Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 07 Agustus 2025

Kemenkes: 3,3 Persen Calon Dokter Spesialis Depresi hingga Ingin Bunuh Diri

Redaksi - Rabu, 17 April 2024 09:08 WIB
557 view
Kemenkes: 3,3 Persen Calon Dokter Spesialis Depresi hingga Ingin Bunuh Diri
(Foto: Getty Images/bymuratdeniz)
llustrasi dokter bullying. 
Jakarta (SIB)
Ada 3,3 persen dari lebih 12 ribu calon dokter spesialis yang menjalani pendidikan di RS vertikal mengalami depresi berat hingga ingin bunuh diri dan melukai diri sendiri. Beberapa di antaranya bahkan merasa ‘lebih baik mati’ atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun hampir setiap hari.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, ada beragam faktor di balik keinginan bunuh diri hingga melukai diri sendiri bagi para peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS).
“Bisa beban pendidikan dan juga beban pelayanan seperti tugas, jaga malam, kebutuhan ekonomi untuk keluarga dan sekolah, dan mungkin juga ada faktor perundungan,” terang dr Nadia saat dihubungi, Selasa (16/4).
Berdasarkan data terakhir yang diverifikasi terkait investigasi perundungan di kalangan PPDS, ada 216 laporan perundungan ke Kemenkes RI. Kebanyakan kasus dilaporkan di RSUP Ngoerah Denpasar, RSUP Hasan Sadikin, hingga RSUP Adam Malik.
Sekitar 62 persen perundungan terjadi secara non fisik dan non verbal, termasuk pembiayaan di luar kebutuhan pendidikan, penelitian, dan pelayanan, penugasan untuk kepentingan pribadi konsulen serta senior, sampai perundungan mengucilkan.
Sisanya terjadi perundungan verbal, fisik, sampai cyber bullying. Survei Kemenkes RI terkait kesehatan jiwa PPDS di 2024 merupakan kali pertama skrining dilakukan.
Pasalnya, pemerintah menilai perlu memastikan pelayanan pasien di sejumlah RS berjalan optimal. Gangguan jiwa dan masalah mental bisa berdampak pada proses perawatan pasien selama praktik di fasilitas kesehatan.
“Skrining awal selain untuk para peserta PPDS, tetapi juga yang utama untuk memastikan safety atau keamanan pasien,” tandasnya.


Berikut detail laporan gejala PPDS yang mengalami masalah kesehatan jiwa:
Tidak ada gejala: 4.356 orang atau 35,9 persen,
Depresi minimal: 41,7 persen atau 5.049 kasus,
Depresi ringan: 16,3 persen atau 1.977 kasus,
Depresi sedang: 4 persen atau 486 kasus,
Depresi sedang-berat: 1,5 persen atau 178 kasus,
Depresi berat: 0,6 persen atau 75 kasus,
5 RS dengan PPDS Depresi Terbanyak,
RSUP Dr Cipto Mangunkusumo: 614 peserta,
RSUP Dr Hasan Sadikin: 350 peserta,
RSUP Dr Sardjito: 326 peserta,
RSUP Prof Dr I G N G Ngoerah: 284 peserta,
RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo: 240 peserta.


dr Siti Nadia Tarmizi menyebut, survei skrining kesehatan jiwa baru mulai diberlakukan tahun ini, seiring dengan pencatatan kasus bullying yang semula dilaporkan.
Meski regulasi bullying di lingkup PPDS semula telah diberlakukan, yakni surat teguran hingga sanksi pencabutan status RS sebagai tempat pembelajaran peserta didik, dr Nadia menyebut masih terdapat sejumlah laporan perundungan yang dilaporkan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kemenkes RI Azhar Jaya juga menyebut, hasil survei skrining kesehatan jiwa peserta PPDS RS vertikal per Maret 2024 menunjukkan banyak calon dokter spesialis mengalami masalah mental. Bahkan, 3,3 persen dokter PPDS yang menjalani skrining teridentifikasi ingin bunuh diri atau melukai diri sendiri.
Angka tersebut didapatkan dari analisis kesehatan jiwa calon dokter spesialis di 28 RS vertikal pendidikan bagi 12.121 PPDS. Survei dilakukan Kementerian Kesehatan RI di 21, 22, dan 24 Maret 2024.
“Dalam 2 minggu terakhir, 3,3 persen PPDS merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun, 322 (2,7 persen) merasakan hal ini beberapa hari, 52 (0,4 persen) merasakan ini lebih dari separuh waktu, dan 25 (0,2 persen) merasakan ini hampir setiap hari,” ujar Azhar Jaya saat dihubungi, Selasa (16/4).
Program studi yang melaporkan calon dokter spesialis dengan gejala depresi terbanyak teridentifikasi di lima program studi berikut:
Ilmu Penyakit Mulut (53,1 persen), Ilmu Kesehatan Anak (41,3 persen), Bedah Plastik (39,8 persen), Anestesiologi (31,6 persen), Bedah Mulut (28,8 persen). (**)



Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru