Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Jumat, 11 Juli 2025
Penutupan Pabrik

Toshiba dan Panasonic Diminta Bayar Pesangon

- Rabu, 10 Februari 2016 10:14 WIB
534 view
Jakarta (SIB)- Menteri Keuangan, Bambang PS Brodjonegoro meminta dua raksasa elektronik asal Jepang, Toshiba dan Panasonic yang menutup pabriknya di Indonesia agar membayar uang pesangon karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

"Saya minta mereka menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, jangan langsung main hengkang," kata Bambang dalam Stakeholders Gathering bertajuk Optimisme Perekonomian Tahun 2016 yang berlangsung di Jakarta, Kamis (4/2) malam.

Menurut Menkeu, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim investasi agar investor, baik existing maupun investor baru tertarik menanamkan modalnya ke Indonesia. Kehadiran investor baru itu diharapkan bisa menyerap tenaga kerja baru maupun tenaga kerja yang terkena PHK perusahaan lain.

"Saya kira dalam kasus PHK dua perusahaan elektronik itu, bukan persoalan daya beli masyarakat yang menurun," tepis Bambang.

Ada dua pertimbangan sebenarnya yang menyebabkan mereka harus menutup pabrik yakni produk mereka kalah bersaing dengan produk perusahaan elektronik asal Korea dan Tiongkok. Selain itu, penjualan mereka secara global turun akibat pelambatan ekonomi gobal.

Dalam kondisi demikian, papar Menkeu, sangat wajar jika satu perusahaan  menempuh langkah penghematan biaya operasional dengan cara menutup divisi yang kurang produktif dan tentu berimbas pada pemutusan hubungan kerja.

"Kita tidak bisa menyalahkan konsumen kalau dulunya mereka senang dengan televisi merk Sony, kini yang dominan di rumah mereka televisi asal Korea seperti Samsung dan LG, sangat wajar dalam kompetisi bisnis," kata Bambang.

Merosot Tajam
Sementara itu, dalam penutupan perdagangan di bursa saham Tokyo, Jumat (5/2) dilaporkan saham Toshiba merosot tajam ke titik terendah dalam 36 terakhir setelah perusahaan yang dilanda skandal itu menyampaikan perkiraan kerugian tahunan yang lebih besar hingga 6 miliar dollar AS.

Saham perusahaan itu anjlok lebih dari 11 persen menjadi 176,3 yen pada Jumat atau terendah sejak akhir tahun 1979.

Perusahaan raksasa asal negara Sakura itu, awalnya memproduksi penanak nasi dan kini usahanya lebih luas hingga pembuat reaktor nuklir.  Perusahaan sendiri dalam pernyataannya menyatakan pelambatan ekonomi global yang menyebabkan penjualan merosot tajam.

Di tengah kemerosotan kompatriotnya, saham perusahaan elektronik lainnya Sharp justru melonjak 10 persen menjadi 176 yen, setelah kantor berita Jepang Kyodo melaporkan perusahaan yang sedang dilanda kesulitan itu akan mengumumkan bahwa pihaknya telah menyetujui dana talangan atau bailout dari Foxconn induk perusahaan Hon Hai Precision.

Saham Sharp yang bergejolak sempat meroket tajam lebih dari 25 persen pada Kamis (4/2), di tengah berita bahwa perusahaan elektronik   yang telah terhuyung-terhuyung di tepi kebangkrutan selama bertahun-tahun. (KJ/ r)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru