Kiev
(harianSIB.com)
Memanas!
Serangan terbaru
Rusia menewaskan sedikitnya 12 orang di
Ukraina timur hingga Sabtu (8/3) pagi waktu setempat.
Serangan ini terjadi beberapa hari menjelang perundingan di Arab Saudi antara negosiator
Amerika Serikat dan
Ukraina yang bertujuan untuk
gencatan senjata.
Serangan udara
Rusia tersebut menghantam pusat Dobropillia di wilayah Donetsk,
Ukraina pada Jumat malam waktu setempat, menewaskan 11 orang dan melukai 30 orang, menurut layanan darurat, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (8/3).
Baca Juga:
Secara terpisah, satu orang tewas dalam serangan drone dan tujuh orang lainnya terluka pada Sabtu dini hari di kota Bogodukhiv, kata kepala militer wilayah Kharkiv Oleg Synegubov.
Serangan udara itu terjadi setelah
Presiden AS Donald Trump mengancam sanksi dan tarif baru terhadap
Rusia, tetapi juga mengatakan mungkin "lebih mudah" untuk bekerja sama dengan Moskow daripada Kyiv dalam upaya untuk mengakhiri perang tiga tahun tersebut.
Baca Juga:
Setelah Trump secara terbuka mencaci-maki pemimpin
Ukraina Volodymyr Zelensky selama pertemuan di Gedung Putih dan menangguhkan bantuan militer AS ke Kyiv, presiden AS itu mengatakan kepada wartawan, ia mempercayai Presiden
Rusia Vladimir Putin.
"Sejujurnya, saya merasa lebih sulit untuk berurusan dengan
Ukraina dan mereka tidak memiliki kartu," kata Trump. "Mungkin lebih mudah berurusan dengan
Rusia," imbuhnya.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah Trump mengancam sanksi dan tarif baru terhadap
Rusia atas gempurannya di
Ukraina. Ini disampaikan Trump beberapa jam setelah Moskow meluncurkan serangan drone dan rudal "besar-besaran" terhadap fasilitas energi
Ukraina.
"Berdasarkan fakta bahwa
Rusia benar-benar 'menggempur'
Ukraina di medan perang saat ini, saya sangat mempertimbangkan Sanksi Perbankan, Sanksi, dan Tarif berskala besar terhadap
Rusia hingga Gencatan Senjata dan Perjanjian Penyelesaian Akhir Perdamaian Tercapai," tulis Trump di platform Truth Social miliknya.
"Kepada
Rusia dan
Ukraina, segera duduk bersama di meja perundingan, sebelum terlambat," imbuhnya.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga berbicara dengan Menlu
Ukraina, Andrii Sybiha, melalui telepon pada hari Jumat.
Dalam panggilan telepon tersebut, Rubio menggarisbawahi tujuan Trump untuk mengakhiri perang
Rusia-
Ukraina dengan cepat, dan menekankan bahwa "semua pihak harus mengambil langkah-langkah untuk mengamankan perdamaian yang berkelanjutan", kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce dalam sebuah pernyataan. (**)