Solo
(harianSIB.com)
Di tengah dunia yang semakin gelap, penuh kekerasan, ketidakadilan, dan tuntutan hidup yang menyesakkan, umat Katolik tetap memelihara harapan.
Keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan selalu menyertai umat-Nya tercermin dalam
visualisasi Jalan Salib Jumat Agung di
Gereja Katolik Santo Aloysius Mojosongo, Solo, Jumat (18/4/2025) seperti yang dilansir Harian SIB.
Baca Juga:
Ratusan umat Katolik paroki Santo Aloysius Mojosongo terlibat dalam kegiatan ini.
Sebagian dari mereka bahkan tak kuasa menahan air mata saat menyaksikan penyiksaan Yesus Kristus menuju
kayu salib.
Baca Juga:
"Visualisasi ini menjadi sarana bagi umat untuk menghayati peristiwa agung yang berpuncak pada penyaliban Yesus di
kayu salib," jelas Pastor Paroki St. Aloysius Mojosongo Rm. Maternus Minarto, Pr.
Bagi umat Katolik, penderitaan Kristus bukan sekadar tragedi.
"Dari sisi iman kami, iman Kristiani, iman Katolik, itu adalah peristiwa di mana Allah yang sangat mencintai umat manusia yang telah jatuh dalam dosa, menebusnya melalui pengorbanan Kristus. Penebusan itu dibayar dengan darah Kristus, wafat-Nya di salib," bebernya.
Romo Minarto menegaskan, kasih Kristus mencapai puncaknya saat Ia menyerahkan nyawa-Nya demi sahabat-sahabat-Nya.
"Tiada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya," katanya mengutip ajaran Injil.
Peristiwa
Jumat Agung ini, lanjut Romo Minarto, juga menjadi refleksi atas dunia saat ini yang kerap mengabaikan nilai-nilai luhur.
Dalam situasi sosial yang semakin keras, umat Katolik diingatkan untuk tetap memegang harapan dan nilai solidaritas.
"Di tengah dunia saat ini yang kerap mengutamakan nilai-nilai glamor, kami menawarkan nilai-nilai solidaritas, pengorbanan," jelasnya.
Di tengah masyarakat yang mungkin melihat Indonesia gelap, bahkan dunia gelap, kami tetap memiliki harapan karena kami percaya Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan akan selalu mendampingi umat-Nya," imbuh Romo Minarto.
"Kami punya harapan bahwa ini sungguh-sungguh bisa dinikmati umat, masyarakat yang melihatnya mengalami peristiwa yang agung itu, menjadi kesempatan mereka untuk bangkit dari segala situasi hidup," ungkapnya.
"Ketika mereka menderita juga mereka masih merasakan, 'Ada yang lebih dari saya,' dan sebagainya, agar mereka membangun kehidupan yang lebih baik bagi umat," pungkas Romo Minarto. (**)