Tak Semeriah
Tauhid juga melihat, momentum Ramadan kali ini tidak se-"meriah" tahun kemarin dalam konteks pertumbuhan belanja masyarakat. Hal ini lantaran di tahun lalu juga dibarengi dengan pesta rakyat pemilihan umum (pemilu), namun tidak demikian di tahun ini.
"Kalau dibandingkan tahun lalu, rasanya tidak begitu (pertumbuhannya), ya. Karena tahun lalu ada momentum pemilu, dan sebagainya. Banyak bansos dan sebagainya. Sehingga, konsumsi masyarakat relatif baik," katanya lebih lanjut.
Tauhid mengelaborasi, lantaran kondisi Ramadan kali ini ada di momen kasual yang tanpa hingar-bingar pemilu atau pesta politik, ini berdampak pada stimulus yang diberikan terhadap sektor konsumsi juga berkurang.
Baca Juga:
"Waktu itu masih ada Pilkada (pemilihan kepala daerah), jadi ada uang yang beredar di masyarakat, lebih banyak lah. Sehingga konsumsinya mendorong growth. Saya kira ini yang bisa agak relatif lambat Tapi kalau secara intinya, memang pertumbuhan ini akan terbelah. Januari, Februari, Maret itu 'kan di kuartal pertama," katanya.
"Biasanya growth-nya itu kemungkinan tidak begitu tinggi. Tapi nanti di April, karena Lebaran ada spending di April lebih banyak, untuk Lebarannya itu biasanya lebih naik di kuartal kedua. Kalau kuartal pertama, trennya agak sedikit turun," tutup Tauhid.
Baca Juga:
NaikDilaporkan terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi semakin banyak masyarakat yang meminjam uang melalui pinjaman daring (pindar) atau pinjol serta paylater.
Hal ini dikatakan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya OJK, Agusman.
"Diperkirakan terjadi peningkatan permintaan pembiayaan BNPL (Buy Now Pay Later) oleh PP (perusahaan pembiayaan) dan Pindar menjelang
lebaran tahun ini, namun diharapkan akan lebih terkendali agar tidak menimbulkan peningkatan NPF ke depan," kata dia dalam keterangannya, Sabtu (8/3).
Agusman mengatakan, sementara ini pembiayaan BNPL oleh Perusahaan Pembiayaan pada Januari 2025 meningkat sebesar 41,9% yoy dibandingkan Desember 2024 37,6% yoy, atau menjadi Rp 7,12 triliun dengan NPF gross sebesar 3,37%.
Sementara itu, pada industri fintech lending/Pindar, outstanding pembiayaan di Januari 2025 tumbuh 29,94% yoy (Desember 2024: 29,14% yoy), dengan nominal sebesar Rp 78,50 triliun.
"Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga stabil di posisi 2,52%," lanjutnya.
Jelang Lebaran tahun lalu, outstanding pembiayaan BNPL oleh PP menguat sebesar 31,45% yoy pada April 2024 dibandingkan Maret 2024 23,90%, sedangkan pembiayaan industri Pindar menguat sebesar 24,16% yoy dibandingkan Maret 2024 21,85% yoy.
"Pertumbuhan kinerja Pindar dan BNPL yang didukung dengan tingkat pembiayaan bermasalah yang masih terjaga stabil tersebut menunjukkan masih tingginya demand/permintaan masyarakat, seiring dengan peningkatan transaksi digital antara lain pembelian produk melalui e-commerce," pungkasnya. (**)