Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 10 Juli 2025
Pesan Jokowi di Harlah Muslimat NU:

Jangan Gara-gara Pemilu Kita Saling Hujat

Redaksi - Minggu, 21 Januari 2024 08:11 WIB
275 view
Jangan Gara-gara Pemilu Kita Saling Hujat
(Foto: Ant/Asprilla Dwi Adha)
HADIRI: Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan saat Harlah Muslimat NU ke-78 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (20/1). Menyambut Harlah Muslimat NU ke-78, Pimpinan Pusat Muslimat Nadhlatul Ulama mengadakan dzikir, doa dan sholawat
Jakarta (SIB)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri perayaan Hari Lahir (Harlah) Ke-78 Muslimat NU di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat. Jokowi mengingatkan agar rakyat Indonesia tidak terpecah gegara beda pilihan dalam Pemilu.
"Sebentar lagi kita akan pemilu. Pemilihan presiden dan legislatif. Proses pemilu penting dan menentukan, tapi kita tak ingin gara-gara pemilu, gara-gara beda pendapat, gara-gara beda pilihan kita saling menghujat. Tidak boleh," kata Jokowi di atas panggung di sela-sela pembagian sepeda, Sabtu (20/1).
"Tidak boleh saling menghina, tidak boleh saling menghujat. Tidak boleh saling menjelekkan," katanya.
Jokowi mengingatkan kerukunan antar warga selama pemilu. Jangan sampai ada perpecahan atau konflik antara tetangga.
"Sesama tetangga tidak saling sapa. Tidak boleh. Sesama ibu-ibu pengajian tidak saling bicara. Tidak boleh. Sesama warga saling berkelahi. Tidak boleh," katanya.
Jokowi ingin agar rakyat Indonesia tidak diadu domba dengan isu perbedaan pilihan dalam pemilu.
"Jangan mau diadu domba seperti itu, jangan mau kita dibentur-benturkan seperti itu. Jangan mau kita dipecah belah seperti itu. Setuju?" kata Jokowi disambut jawaban setuju dari peserta acara.
"Karena yang lebih penting dari semuanya adalah keutuhan bangsa dan persatuan bangsa, kerukunan bangsa. Betul ibu-ibu?" ujar Jokowi.



Tepis Politisasi
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menepis anggapan harlah ke-78 Muslimat NU kental dengan muatan politik. Dia menegaskan tidak ada embel-embel simbol tertentu selama acara berlangsung.
"Kalau orang mau menduga (politisasi), siapa yang bisa menutup dugaan itu? Apa yang ada di dalam proses ini? Apa ada simbol-simbol? Apa ada logo-logo? Atau ada apa yang patut diduga? Kalau misalnya tausiah, rois aam, isinya bagaimana orang ini baik-baik. Kemudian tausiah Ketua Umum PBNU, saya rasa nggak ada sesuatu yang patut dicurigai, kecuali yang hatinya memang sudah curiga," kata Khofifah seusai acara harlah.
Khofifah tidak menyangkal pelaksanaan harlah kali ini yang berdekatan dengan proses pencoblosan Pilpres 2024 memang memiliki potensi kecurigaan. Namun dia menegaskan kegiatan ini sengaja dibuat untuk memanjatkan doa agar proses pemilu berjalan lancar.
"Memang suasananya ini sangat potensial menimbulkan prediksi dan praduga. Tapi saya ingin menyampaikan kepada kita semua betapa bahwa memasuki perhelatan yang sangat strategis 14 Februari, kita butuh doa. Kita butuh zikir bersama. Kenapa zikir? Orang yang berzikir akan ditenangkan hatinya," kata Khofifah.
Khofifah juga sempat menanyakan ke-NU-annya kepada jemaah Muslimat NU yang hadir. Terkait itu, Khofifah mengaku perlu untuk mendapatkan kesaksian dari jemaah.
"Karena kebetulan itu ramai dan diramaikan gitu, maka kepada warga Muslimat perlu dong saya mendapatkan kesaksian mereka. Kira-kira ke-NU-an saya meragukan atau meragukan? Kan sederhana," jelas Khofifah .
Dia menekankan soal ke-NU-an tidak ada seseorang yang bisa memberikan penilaian. Apalagi sampai ada bentuk takaran terhadap ke-NU-an seseorang.
"Jadi menurut saya, nggak usah kita menekan ke-NU-an seseorang," tutur Khofifah.(**)


Baca Juga:


Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru