
Warga Nyalakan Lilin dan Tabur Bunga untuk 10 Korban Unjuk Rasa
Medan(harianSIB.com)Rentetan unjuk rasa yang menolak tunjangan rumah untuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR) berujung pada ja
Fenomena ini menjadi viral setelah sebuah video yang diunggah oleh akun "Jelajah Sumut" pada 16 Juli lalu memperlihatkan kontras tajam warna air di perairan bawah Patung Yesus, Bukit Sibea-bea. Lokasi ini merupakan salah satu jantung pariwisata Danau Toba yang ramai dikunjungi wisatawan.
Baca Juga:
Kepala Dinas Pariwisata Samosir, Tetty Naibaho, membenarkan perubahan drastis warna air tersebut. Menurutnya, hipotesis awal mengarah pada faktor cuaca ekstrem.
"Perubahan warna ini terjadi sejak awal Juli. Dugaan sementara disebabkan oleh cuaca ekstrem dan ombak besar yang mengaduk endapan lumpur di dasar danau," jelas Tetty kepada wartawan Kompas.com, Senin (21/7/2025).
Baca Juga:
Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa penyebab pastinya belum dapat dipastikan karena belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan untuk menganalisis fenomena ini.
Kunjungan UNESCO
Kondisi ini terjadi pada momen krusial. Tim asesor dari UNESCO dijadwalkan melakukan kunjungan revalidasi Toba Caldera Geopark pada 21 hingga 25 Juli 2025. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Yudha Pratiwi, menyatakan harapannya agar fenomena alam ini tidak mengurangi penilaian dan status "green card" Geopark Kaldera Toba.
Ancaman nyata membayangi perekonomian Samosir yang 70% Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditopang oleh sektor pariwisata. Jika kondisi ini berkepanjangan, event berskala internasional seperti Ultra Trail Of The King dan Toba Kaldera Ironman yang akan datang bisa ikut terancam.
"Kami fokus pada pengecekan kelengkapan jaket pelampung pada kapal, pengawasan jalur perairan Harian-Boho, serta antisipasi keadaan darurat akibat cuaca," ujar seorang petugas.
Secara lingkungan, dugaan sementara menyebutkan sedimentasi di kawasan Harian diperparah oleh erosi tanah dari lereng yang terjal di sekitar danau. Namun, tanpa adanya data uji kualitas air, ini masih sebatas spekulasi.
Lambannya respons pemerintah untuk melakukan penelitian mendalam menuai kritik dari masyarakat dan para ahli. Mereka mendesak agar ada tindakan nyata dan segera.
"Kami butuh penelitian segera. Jangan dibiarkan berlarut-larut," seru seorang tokoh masyarakat. "Ini bukan hanya soal wisatawan yang akan menjauh, tapi juga ancaman serius bagi kelestarian ekosistem danau."
Masyarakat mendesak adanya kolaborasi cepat antara pemerintah daerah dengan lembaga riset untuk menguji tingkat kekeruhan air dan merumuskan langkah mitigasi erosi. Misteri air coklat di Harian ini harus segera dipecahkan sebelum keindahan Danau Toba terancam secara permanen.(**)
Medan(harianSIB.com)Rentetan unjuk rasa yang menolak tunjangan rumah untuk Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR) berujung pada ja
Tigabalata(harianSIB.com)Badan Usaha Milik Nagori (Desa) Pinang Ratus, Kecamatan Jorlanghataran, Kabupaten Simalungun saat ini bergerak di b
Pematangsiantar(harianSIB.com)Ribuan orang ikut Fun Walk Yubileum 75 Tahun Seminari Menengah Christus Sacerdos (SMCS) yang diadakan Jumat
Sibolga(harianSIB.com)Wali Kota Sibolga Akhmad Syukri Nazry Penarik diwakili Asisten Aslan Efendi melakukan launching buku berjudul Perjuan
Tigadolok(harianSIB.com)Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara, Rony Reynaldo Situmorang meminta para aparatur Desa Marihatdolok, Kecamatan Do