Jakarta (SIB)- Sugeng Triyanto (57 tahun) seorang jemaah haji asal Semarang, Jawa Tengah dikabarkan menjadi korban meninggal dunia saat terjadi tragedi Mina pada Kamis (24/9) lalu. Sang anak, Aditya (27 tahun) yang mendampingi saat musibah menceritakan detik-detik tragedi Mina kepada pamannya, Kuncoro (54 tahun) di Indonesia melalui telepon.
Kamis pagi itu, Aditya bersama Sugeng, Sri Prabandari (Ibu), dan dua tantenya Maryuni (71) serta Sri Agustin (56) berangkat hendak melakukan lempar jumroh. Aditya yang berada di kursi roda karena tak bisa jalan didorong oleh sang ayah. Sementara Maryuni yang juga berada di kursi roda didorong oleh Sri Agustin.
Awalnya mereka berjalan seperti biasa, meski berdesakan dengan jutaan jemaah. Hingga tiba-tiba jemaah di bagian depan mereka berhenti, sementara yang datang dari belakang terus berjalan sehingga terjadi dorongan.
Suasana begitu kacau karena terjadi aksi saling dorong. Beberapa jemaah pun terjatuh, termasuk Aditya juga jatuh dari kursi roda. Melihat sang anak jatuh, Sugeng Triyanto pun menolong dan mengembalikan Adit ke kursi rodanya.
Nahas, Sugeng justru jatuh dan terdorong oleh jemaah dari belakang. "Kondisinya saya mau jalan ke depan tidak bisa, jalan dari belakang didorong. Waktu itu saya jatuh, papa (Sugeng) berusaha menolong, tapi malah terdorong," kata Aditya lewat sambungan telepon kepada sang paman, Sabtu (26/9).
Adit melihat ratusan bahkan mungkin ribuan jemaah terjatuh dan terinjak-injak, termasuk Sugeng sang ayah. Sedangkan ibunya Sri Prabandari sudah langsung terpisah, tenggelam di kerumunan orang.
Mahasiswa STIE BPD Jateng itu tidak bisa berbuat banyak melihat ayahnya terinjak-injak karena ia tidak bisa berjalan tanpa bantuan kursi roda. Aditya selamat karena dibantu relawan dari India. "Saya nungguin, saya nungguin di lokasi sampai papa enggak ada," ujarnya.
Aditya hanya pasrah mendapati sang ayah telah mangkat. Dia sempat menutupkan mata jenazah ayahnya dan menyelimutinya dengan kain ihram sebalum dia dilarikan ke rumah sakit setempat.
Dengan berat hati Aditya meninggalkan jenazah ayahnya di lokasi dan terpisah dari keluarga. "Saya terpisah juga sama Budhe. Saya pulangnya pakai kursi roda dari rumah sakit," kata Adit.
Mina Kini Diasuh Sang NenekSementara itu Keluarga Dede Herlan dan EE Ruhaeni di warga Cikabuyutan Barat, Patamuran, Banjar, Jawa Barat sangat berduka dengan terjadinya musibah tragedi Mina pada Kamis (24/9) lalu. Dari tujuh anak dan menantunya yang tahun ini melaksanakan ibadah haji, empat di antaranya turut menjadi korban meninggal dalam tragedi tersebut.
"Saya kaget ditelepon dari anak dari Arab, menantu dan anak jadi korban," kata Dede di rumahnya, Jumat (25/9).
Keempatnya adalah pasangan suami istri; yakni Atang Gumawang-Ima Rusmawati yang memiliki dua orang anak dan Dik Dik Muhammad Tasdik-Ira Kusmira dengan tiga anak.
Ke-5 anak itu pun menjadi yatim piatu dan kini dirawat oleh kakek-neneknya, Dede Herlan dan EE Ruhaeni. Saat ini mereka sudah berada di rumah kekek neneknya.
Meski kabar meninggalnya kedua orang tua mereka ramai dibicarakan, namun kelima anak-anak yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar itu nampak riang bermain. Bahkan satu di antaranya bisa menceritakan musibah tragedi Mina yang membuat kedua orang tua mereka meninggal dunia.
Kini keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Atang Gumawang, Ima Rusmawati, Dik Dik Muhammad Tasdik dan Ira Kusmira. Namun mereka berharap pemerintah Indonesia lebih memperhatikan nasib jemaah haji yang masih di tanah suci.
Dede dan EE Ruhaeni berharap kejadian yang merenggut nyawa empat anggota keluarganya itu tak terulang lagi.
Pesan Terakhir Korban Sebelum dikabarkan meninggal dunia di Mina, Risma Widya Puspita Sari (51) warga Perum Cimahpar II, Desa Pasir Halang, Kecamatan Sukaraja, Sukabumi, Jawa Barat sempat mengirim pesan singkat agar ke empat anaknya tidak menghubungi dulu. Korban memberi kabar bahwa dia akan melakukan Wukuf di Arafah, ingin beribadah lebih khusyuk.
Kabar tersebut diterima Kevin Ferrdyna anak ketiga korban pada Senin (21/9). Kevin pun memberitahukan hal itu kepada kakak dan adiknya. "Yang dihubungi adik ketiga (Kevin) saat itu Beliau minta kalau tidak ada kabar jangan khawatir, karena mau melaksanakan ibadah lebih khusyuk," ujar Viki (28) putra sulung korban, Sabtu (26/9).
Pada Rabu (23/9) malam takbiran, Viki sempat mencoba menghubungi orang tuanya namun saat itu telpon seluler keduanya tidak aktif. Viki kemudian was-was ketika esok harinya atau Kamis (24/9) ia mendengar informasi adanya tragedi Mina ditambah jumlah yang paling banyak berasal dari Kloter 61 Kabupaten Bandung.
"Saat itu saya langsung lemas, berbagai informasi saya gali sampai akhirnya baru tadi dapat kabar jika ibu saya meninggal dunia dan ayah saya hilang," imbuhnya. Begitu menerima kabar dari sang kakak, Vinnezya adik kedua Viki jatuh pingsan.
Hingga saat ini, Viki belum mengetahui kabar sang ayah Ferizal Ghani (56). Ferrizal diketahui sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pertamanan Kabupaten Sukabumi. Hasil pernikahannya dengan Risma Widya Puspita Sari terlahir empat orang anak masing-masing Viki madya, Vinnnesya mahganiza, Kevin dan Ferdyna Ferry.
"Saya berharap, Ya Allah selamatkanlah ayah saya. Semoga beliau lekas ditemukan," tutup Viki.
Berharap Sang Ayah SelamatLain lagi cerita Viki (28) dan Vinnesya (26) Dua dari empat putra pasangan suami istri Ferizal Ghani (55) dan Risma Widya Puspitasari (52) berharap sang ayah segera ditemukan setelah dikabarkan hilang pasca tragedi Mina. Meski harus menerima pil pahit kehilangan sang ibunda, keduanya mengaku ikhlas.
"Saya sudah pasrah dan ikhlas begitu menerima kabar ibu meninggal, hanya saja saya berharap pemerintah semua pihak mempercepat proses pencarian terhadap ayah saya. Karena kami tak ingin dihantui rasa was-was setelah kepergian ibu menghadap yang maha kuasa," kata Viki.
Selama menerima pemberitaan media, Viki mengaku rajin mengakses semua sumber berita untuk mencari jumlah dan nama nama korban asal Indonesia. Namun karena terbatasnya sumber yang didapat kemudian dia mencoba menghubungi Ustad Acep ketua rombongan kloter 61 asal Kabupaten Bandung.
"Informasi yang saya terima saat itu tidak utuh, karena mungkin saat itu beliau juga sedang kalut. Pak ustad cuma kasih kabar jika ada 11 orang dari kloter 61 yang menjadi korban meninggal, lainnya terluka dan hilang. Karena penasaran saya menghubungi rekan yang jadi panitia penyelenggara haji minta informasi terkait ibu saya bernama Widya. Baru tadi saya menerima informasi jika ternyata beliau (Ibu) wafat di sana," lanjut Viki seraya menitikan air.
Dilaporkan Hilang Kontak
Sebanyak 9 jemaah haji asal Probolinggo, Jawa Timur kloter 48 embarkasi Surabaya dilaporkan hilang kontak dan belum kembali ke maktab (tempat pemondokan) di Mina. Hal itu disampaikan oleh Saiful, salah satu pendamping haji dari PT Safara di Probolinggo, Jawa Timur.
Menurut dia sembilan jemaah haji itu terdiri dari; 1 jemaah dari Kecamatan Krejengan, 1 dari Kecamatan Pakuniran, 1 dari Kecamatan Kraksaan, 1 jamaah dari Kecamatan Besuki, 3 asal Kecamatan Banyuanyar. Ada juga 2 anggota tim medis kloter 48 yang belum jelas nama dan alamatnya.
"Tiga jemaah haji asal Kecamatan Banyuanyar, merupakan suami dan dua istri tua dan mudanya," kata Saiful, saat dihubungi melalui telepon selulernya, Sabtu (26/9).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Kementerian Agama Kabupaten Probolinggi Atok Ilah mengaku mendengar informasi hilangnya 9 jemaah haji tersebut. Namun dia belum bisa memastikan penyebab ke-9 jemaah tersebut hilang kontak.
Pihak Kemenag yang berada di tanah suci juga mengaku kesulitan untuk mencari informasi ke rumah sakit-rumah sakit yang merawat para korban insiden Mina. "Informasi dari pembimbing jemaah haji kloter 48, masih 9 orang masih hilang kontak," kata Atok.
Menurut dia penyebab seorang jemaah haji hilang kontak bisa saja karena mendapatkan perawatan di rumah sakit Arab Saudi, tersesat, atau justru menjadi korban tragedi Mina.
17 Korban dari KBIH PersisKelompok Bimbingan Ibadah Haji Persatuan Islam (KBIH Persis) merilis 17 nama yang menjadi korban dalam tragedi Mina pada Kamis (24/9) lalu. Seluruh korban tersebut berasal dari Kloter 61 JKS yang bertolak ke tanah suci pada 14 September lalu.
Data tersebut diperoleh dari Pembimbing utama kloter 61 JKS. Korban berasal dari rombongan 4, 8, dan 9.
"Data tersebut adalah informasi yang didapat dari pembimbing utama, Acep Saepudin atas kesaksian para jamaah yang satu rombongan dengan para korban," ujar Sekretaris Umum Persis Irfan Safrudin, di Kantor KBIH Persis Pusat Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu (26/9).
Hingga kini Kementerian Agama belum bisa mengkonfirmasi data yang dirilis oleh KBIH Persis tersebut. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa pihaknya harus akurat dalam memberikan informasi tentang jemaah yang wafat.
"Untuk menyatakan seseorang itu wafat, harus berdasarkan kesaksian yang bisa dipertanggungjawabkan. Tentu pertanggungjawaban secara medis bahwa seseorang itu memang betul-betul telah wafat," kata Menag kepada jemaah haji JKS 61 saat berkunjung ke tendanya di Mina Jadid, Jumat (25/9) malam waktu Arab Saudi.
Berikut nama-nama korban meninggal yang dirilis oleh BPIH Persis:
Rombongan 4
1. Koko Koswara – Kabupaten Bandung
2. Atik Suryati – Kabupaten Bandung
3. Supardi – Kabupaten Bandung
4. Aruk – Kabupaten Bandung
Rombongan 8
1. Rosidah – Kabupaten Ciamis
2. Sardjo Mulyana – Kabupaten Ciamis
3. Nji Saadah – Kabupaten Ciamis
4. Imas Masyitoh – Kabupaten Ciamis
5. Nana Hendiana – Kabupaten Ciamis
6. Atang Gumawang – Kota Banjar
7. Ima Rismawati – Kota Banjar
8. R Maemunah – Kota Banjar
Rombongan 9
1. Rumiyati – Kabupaten Bandung
2. Wisma Widyana Puspitasari – Kabupaten Sukabumi
3. Neneng Rukmini – Kota Cimahi
4. Dikdik Mochamad Tasdik – Kota Banjar
5. Ira Kusmira – Kota Banjar.
Kemenag Pastikan 14 Jamaah RI Meninggal Kementerian Agama RI Sabtu siang pukul 13.00 waktu Arab Saudi merilis data jamaah haji yang meninggal dunia akibat tragedi Mina pada Kamis (24/9) lalu.
Kepala Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Arsyad Hidayat mengatakan hingga kini tercatat ada 14 jamaah haji yang meninggal dunia akibat tragedi Mina.
"Total (jamaah meninggal) ada 14 jamaah. Ada pun jamaah yang cidera enam orang dirawat di rumah sakit Arab Saudi," kata Arsyad saat menggelar jumpa pers di Makkah (26/9).
Saat ini, kata Arsyad, petugas haji di Makkah terus menghimpun data mengenai jamaah haji yang masih belum kembali ke maktab (penginapan). Menurut dia masih ada 112 jamaah yang belum diketahui keberadaanya.
Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Abdul Djamil mengatakan sejak tragedi Mina, Kementerian Agama RI bersama Konsulat Jenderal RI di Arab Saudi terus melakukan upaya identifikasi khususnya terhadap korban dari Indonesia.
"Jamaah Indonesia juga ada yang menjadi korban. Perlu saya sampaikan memang sejak terjadinya peristiwa itu ditujukan kepada evakuasi korban di TKP, dilakukan perawatan bagi yang luka di rumah sakit di sekitar mina," kata Abdul Djamil dalam kesempatan yang sama.
Oleh otoritas haji di Arab Saudi korban meninggal dibawa ke Muaisim. Di Musim itulah petugas haji dari Indonesia bisa ikut mengidentifikasi korban tragedi Mina.
"Dari situ kami lakukan proses identifikasi, sejak semalam pukul 24.00 kami peroleh akses pusat pemulasaran jenazah, kita peroleh data terkini perihal korban dari Indonesia," kata Abdul Djamil.
(detikcom/y)