Jalur Gaza Palestina di tengah gempuran negara Zionis itu yang terus meningkat untuk memberangus kelompok Hamas. Pada Minggu (29/10), Presiden Joe Biden menelepon Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menekan Israel agar bertanggung jawab melindungi warga sipil di tengah gempurannya ke Gaza Palestina.
Biden mengatakan, Israel memang memiliki hak membela dan mempertahankan diri dari serangan "teroris" pada 7 Oktober lalu, namun harus melakukannya sesuai aturan dan hukum internasional yang berlaku, termasuk soal perlindungan warga sipil.
"Presiden Biden juga menggarisbawahi perlunya segera dan secara signifikan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza seiring berkurangnya pasokan di wilayah yang terkepung itu," demikian kata pernyataan Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Senin (30/10).
Amerika Serikat menyayangkan jumlah korban tewas akibat gempuran Israel ke Jalur Gaza Palestina terus meningkat. Dikutip Associated Press (AP), per Minggu (29/10), jumlah korban tewas akibat gempuran Israel ke Gaza Palestina mencapai 8.005 orang dan melukai lebih dari 20.200 orang lainnya. Sebagian besar korban tewas di Gaza merupakan anak-anak dan perempuan.
Dalam wawancaranya dengan ABC News, Minggu (29/10), Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, menuding kelompok Hamas "berlindung" di balik warga sipil di Gaza. Namun, hal itu, menurut Sullivan, tidak lantas mengurangi "tanggung jawab Israel berdasarkan hukum kemanusiaan internasional dan hukum perang untuk melakukan segala upaya untuk melindungi populasi warga sipil."
"Ada ribuan warga sipil Palestina yang tewas dalam konflik ini dan ini merupakan tragedi. Orang-orang tersebut tidak pantas mati. Warga-warga ini berhak menjalani kehidupan yang damai, aman, dan bermartabat," ucap Sullivan kepada ABC's This Week.
Sullivan menuturkan, Biden mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit kepada Netanyahu dalam komunikasi mereka tersebut, termasuk mengenai isu-isu seputar bantuan kemanusiaan, membedakan antara teroris dan warga sipil yang tidak bersalah, serta tentang bagaimana Israel memikirkan operasi militernya di Gaza.
"Apa yang kami yakini adalah bahwa setiap jam, setiap hari dalam operasi militer ini, IDF (Pasukan Pertahanan Israel), pemerintah Israel harus mengambil segala cara yang tersedia bagi mereka untuk membedakan antara teroris Hamas yang merupakan sasaran militer sah dan warga sipil yang menjadi sasaran militer sah mereka. tidak," katanya kepada CNN.
Sullivan juga mengatakan Netanyahu mempunyai tanggung jawab untuk "mengendalikan" pemukim Yahudi ekstrem di Tepi Barat yang diduduki Israel. "Sangat tidak dapat diterima adanya kekerasan yang dilakukan pemukim ekstremis terhadap orang-orang yang tidak bersalah di Tepi Barat," katanya.
Serangan dadakan Hamas termasuk penyanderaan ke wilayah Israel pada 7 Oktober lalu memicu peperangan dengan Israel yang terus meningkat hingga kini. Israel bahkan terus menggempur Gaza di tengah rencananya melancarkan invasi jalur darat ke wilayah Palestina yang dikuasai Hamas tersebut.



Sudah Kebablasan
Sementara itu, pemerintah Norwegia menyebut Israel sudah "bertindak terlalu jauh" atas serangan di Gaza yang menewaskan ribuan penduduk sipil di wilayah itu. Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, mengatakan Israel telah melanggar aturan perang yang menyebabkan terhambatnya penyaluran bantuan kemanusiaan bagi masyarakat sipil Gaza. "Ini adalah pelanggaran terhadap supremasi hukum. Situasi di Gaza adalah bencana besar," kata Eide, seperti dilaporkan media Norwegia News in English.
Sikap Norwegia berubah haluan, sebab sebelumnya negara Eropa Utara itu mendukung Israel untuk membela diri usai diserang milisi Hamas pada 7 Oktober lalu. Eide mengatakan Israel sedang melakukan "operasi untuk menyerang fasilitas militer Hamas". Namun ketika pengeboman besar-besaran terjadi di seluruh Gaza, maka sudah jauh dari prinsip dan aturan dasar perang. "Kami yakin hal tersebut akan berdampak buruk bagi Israel. Israel bertindak terlalu jauh," ungkapnya.
Dia menambahkan, "Ini bukan keuntungan bagi Israel, karena dalam jangka panjang mereka harus hidup damai dengan Palestina dan negara-negara tetangga. Kami mengatakan hal ini sebagai sahabat Israel, karena strategi pemimpin Israel saat ini sangat berbahaya."
Pekan lalu, Eide datang ke markas Uni Eropa untuk menggalang dukungan menghidupkan kembali proses perdamaian di Timur Tengah. Hal ini karena kekhawatiran bahwa konflik bisa menyebar ke Tepi Barat, Lebanon, dan kawasan Timteng. Norwegia juga meyakini satu-satunya jalan keluar konflik ini adalah solusi dua negara.


Baca Juga:


Indonesia Sangat Marah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia sangat marah dengan situasi di Jalur Gaza Palestina yang semakin memburuk sejak sepekan terakhir. Jokowi menyatakan, RI mengutuk serangan yang terjadi di Gaza oleh Israel. "Indonesia sangat marah terhadap memburuknya situasi di Gaza," kata Jokowi dalam keterangan pers di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (30/10).
Dalam pernyataan tersebut Jokowi kembali menegaskan bahwa Indonesia terus mengikuti secara dekat perkembangan yang terjadi di Gaza. Jokowi menyatakan RI mengutuk keras serangan acak di Gaza. "Posisi Indonesia sangat jelas dan tegas mengutuk keras serangan acak terhadap masyarakat sipil dan fasilitas sipil di Gaza," tegasnya.
Untuk itu Indonesia mendesak agar kekerasan di Gaza segera dihentikan, gencatan senjata segera diupayakan serta pengiriman bantuan didorong dan dipercepat pengirimannya ke Gaza. "Indonesia juga melakukan komunikasi dengan banyak pihak, untuk mengupayakan penyelesaian masalah," kata dia.
Lebih dari tiga pekan setelah perang pecah di Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu, ribuan orang telah menjadi korban perang. Menurut laporan terbaru, korban tewas di Gaza mencapai 8.005 orang dan melukai lebih dari 20.200 orang lainnya.
Meski Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa telah menghasilkan rekomendasi resolusi terkait gencatan senjata, namun Israel justru memperluas serangannya di wilayah itu.
Dilansir dari Reuters, Senin (30/10), terlepas dari tekanan internasional untuk gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan udara dan artileri ke Jalur Gaza pada Senin pagi.
Serangan udara Israel menghantam daerah dekat Rumah Sakit Shifa dan Al-Quds di Gaza, dua rumah sakit terbesar di wilayah itu. Baku tembak antara milisi Hamas dan tentara Israel juga dilaporkan berlangsung semakin sengit di timur Khan Younis, selatan Gaza. (**)


Baca Juga:


SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru