Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 24 Juli 2025

Warna Air Danau Toba di Harian Berubah Coklat Keruh, Pariwisata Samosir Terancam di Tengah Kunjungan UNESCO

Redaksi - Selasa, 22 Juli 2025 11:04 WIB
430 view
Warna Air Danau Toba di Harian Berubah Coklat Keruh, Pariwisata Samosir Terancam di Tengah Kunjungan UNESCO
(Foto harianSIB.com/Ist)
Danau Toba menjadi coklat keruh
Samosir(harianSIB.com)

Pemandangan tak biasa dan mengkhawatirkan menyelimuti sebagian perairan Danau Toba di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir. Sejak awal Juli 2025, air danau yang biasanya jernih membiru mendadak berubah menjadi coklat keruh pekat, memicu keprihatinan luas di kalangan masyarakat dan pelaku pariwisata.

Fenomena ini menjadi viral setelah sebuah video yang diunggah oleh akun "Jelajah Sumut" pada 16 Juli lalu memperlihatkan kontras tajam warna air di perairan bawah Patung Yesus, Bukit Sibea-bea. Lokasi ini merupakan salah satu jantung pariwisata Danau Toba yang ramai dikunjungi wisatawan.

Baca Juga:

Kepala Dinas Pariwisata Samosir, Tetty Naibaho, membenarkan perubahan drastis warna air tersebut. Menurutnya, hipotesis awal mengarah pada faktor cuaca ekstrem.

"Perubahan warna ini terjadi sejak awal Juli. Dugaan sementara disebabkan oleh cuaca ekstrem dan ombak besar yang mengaduk endapan lumpur di dasar danau," jelas Tetty kepada wartawan Kompas.com, Senin (21/7/2025).

Baca Juga:

Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa penyebab pastinya belum dapat dipastikan karena belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan untuk menganalisis fenomena ini.

Kunjungan UNESCO
Kondisi ini terjadi pada momen krusial. Tim asesor dari UNESCO dijadwalkan melakukan kunjungan revalidasi Toba Caldera Geopark pada 21 hingga 25 Juli 2025. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara, Yudha Pratiwi, menyatakan harapannya agar fenomena alam ini tidak mengurangi penilaian dan status "green card" Geopark Kaldera Toba.

Ancaman nyata membayangi perekonomian Samosir yang 70% Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditopang oleh sektor pariwisata. Jika kondisi ini berkepanjangan, event berskala internasional seperti Ultra Trail Of The King dan Toba Kaldera Ironman yang akan datang bisa ikut terancam.


Desakan Publik

Menyikapi situasi ini, pemerintah daerah baru sebatas mengeluarkan imbauan agar masyarakat dan wisatawan berhati-hati saat beraktivitas di pantai. Di sisi lain, Polres Samosir telah menyiagakan Tim Patroli dan Satuan Polairud untuk meningkatkan pengawasan.

"Kami fokus pada pengecekan kelengkapan jaket pelampung pada kapal, pengawasan jalur perairan Harian-Boho, serta antisipasi keadaan darurat akibat cuaca," ujar seorang petugas.

Secara lingkungan, dugaan sementara menyebutkan sedimentasi di kawasan Harian diperparah oleh erosi tanah dari lereng yang terjal di sekitar danau. Namun, tanpa adanya data uji kualitas air, ini masih sebatas spekulasi.

Lambannya respons pemerintah untuk melakukan penelitian mendalam menuai kritik dari masyarakat dan para ahli. Mereka mendesak agar ada tindakan nyata dan segera.

"Kami butuh penelitian segera. Jangan dibiarkan berlarut-larut," seru seorang tokoh masyarakat. "Ini bukan hanya soal wisatawan yang akan menjauh, tapi juga ancaman serius bagi kelestarian ekosistem danau."

Masyarakat mendesak adanya kolaborasi cepat antara pemerintah daerah dengan lembaga riset untuk menguji tingkat kekeruhan air dan merumuskan langkah mitigasi erosi. Misteri air coklat di Harian ini harus segera dipecahkan sebelum keindahan Danau Toba terancam secara permanen.(**)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru