Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 29 Juni 2025

Yordania hingga Saudi Tolak Usul Iran Embargo Minyak ke Israel

* Netanyahu: Hamas Tolak Tawaran BBM untuk RS Al-Shifa
Redaksi - Selasa, 14 November 2023 10:01 WIB
1.321 view
Yordania hingga Saudi Tolak Usul Iran Embargo Minyak ke Israel
Foto : via REUTERS/WANA NEWS AGENCY
Riyadh (SIB)
Yordania, Qatar, Mesir, hingga Arab Saudi menolak usulan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, mengembargo minyak ke Israel untuk mengupayakan penghentian agresi di Palestina. Usulan ini disampaikan oleh Raisi dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) luar biasa antara Liga Arab dan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi, pada Sabtu (11/11).

Melalui pidatonya, Raisi meminta agar negara-negara Islam menjatuhkan sanksi internasional kepada Israel. "Tidak ada cara lain selain melawan Israel, kami mencium tangan Hamas atas perlawanannya terhadap Israel," kata Raisi, seperti diberitakan Iran International.

Namun, seruan Raisi mendapat penolakan dari beberapa negara yang hadir, seperti Mesir, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yordania.

Negara-negara Arab yang sudah menjalin hubungan diplomasi dengan Israel menyatakan penting untuk tetap menjaga saluran terbuka dengan pemerintahan Netanyahu.

Mesir sebelumnya telah membuat perjanjian damai dengan Israel pada 1979 atas peristiwa Perang Arab-Israel 1948. Begitu juga Yordania yang menandatangani perjanjian damai pada 1994. Negara UEA dan Bahrain menormalisasi hubungannya dengan Israel pada 2020 melalui Abraham Accords.

Embargo minyak dan barang Israel bukan satu-satunya tuntutan Raisi untuk menghukum Israel. Dilansir dari Anadolu Agency, Senin (13/11), Raisi meminta penghentian total penyerangan Israel, pencabutan pengepungan, penarikan pasukan Israel di Gaza, menetapkan tentara Israel sebagai organisasi teroris, serta pemutusan hubungan diplomatik negara-negara Islam dengan Israel.

Tuntutan Raisi ini mendapatkan reaksi pro dan kontra dalam konferensi, terutama terkait penetapan tentara Israel sebagai organisasi teroris. Negara Arab juga bersikeras bahwa Israel dan Palestina harus hidup berdampingan yang sesuai dengan perbatasan 4 Juni 1967.

Walaupun timbul berbagai perdebatan dalam konferensi ini, disepakati poin-poin penting resolusi yang bertujuan untuk menghentikan agresi Israel di Palestina.


Tolak Tawaran BBM
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut kelompok Hamas menolak tawaran bahan bakar (BBM) untuk Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza, yang menghentikan operasionalnya sejak akhir pekan karena kehabisan pasokan bahan bakar di tengah perang yang terus berkecamuk.

Seperti dilansir Reuters, Senin (13/11), hal itu disampaikan Netanyahu saat ditanya oleh media Amerika Serikat (AS), NBC News, soal apakah tuduhan yang menyebut Hamas memiliki pos komando di bawah RS Al-Shifa dapat dibenarkan karena membahayakan nyawa orang-orang yang sakit dan para bayi.

"Sebaliknya, kami malah menawarkan sebenarnya, tadi malam, untuk memberikan mereka bahan bakar yang cukup guna mengoperasikan rumah sakit, mengoperasikan inkubator, dan sebagainya, karena kami tidak berperang sama sekali dengan para pasien atau warga sipil," ucap Netanyahu dalam wawancara, Minggu (12/11) waktu setempat.

Militer Israel, secara terpisah, mengatakan bahwa pihaknya siap mengevakuasi bayi-bayi dari RS Al-Shifa, yang merupakan rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, pada Minggu (12/11) waktu setempat. Namun para pejabat Gaza menyebut orang-orang di dalam rumah sakit masih terjebak.

Otoritas Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan bahwa sedikitnya tiga bayi yang baru lahir telah meninggal dunia, karena rumah sakit tidak mendapatkan aliran listrik untuk tetap mengoperasikan inkubator yang menjadi tempat bayi-bayi itu dirawat.

Puluhan orang lainnya disebut dalam kondisi bahaya akibat pemadaman listrik. Pertempuran terus berlangsung di area-area dekat RS Al-Shifa.

Netanyahu juga ditanya lebih lanjut oleh NBC News soal rencana memperbolehkan masuknya pasokan bahan bakar ke Jalur Gaza untuk menyokong rumah-rumah sakit. "Kami baru saja menawarkan bahan bakar kepada Rumah Sakit Shifa, mereka menolaknya," klaim PM Israel tersebut.

"Hamas, yang bersembunyi di rumah sakit dan menempatkan diri mereka di sana, tidak menginginkan bahan bakar untuk rumah sakit mereka ingin mendapatkan bahan bakar yang akan mereka bawa dari rumah sakit ke terowongan mereka, ke mesin perang mereka," sebut Netanyahu.


Hamas Membantah
Sementara itu, Hamas membantah klaim Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu soal pihaknya menolak tawaran bahan bakar untuk penggunaan medis di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa. Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (13/11), kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menegaskan tidak pernah menolak tawaran bahan bakar, yang disebutnya sebanyak 300 liter dari Israel untuk penggunaan medis di RS Al-Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar di daerah kantong Palestina tersebut.

RS Al-Shifa terpaksa menghentikan operasionalnya sejak akhir pekan setelah kehilangan pasokan bahan bakar, yang diperlukan untuk mendapatkan aliran listrik di tengah perang yang terus berlangsung antara Israel dan Hamas. Hamas, dalam pernyataannya, menyebut tawaran bahan bakar sebanyak 300 liter dari Israel itu tidak cukup memenuhi kebutuhan rumah sakit tersebut.

"Tawaran tersebut meremehkan rasa sakit dan penderitaan para pasien yang terjebak di dalam tanpa air, makanan, atau listrik. Jumlah ini tidak cukup untuk mengoperasikan generator rumah sakit selama lebih dari tiga puluh menit," sebut Hamas dalam pernyataannya. Pernyataan itu juga menambahkan bahwa Hamas tidak terkait dengan manajemen RS Al-Shifa.

"Hamas juga bukan bagian dari struktur pengambilan keputusannya. Rumah sakit sepenuhnya tunduk pada otoritas Kementerian Kesehatan Palestina," jelas pernyataan tersebut.

Sebelumnya, Hamas membantah tuduhan Israel soal adanya pos komando di bawah kompleks RS Al-Shifa dan beberapa rumah sakit lainnya di Jalur Gaza. (Rtr/Anadolu Agency/detiknews/CNNI/c)



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru