Khusus dari Arab Saudi, Indonesia tercatat melakukan impor minyak mentah mencapai 7,04 juta ton pada 2024. Indonesia juga mengimpor produk petroleum dari negara tersebut mencapai 3,42 juta ton, dan produk LPG mencapai 612 ribu ton sepanjang 2024.
Sedangkan, dari UAE, Indonesia tercatat mengimpor produk petroleum mencapai 964 ribu ton sepanjang tahun 2024. Indonesia juga mengimpor LPG dari UAE sepanjang tahun 2024 mencapai 639 ribu ton.
Adapun, dari Amerika Serikat, Indonesia mengimpor LPG mencapai 3,93 juta ton sepanjang tahun 2024. Indonesia juga mengimpor minyak mentah dari AS mencapai 668 ribu ton.
Baca Juga:
Menurut Goldman Sachs dan firma konsultan Rapidan Energy, harga minyak bahkan diperkirakan dapat melonjak di atas US$ 100 per barel jika selat tersebut ditutup untuk waktu yang lama. Analis JPMorgan menilai, risiko
Iran menutup Hormuz rendah karena AS akan menganggap tindakan tersebut sebagai deklarasi perang.
Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, yang menghasilkan 3,3 juta barel per hari.
Iran mengekspor 1,84 juta barel per hari bulan lalu.
Baca Juga:
Menurut Kpler, sebagian besar minyak
Iran dijual ke China. Sekitar setengah dari impor minyak mentah China melalui perairan berasal dari Teluk Persia.
"Itu akan menjadi luka yang ditimbulkan sendiri: menutup Selat itu akan menghentikan aliran ekspor minyak mentahnya ke China, menghentikan aliran pendapatan utama," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.
Harga minyak dunia melonjak tajam pada perdagangan Senin pagi (23/6) setelah
Iran secara resmi menutup Selat Hormuz, menyusul serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir utama
Iran, Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Mengacu data Refinitiv pada pukul 08:30 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak terdekat naik 2,69% menjadi US$ 79,08 per barel. Sementara itu, WTI menguat 1,23% ke US$ 75,85 per barel.
Kenaikan ini memperpanjang reli minyak dalam sepekan terakhir. Sejak 12 Juni 2025, harga Brent sudah melonjak hampir 14%, dari level US$ 69,36.(**)