Simalungun (SIB)Pertemuan antara warga
Nagori Perlanaan dan Pemerintah Nagori dengan
PT KAI di Balai Pertemuan Kantor
Nagori Perlanaan, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Rabu (19/6) berlangsung panas, saat membahas masalah pengukuran aset tanah milik PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Pertemuan antara warga didampingi dan Pemerintah
Nagori Perlanaan dengan
PT KAI itu awalnya dalam rangka sosialisasi pengukuran aset tanah
PT KAI di
Nagori Perlanaan. Saat itu warga keberatan atas adanya klaim
PT KAI atas tanah warga. Bahkan
PT KAI memasang plang di atas tanah warga, yang isinya menyatakan bahwa tanah yang dipasang plang merupakan aset
PT KAI.
Pantauan wartawan, hampir seribuan warga baik itu emak-emak, bapak-bapak dan anak muda, turut hadir pada pertemuan. Pertemuan awalnya berjalan aman dan lancar. Kata sambutan yang disampaikan Pangulu
Nagori Perlanaan Tri Jaka dan perwakilan
PT KAI akhirnya membuat suasana menjadi ribut dan ricuh.
Baca Juga:
Warga tidak puas atas pernyataan Pangulu
Nagori Perlanaan Tri Jaka yang mengaku ikut mendampingi pihak
PT KAI dalam pengukuran tanah dan juga menandatangani hasil pengukuran aset tanah
PT KAI di
Nagori Perlanaan, yang berujung pemasangan plang di tanah milik warga.
Begitu pula dengan pernyataan pihak
PT KAI yang diwakili Kepala Stasiun Perlanaan, Herman Sitepu dan perwakilan bidang aset
PT KAI bernama Trio yang menyatakan, bahwa
PT KAI akan mensertifikatkan aset yang ada, begitu pula yang ada di Perlanaan.
Baca Juga:
Namun saat warga mempertanyakan tanah mana yang akan disertifikatkan, pihak
PT KAI menyatakan, sesuai peta yang dimiliki pihak
PT KAI dimana dalam peta tersebut terdapat tanah dan rumah warga. Sontak warga keberatan atas pernyataan pihak
PT KAI.
Begitu pula saat warga kembali bertanya, apakah pihak
PT KAI sudah mempunyai sertifikat HGB, pihak
PT KAI menjawab masih dalam kepengurusan. Setelah mendengar jawaban tersebut, warga menyoraki pihak
PT KAI dan suasana pertemuan semakin panas dan hampir tidak kondusif.
Melihat suasana yang tidak kondusif itu, Camat Bandar Tagon Sihotang yang hadir pada pertemuan tersebut mengambil alih acara untuk menenangkan warga, sehingga suasana menjadi dingin.
Tagon Sihotang meminta agar pertemuan itu diakhiri dan menjadwalkan kembali pertemuan. Akhirnya warga pun berangsur-angsur membubarkan diri. (**)