Jumat, 25 April 2025

Pasca Keputusan MKMK, Tokoh Nasional Nilai Indonesia Sedang Tak Baik-baik Saja

Redaksi - Senin, 13 November 2023 09:09 WIB
282 view
Pasca Keputusan MKMK, Tokoh Nasional Nilai Indonesia Sedang Tak Baik-baik Saja
(Foto: Dok/Kompas.com)
KETERANGAN PERS: Sejumlah tokoh nasional di antaranya Goenawan Mohamad (4 kanan), Lukman Hakim Saifuddin (3 kiri), Erry Riyana Hardjapamekas (2 kiri), Sulistyowati Irianto, Omi Komaria Madjid (3 kanan), Romo Antonius Benny Susetyo (2 kanan), Nong
Rembang (SIB)
Sejumlah tokoh nasional bersilaturahmi ke kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Pondok Pesantren Raudlatul Thalibin di Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11).
Tokoh yang hadir di antaranya Goenawan Mohamad, Lukman Hakim Saifuddin, Erry Riyana Hardjapamekas, Sulistyowati Irianto, Omi Komaria Madjid, Romo Antonius Benny Susetyo, Nong Mahmada, dan Alif Iman Nurlambang.
Para tokoh yang mengatasnamakan diri sebagai Majelis Permusyawaratan Rembang itu mengaku datang ke kediaman Gus Mus untuk berdiskusi mengenai demokrasi di Indonesia saat ini.
Koordinator Majelis Permusyawaratan Rembang Alif Iman Nurlambang mengatakan, demokrasi di Indonesia saat ini memprihatinkan.
Kekuasaan terpusat di eksekutif, Mahkamah Konstitusi (MK) penuh dengan intervensi dari eksekutif, hingga ancaman terhadap asas jujur dan adil dalam Pemilihan Umum 2024 yang dikhawatirkan tidak dapat berlangsung dengan baik.
"Sehingga perlu kiranya ada urun rembuk terus menerus dari tokoh-tokoh bangsa ini sebesar dan sebanyak mungkin," ucap Alif usai bertemu dengan Gus Mus.



SEDANG TIDAK BAIK
Dalam pertemuan dengan Gus Mus, para tokoh bangsa ini diberikan dua wejangan penting. "Gus Mus memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite-elite politik bahwa apa yang sudah berlangsung itu, melukai perasaan kita semua. Walaupun kata-kata melukai, kadang-kadang disebut 'sok drama, sok sinetron, kebanyakan drakor', tapi itulah yang perlu dilakukan oleh para budayawan, tokoh-tokoh lintas agama, iman, dan keyakinan," ujar Alif.
"Kemudian juga para pembela-pembela demokrasi, para pejuang hak asasi manusia, juga termasuk mereka yang bekerja di ruang-ruang anti korupsi," terang dia.
Gus Mus, kata Alif, juga menyarankan agar pertemuan seperti ini dapat disampaikan melalui saluran-saluran yang demokratis. "Gus Mus menganjurkan agar pertemuan-pertemuan itu dilakukan juga untuk menyerukan kepada warga masyarakat negara Indonesia, bahwa kita harus saling memahami situasi sekarang. Tidak enak kalau kita kutip istilah Pak Jokowi adalah Indonesia sedang tidak baik-baik saja," ujar Alif.
"Karena itu, nasihat-nasihat penting disampaikan kepada warga negara agar situasi tetap bisa adem. Kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran-saluran demokratis sehingga sama-sama memperingatkan agar penguasa juga eling," jelas dia.
Alif menyampaikan, para tokoh memutuskan berkumpul karena merasa demokrasi Indonesia "diontang-anting" dan MK diintervensi.
"Harus ada kewaspadaan bahwa penggunaan aparatur negara akan membawa Pemilu 14 Februari mendatang tidak bisa dipercaya publik sebagai suatu pemilu yang jurdil," kata Alif.


Baca Juga:


TEMUAN MKMK
Salah satu keputusan MKMK yang dibahas adalah juga terkait pemecatan Anwar Usman sebagai Ketua MK karena melanggar kode etik hakim konstitusi.
MPR juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait pemilu 2024, yang mungkin tidak dapat berjalan dengan baik akibat potensi ancaman terhadap azas jujur dan adil dalam pemilu, sebagaimana terlihat dari temuan MKMK.
Alif menyampaikan bahwa Gus Mus, salah satu tokoh yang hadir, menyerukan agar para tokoh bangsa, lintas iman, dan aktivis HAM terus mengingatkan elit politik dan penguasa tentang dampak pelanggaran terhadap demokrasi yang merugikan masyarakat.
Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga memberikan pesan, mengajak masyarakat untuk kembali ke nilai-nilai luhur etika dan moral dalam semua aspek kehidupan.
Sementara itu, mantan komisioner KPK Erry Riyana mengingatkan masyarakat agar tetap berprasangka baik, karena tidak semua penyelenggara negara melanggar prinsip demokrasi. "Sebagian besar penyelenggara negara masih memiliki hati nurani, meskipun ada sebagian kecil yang memegang kekuasaan," ujar Erry.
Salah satu tokoh masyarakat yang hadir, Goenawan Mohamad menyebut pertemuan ini berfungsi untuk "berbagi rasa" menumbuhkan lagi rasa saling percaya.
Budayawan ini juga menyatakan bahwa belakangan ini banyak kebohongan bermunculan.
"Berbagi rasa untuk saling menularkan semangat supaya kembali lagi kepercayaan terhadap sesama. Zaman sekarang, kepercayaan terhadap sesama sangat tipis. Banyak sekali kebohongan yang juga diucapkan oleh presiden dan orang-orang lainnya," kata Goenawan Mohamad.
"Jelang pemilihan presiden makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar, bahkan dirusak. Terjadinya skandal di Mahkamah Konstitusi menunjukkan itu. Belum lagi saya dengar pemaksaan, penutupan saluran suara dan sebagainya. Kalau itu terjadi, Pilpres yang akan datang bisa renggang," lanjutnya.
Sementara itu, Omi Komaria Madjid mengaku merasa prihatin karena korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) di Indonesia semakin merajalela dan dipertontonkan secara gamblang.
"Bahkan nepotisme kekuasaan, anda lihat sendiri, dipertontonkan kepada kita semua tanpa rasa malu dan salah sama sekali," kata istri mendiang Nurcholish Madjid ini. (**)


Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru